23- Harapan

7.9K 696 19
                                    

Sasuke menatap manik emerald sayu itu dengan pandangan tak terbaca, walaupun jarak mereka jauh namun dia masih dapat melihat mata Sakura yang tampak berkaca-kaca akibat menahan kantuk.

"Kau tidak tidur?"

Wanita musim semi tersebut menggeleng. Dia berjalan mendekat kemudian mendongak, "Aku menunggumu pulang."

"Tidurlah," suruh Sasuke dengan suara datar. Saat sosok pria Uchiha itu membalikkan badan dengan cepat Sakura menarik ujung jasnya, dan menunduk.

"Boleh aku memelukmu?"

"Kenapa?"

"A-aku hanya ingin."

Sasuke menelisik penampilan Sakura dari atas sampai bawah kemudian berdecih. "Kau terlihat seperti seorang perayu. Hentikan itu dan tidur sekarang!"

"Lain kali jangan menungguku. Kau perhatikan saja keadaanmu dan juga anak itu," ucapnya sebelum beranjak dari hadapan Sakura. Meninggalkan wanita berambut merah muda itu yang menatap kepergian Sasuke dengan helaan napas.

Langkahnya tampak pelan menuju kamar. "Lain kali saja ya. Nanti Mama akan minta pada Papamu lagi, kamu mau itu kan?" tanya Sakura dengan suara bergetar sambil menatap perutnya.

*****

Suara tawa yang berderai membuat Sakura maklum, dia meletakkan nampan di atas meja dengan bantuin Hinata. Hari ini Ino, Hinata dan Tenten datang ke rumah yang katanya untuk menjenguk keadaan Sakura beserta calon keponakan.

Ino dan Tenten tampak sibuk menggoda Temari melalui telpon, bahkan ia dapat mendengar suara Temari yang begitu muak dengan godaan mereka.

"Baiklah hati-hati Temari, jangan sampai ada orang buas yang menerkam mu setelah mandi!" teriak Ino yang menjadi penutup pembicaraan. Suara tawa kembali berderai lebih keras dari yang tadi. Hinata dan Sakura hanya menggelengkan kepala melihat tingkah dua orang tersebut.

Mereka tersenyum senang saat cokelat dingin itu melewati kerongkongan yang kering. Ino meletakkan gelasnya kemudian menatap Sakura, "Kau tak apa kan?"

"Sehat seperti yang kau lihat."

Gadis berambut pirang itu mengangguk. "Tapi kau tahu Jidat, malam itu Sasuke marah pada orang-orang yang menghinamu. Aku sedikit tak percaya melihat dia marah begitu, padahal kita tau kan kalau dia tak peduli ...."

Tenten menyikut rusuk Ino membuat gadis itu berdecak, "Hei apa yang kau lakukan?!"

"Jangan sembarang bicara Ino."

Dan lirikan mata yang diberikan oleh Tenten dan Hinata membuat gadis pirang itu sadar, dia dengan cepat menggelengkan kepala disertai tangan yang melambai.

Sakura tersenyum manis, "Tak apa. Kenyataannya memang begitu bukan?"

"Aku tak bermaksud mengatakan itu Jidat. Maafkan aku."

"Aku tahu Ino yang kau katakan itu benar. Sasuke memang tak pernah peduli padaku dan aku menyadari hal tersebut, setidaknya aku akan berjuang untuk cintaku." Wanita berambut merah muda itu tersenyum tipis.

Keadaan menjadi hening setelahnya, tak ada satupun dari mereka yang mulai buka bicara. Hingga suara dering telpon Ino memecahkan keheningan, gadis berambut pirang tersebut melihat layar ponselnya sebentar baru mengangkat panggilan yang ternyata dari Sai.

"Baiklah. Aku dan yang lainnya akan menyusul," ucap Ino sebelum panggilan berakhir. Manik Aquamarine nya menatap satu persatu dari mereka.

"Sai menyuruh kita menyusul ke Restoran tempat mereka berada. Apa kalian mau ikut?"

Hinata mengangguk begitupun dengan Tenten, dan sekarang mereka melihat Sakura untuk mendapatkan jawaban. Wanita berambut merah muda itu menghela napas kemudian menggeleng.

"Sepertinya tidak bisa. Aku ...."

"Jangan khawatir Jidat. Kapan lagi kita bisa berkumpul bersama?" potong Ino cepat menatap sahabat pinknya penuh harap.

Sakura terdiam dengan wajah kaku dan tak lama kemudian mengangguk, sejujurnya ia sedikit bosan kalau di rumah saja. "Aku berganti pakaian dulu. Tunggu sebentar."

Mereka mengangguk cepat, Sakura berjalan menuju kamar di susul oleh Hinata yang ikut berdiri untuk membawa gelas kotor ke dapur.

*****

Mobil Ino berhenti di sebuah restoran yang di katakan oleh Sai, mereka turun dan berjalan menuju pintu masuk.

"Kalian duluan saja. Aku akan menelpon sebentar," suruh Sakura yang langsung di angguki oleh mereka. Wanita musim semi itu mengambil ponsel di tas selempang nya kemudian mengetik nomor Sasuke.

Tak ada jawaban apapun membuat ia berinisiatif mengirimkan pesan saja, setelah di rasa selesai Sakura langsung berjalan memasuki restoran akan tetapi langkahnya terhenti tatkala menyadari seseorang yang berada di sampingnya saat ini.

"S-sasuke-kun?" lirihnya tak percaya kalau pria itu juga ada di sana. Bahkan manik hitam Sasuke menatapnya lama dengan ponsel yang berada di tangan.

Dia memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku, "Ayo masuk."

Sakura terpaku mendengarnya, apa Sasuke baru saja mengajak untuk masuk ke dalam?

"Cepat!"

"Hm."

Bergegas ia menyusul langkah sang suami memasuki restoran, mereka mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan yang lainnya.

"Inikah yang di namakan jodoh? Padahal kau bersama kami tadi Sakura tapi malah berakhir datang bersama Sasuke," goda Ino menaik turunkan alisnya.

Wanita berambut merah muda tersebut hanya diam menanggapi ucapan Ino, dia memilih duduk di sebuah kursi kosong yang berhadapan langsung dengan Sasuke.

Naruto menggeser dua gelas berisi jus, yang satu jus tomat untuk Sasuke yang satu lagi jus strawberry milik Sakura.

"Terima kasih Naruto." Wanita berambut merah muda itu tersenyum ke arah Naruto. Dia menatap jus tersebut dengan pandangan aneh, tiba-tiba ia tak berselera melihatnya padahal dulu Sakura sangat suka dengan strawberry.

Matanya melirik jus tomat milik Sasuke, dia tersentak saat bungsu Uchiha itu juga menatapnya. Meremas kedua tangan di atas pahanya kemudian berniat meminum jusnya sebelum seseorang mengambilnya.

"Ambil jika kau mau," ujar Sasuke menukar jusnya dengan Sakura, pria itu tampak tak peduli dengan tatapan aneh dari teman-teman yang lain.

Hingga siulan dari Naruto memecahkan keheningan, pemuda berambut pirang itu menyikut lengan Sasuke yang sibuk dengan jus strawberry milik Sakura.

"Kau peka juga ya?" tanyanya dengan pandangan menggoda.

Mendengar kalimat Naruto barusan membuat Sakura sedikit salah tingkah, bahkan hal kecil seperti ini pun sudah membuatnya bahagia.

"Terima kasih Sasuke-kun."









*****

Bersambung.

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang