Sakura membuka pintu apartemennya dengan kasar, dia menangis karena hinaan Sasuke tadi. Pintu depan dikunci dan dengan cepat gadis itu berlari masuk ke dalam kamar. Menumpahkan rasa sedih yang membuat dada sesak.
"Ayah, Ibu. Apalagi ini? Kenapa semuanya terasa sangat berat bagiku?"
Tangisannya terhenti tatkala rasa sakit melanda perutnya, dia mengerang kecil dan mencoba berdiri. Langkahnya terseok-seok menuju dapur, membuka pintu kulkas dan meminum dua botol air mineral yang ada.
"Uangku habis, dan aku tak memiliki pekerjaan lagi." Sakura berniat ingin tidur, namun terurung saat mendengar suara ketukan di pintu Apartemen.
Gadis itu membuka pintu dan muncul sosok Ino dan lainnya, mereka membawa beberapa kantong yang berisi makanan.
"Aku tahu kau belum makan Sakura," ujar Ino.
Mendengar itu membuat dirinya terharu akan perhatian mereka, gadis itu membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan mereka masuk.
"Apartemen ini sangat kecil." Sakura menunduk setelah mengatakan itu.
"Tak apa, kami merasa nyaman di sini." Temari berujar sambil mendekati Sakura.
Mereka duduk di atas sofa dengan meja kecil sebagai pembatas, Ino berjalan ke arah dapur mengambil piring, gelas, dan juga sendok. Kemudian mereka makan dengan tenang, Sakura melahap makanannya perlahan.
"Sakura, jangan bersedih lagi. Kami sudah menyelesaikan masalah tadi dengan Karin, bahkan aku sudah menghajarnya." Tenten mengepalkan tinju mengudara.
Mereka semua menatap Sakura, dan mengiyakan ucapan Tenten. Gadis musim semi itu hanya tersenyum, mencoba menghibur hatinya yang masih sakit.
"Setelah ini, aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Ino pada yang lainnya.
Setelah beberapa saat semuanya sudah selesai makan, Temari dan Hinata membereskan piring kotor yang dipakai. Sedangkan Ino dan Tenten mengumpulkan sampah yang berserakan, Sakura hanya duduk diam melihat mereka. Tenaganya baru terkumpul setelah makan, dan itu membuatnya tak enak terhadap yang lainnya.
"Baiklah, dua hari lagi Sai-kun akan berulang tahun. Dia mengundang kita semua." Ino menoleh pada Sakura, "Apa kau bisa ikut Sakura?" tanya Ino.
Sakura mematung, bagaimana bisa dia ikut? Bisa jadi namanya sekarang telah buruk dimata orang lain.
"Aku hanya tak yakin, namaku masih baik di pandangan orang lain."
"Hei, ayolah. Kami akan menghajar siapapun yang memandangmu dengan buruk," bujuk Tenten.
Temari mengiyakan ucapan Tenten dan menatap Sakura penuh harap, "Tidak mungkin kami pergi tanpamu Sakura."
Gadis musim semi itu menatap mereka, dia menghela napas kasar. "Baiklah, aku akan ikut."
Semuanya tersenyum lebar menatap Sakura, Ino bahkan memeluk Sakura erat.
"Aku akan mendandani mu Sakura," ucap Ino riang.
"Lepaskan Ino, kau men-mencekikku." Sakura mencoba melepaskan pelukan Ino yang membuatnya sesak.
"Maafkan aku Sakura, aku hanya terlalu bahagia." Mereka semua tertawa mendengar jawaban Ino.
*****
Dua hari libur dari kuliah membuat Sakura bosan di Apartemen, Ia menoleh saat suara ketukan pintu yang begitu tergesa.
"Mana uangnya?" tanya Anko saat Sakura baru saja membuka pintu.
"Ini belum bulan depan Nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Now And Forever [✓]
Cerita PendekNamanya Haruno Sakura. Gadis berusia 19 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil, disana dia hanya sendirian karena orang tuanya telah meninggal saat Sakura berusia 15 tahun. Kehidupan Sakura berubah drastis ketika memasuki bangku kuliah, dia k...