12- Rasa Kecewa

7.4K 661 15
                                    

Sakura mengernyit saat melihat seorang lelaki berpakaian hitam berdiri di depan pintu masuk. Lelaki itu melangkahkan kaki ke dalam kemudian mulai mengemas beberapa barang milik Sasuke.

"Anda siapa Tuan? Kenapa membawa barang-barang milik Sasuke-kun?" tanya Sakura curiga takut bahwa orang yang berada di depannya sekarang seorang pencuri.

Lelaki berambut putih tersebut membalik badan, "Tuan Sasuke yang menyuruh saya melakukan ini. Anda pembantu tuan Uchiha?"

Mendengar kalimat terakhir dari pria di depannya membuat Sakura terdiam. Mengabaikan lelaki tadi yang kembali melanjutkan pekerjaannya.

Semua barang-barang telah tersusun di dalam mobil, Kakashi menyuruh dua orang yang  menunggunya tadi untuk pergi ke alamat yang telah ia sebutkan.

Tak jauh dari sana terlihat sosok Sasuke yang berjalan dengan pelan mendekati Kakashi yang langsung membungkukkan badan melihat kehadirannya.

"Sudah?"

"Iya tuan. Semua barang sudah saya kemas.".

"Hn. Kau boleh pergi," jawab bungsu Uchiha itu seadanya. Sasuke berjalan masuk ke dalam apartemen dan melihat Sakura yang duduk terdiam di sofa, "Kemasi barangmu kita akan pindah."

Wanita musim semi itu mendongak dan menatap sang suami penuh tanya.

"Apa maksudmu, kau menjual apartemen ini?"

"Hn."

Sakura menghela napas kasar kemudian menatap Sasuke dengan kecewa, "Kenapa tidak memberi tahuku?"

"Untuk apa? Kau itu tidak penting jadi jangan banyak bicara. Kemasi saja barangmu!" perintah Sasuke.

"Tidak penting katamu? Sekarang aku adalah istrimu. Jadi tolong hargai aku." Sakura berujar pelan kemudian memasuki kamar untuk mengemas pakaian miliknya.

*****

Mata emerald itu menelisik kamar yang akan ia tempati, tangannya menarik koper kemudian mulai mengeluarkan semua pakaiannya. Sasuke mengatakan kalau mereka tidak akan tidur sekamar lagi. Hal itu membuat ia bersyukur karna tidak akan terbangun dengan sakit yang mendera punggung serta pinggang akibat tidur di sofa.

Sakura mengganti pakaiannya kemudian naik ke atas ranjang. Pikirannya menerawang jauh, apa yang akan terjadi ke depannya. Apa Sasuke akan berubah atau tetap seperti ini.

"Anak Mama harus sehat ya di dalam sana, jangan nakal." Tangan Sakura mengelus lembut perutnya yang perlahan sudah menonjol walaupun belum terlihat jelas

"Hanya kamu alasan Mama bertahan, tumbuhlah sehat dan temani Mama nantinya." Air mata jatuh membasahi pipi Sakura, "Mama tahu kehadiranmu tak di inginkan oleh Papa. Tapi jangan khawatir, masih ada Mama yang akan melimpahkan kasih sayang padamu."

Sakura duduk bersandar di kepala ranjang, mencoba menenangkan pikirannya. Perlahan kaki kecil miliknya melangkah menuju pintu kamar. Melihat suasana rumah sangat sepi, Sakura mulai berjalan melihat ruangan lainnya.

Pertama dia melihat bagaimana bentuk dapur dan juga ruang makan. Ruangan tersebut menyatu dengan dekorasi yang sederhana, melanjutkan kembali jalannya wanita musim semi itu berhenti melihat ruang tengah yang langsung memperlihatkan halaman belakang.

Sakura melangkahkan kakinya lebih dalam, di sana tidak ada sofa melainkan cuma meja kayu kecil yang terletak di tengah ruangan. Beberapa vas bunga dan juga lukisan kuno yang tertempel di dinding.

"Ini sangat indah ...." Sakura terkagum dengan dekorasi rumah ini, walaupun kecil namun memiliki ciri khas tersendiri.

"Kenapa belum tidur?"

Kepala merah muda itu menoleh saat mendengar suara dingin seseorang, matanya terpaku pada netra hitam milik sang suami, "Sasuke-kun?"

"Kenapa kau belum tidur?" tanya Sasuke lagi sambil berjalan mendekati Sakura.

"A-ah tidak, aku hanya ingin melihat ruangan di rumah ini. Sasuke-kun sendiri kenapa belum tidur?"

Sakura berjalan mendekat dan duduk di depan Sasuke menatap wajah datar sang suaminya yang begitu tampan.

"Ini rumah peninggalan kakekku dan jangan banyak komentar apapun. Tadi aku sudah memberi kabar pada semua orang termasuk orang tuaku dan juga teman-teman. Kau tidak perlu repot menghubungi mereka," jelas Sasuke panjang lebar.

Sakura mengangguk paham, dia baru ingat bahwa dia mempunyai ponsel yang merupakan hadiah dari Ino. Gadis pirang itu membelikan Sakura ponsel sebagai hadiah pernikahan bukan hanya ponsel saja tapi juga beberapa baju tidur yang sexy dan aneh di mata Sakura.

"Dan satu lagi jangan bersikap kau adalah istri yang baik. Jangan repotkan dirimu dengan memasak dan juga mencuci semua pakaianku. Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa makan sendiri dan mencuci pakaianku sendiri. Dan yang perlu kau ingat ialah, pernikahan ini hanya atas keterpaksaan."

"Hm."

"Jangan berharap lebih di pernikahan ini. Kau tidak boleh ikut campur dalam urusanku, jika suatu saat nanti aku mencintai orang lain dan ingin menikahinya kau tak punya hak untuk melarangku karena aku tidak menganggapmu sebagai istri melainkan beban bagiku. Jika kau mencintai orang lain kau juga punya hak yang sama. Kau paham?"

"Baiklah." Sakura menjawab sambil tersenyum manis.

"Tidurlah! Ini sudah malam." Sasuke berdiri meninggalkan Sakura yang masih terdiam di tempat.

"Aku tidak akan mencintai orang lain, karena aku hanya mencintai Uchiha Sasuke, untuk sekarang dan juga untuk selamanya."









*****

Bersambung.
Masih ada yang nungguin ga nih?

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang