Setelah mengantar kepergian dokter yang dia panggil untuk memeriksa keadaan Sakura, pria itu juga tak lupa memesan beberapa makanan untuk sarapan.
Manik hitam Sasuke memandang Sakura yang tidur pulas. Rasa khawatir yang ia rasakan tadi malam masih terasa begitu jelas. Dimana ia meninggalkan pekerjaan begitu saja, tak memikirkan revisi yang harus ia lakukan secepatnya.
Saat melewati jalan menuju rumah, Sasuke tak sengaja melihat siluet wanita berambut merah muda yang di tarik paksa oleh seseorang. Amarah langsung muncul saat itu juga apalagi setelah melihat orang tersebut mencium wanitanya dengan kasar.
Rasanya Sasuke sangat ingin membunuh pria itu. Namun ia harus mengurungkan niat tersebut jika tak mau berurusan dengan hukum yang akan memberatkannya nanti. Biarkan saja anak buahnya yang mengurus orang itu kemudian memasukkannya ke dalam penjara.
"Sakura, ya?" tanyanya lirih sambil menatap dalam wajah wanita musim semi itu. Helaan napas kembali terdengar, dia menoleh saat mendengar suara ketukan pintu depan, Sasuke dengan segera bangkit dari kasur kemudian berjalan keluar kamar. Mungkin makanan yang ia pesan sudah datang.
*****
Cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden membuat seorang wanita berambut merah muda terganggu, ia menggeliat dalam tidurnya dan tak lama kemudian membuka mata.
Manik emerald tersebut memandang kamar yang ia tempati dengan seksama, dinding cat berwarna gelap yang terasa begitu familiar. Sakura mengubah posisi menjadi duduk dengan hati-hati, kepalanya menoleh pada seseorang yang baru saja membuka pintu kamar.
Pria berambut raven itu menatapnya sekilas, Sasuke mengambil handuk dan menghentikan langkahnya. "Ada sarapan di meja makan. Ambillah jika kau lapar."
"Tunggu Sasuke-kun!"
"Hn?"
"Terima kasih sudah menolongku semalam," ujar wanita berambut merah muda itu sambil tersenyum, "Jika tidak ada kau mungkin aku ...."
"Lupakan saja," ujarnya sambil berbalik badan kemudian melanjutkan langkah menuju kamar mandi. "Keluarlah dan sarapan, aku akan mandi," ucapnya kemudian berbalik badan untuk masuk ke dalam kamar mandi menutup pintu dengan pelan.
Suara air yang mengalir mengisi indera pendengaran Sakura. Bergegas wanita berambut merah muda tersebut turun dari kasur, membersihkan seprei yang berantakan kemudian baru keluar dari kamar Sasuke.
Sakura mendekam dalam kamar, membaringkan tubuh di bawah selimut yang tebal. Perutnya sudah memberontak untuk segera di isi namun kakinya tak kuat hanya sekedar berjalan keluar kamar.
Ketukan di pintu kamar membuat ia menoleh. Tak ada niat untuk membuka pintu sama sekali hingga tak lama kemudian Sasuke masuk begitu saja. Dia menatap dengan datar sambil melipat tangan di depan dada.
"Kau tak makan?" tanyanya melihat ke arah nakas yang masih kosong, helaan napas terdengar setelahnya. "Ini sudah siang dan kau tak makan apapun. Lihatlah dirimu tampak begitu menyedihkan."
Sasuke berlalu keluar kamar dan kembali sambil membawa satu mangkuk berisi bubur dan segelas air di atas nampan. "Makan." ujarnya.
Tak ada jawaban apapun dari Sakura, wanita berambut merah muda itu hanya diam menatap kosong ke depan. Pipinya tampak berbekas karena air mata.
"Makan." Kedua kalinya Sasuke berujar dan masih tak ada respon apapun pada Sakura. "Apa kau tak memikirkan dia? Jika kau tak makan maka aku akan memaksamu makan melalui mulutku sendiri."
Dia mengangkat mangkuk tinggi kemudian berniat menyendokkan satu bubur ke dalam mulutnya sendiri, akan tetapi gerakannya terhenti ketika mendengar gumaman dan anggukan kepala Sakura.
"Hm. Terima kasih," balas wanita itu lirih namun masih bisa terdengar oleh Sasuke. Dia menerima mangkuk tersebut kemudian memakannya dengan pelan, ada sedikit rasa aneh ketika makanan itu masuk ke dalam mulutnya.
"Aku tahu rasanya aneh. Anggap saja enak karena aku tak pernah memasak apapun sebelumnya."
"Kau memasaknya?"
"Hn. Makanan yang ku beli tadi sudah dingin, akan lebih baik aku membuat bubur untukmu." Sasuke meraih gelas di nakas dan sebuah obat kecil yang ia ambil dari dalam saku, memberikannya pada Sakura. "Minum ini."
"Ini apa Sasuke-kun?"
"Vitamin. Dokter memberikannya padaku tadi Pagi."
Sakura mengangguk kecil.
"Aku akan menyuruh kak Izumi datang ke sini untuk menemanimu." Setelah mengatakan itu Sasuke segera pergi dari sana, sayup-sayup Sakura dapat mendengar dia yang bicara dengan seseorang melalui telpon.
Sekitar setengah jam kemudian pintu depan diketuk pelan. Sakura mendongak saat pintu kamarnya di buka pelan seorang wanita berambut cokelat panjang masuk sambil menggendong seorang balita.
"Boleh aku masuk Sakura?" tanyanya pelan, balita digendongnya tampak bergerak lincah mengayunkan tangan.
"Masuk saja kak."
Dia tersenyum sebentar kemudian berjalan mendekat, duduk di tepi ranjang dan memperhatikan wajah pucat Sakura. Tangannya melepaskan Izura di atas karpet dan memberikan beberapa mainan yang ia bawa dari rumah, fokus Izumi kembali pada Sakura.
"Anak itu menyuruhku untuk menjagamu selagi ia pergi. Kau tahu dia begitu khawatir dan memohon agar aku bisa datang, sungguh hal yang tidak biasa Sasuke lakukan." Wanita berambut panjang itu tersenyum mengingat suara memohon Sasuke tadi.
Sedangkan yang di ajak bicara cuma diam tak bersuara. Pandangan manik emerald itu malah fokus pada Izura yang duduk sambil menggigit lego miliknya.
"Sakura apa kau baik-baik saja?"
"Iya kak. Jangan khawatir," jawabnya lirih.
"Ada sesuatu yang membuatmu kepikiran? Kau bisa berbagi cerita padaku." Izumi memegang bahu Sakura dan mengelusnya perlahan. "Jangan sungkan karena aku adalah kakakmu juga sekarang."
Awalnya ia tampak ragu namun tatapan yang diberikan Izumi membuat Sakura yakin bahwa kakak iparnya ini memang orang yang baik dan dapat di percaya.
Jemari wanita berambut cokelat panjang itu menghapus air mata Sakura. "Apa Sasuke mengatakan sesuatu?"
"Apa yang harus ku lakukan ketika dia bilang ... kalau aku adalah miliknya dan hanya dia saja yang boleh menciumku. Aku tak mengerti apa yang membuat ia bicara begitu."
Izumi dengan cepat menarik tubuh Sakura mendekat. Memeluknya sambil mengelus punggung mungil itu lembut, ia tahu apa yang terjadi pada rumah tangga Sasuke dan ia juga kenal adik suaminya itu dengan baik. Sikapnya bisa berubah baik dan dingin sesuka hati.
"Itu berarti Sasuke peduli padamu dia mengkhawatirkan mu dan ingin melindungi mu."
"T-tapi Sasuke tak begini sebelumnya kak. Dia tak pernah peduli padaku."
Lagi-lagi Izumi mengelus punggung Sakura. Dia juga tak habis pikir dengan sikap Sasuke namun mendengar penjelasan Sakura barusan dia dapat menyimpulkan bahwa wanita itu takut dan khawatir kalau Sasuke hanya bermain-main dan memberikan harapan palsu saja.
"Aku tidak tahu apa yang bocah itu pikirkan, tapi percayalah padaku kalau semuanya akan baik-baik saja Sakura ...."
*****
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Now And Forever [✓]
Historia CortaNamanya Haruno Sakura. Gadis berusia 19 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil, disana dia hanya sendirian karena orang tuanya telah meninggal saat Sakura berusia 15 tahun. Kehidupan Sakura berubah drastis ketika memasuki bangku kuliah, dia k...