11- Hampir Saja

6.7K 618 8
                                    

Pukulan pelan di dadanya membuat pria itu tersadar dengan segera Sasuke melepaskan ciumannya. Menatap wajah sang istri yang sudah meneteskan air mata belum lagi dengan bibir merah yang sedikit bengkak akibat perbuatannya barusan.

Sasuke hampir saja hilang kendali. Pria itu melangkah mundur kemudian menghela napas kasar.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura pelan seraya menghapus air matanya.

Sasuke hanya diam tak bersuara, dia juga tidak tahu apa yang di lakukannya barusan. Semua diluar kendali Sasuke, kenapa dia bisa mencium Sakura hanya karna perkataan Mikoto. Dia membuka pintu kamar meninggalkan Sakura dengan wajah yang penuh tanda tanya.

"Katanya jijik tapi kenapa?" Sakura menghidupkan saklar lampu, kemudian berjalan menuju sofa tempat biasa ia tidur. Tidak mempedulikan ke mana Sasuke pergi, toh suaminya itu tak akan hilang.

*****

Hari ini Sasuke pulang lebih cepat, dia membuka pintu mobil dan berjalan gontai menuju Apartemen. Kepalanya terasa pusing mengingat pekerjaan menumpuk belum lagi dengan skripsi yang harus ia garap beberapa bulan ini.

Perlahan pintu apartemennya terbuka, dia mengernyit ketika melihat keadaan ruangan yang masih sepi dan juga gelap. Kemana istrinya itu, eh?

Dia menekan saklar lampu dan berjalan menuju kamar untuk membersihkan diri, membuka kemeja yang membalut tubuhnya kemudian melenggang masuk ke dalam kamar mandi.

Deraian air membasahi kepala Sasuke, terasa dingin dan sejuk secara bersamaan membuat beban di pundaknya sedikit ringan.

Setelah mandi pria tampan itu duduk di sofa ruang tengah sambil membaca buku bisnis yang begitu tebal. Fokusnya teralihkan ketika mendengar suara pintu terbuka, tampaklah seorang wanita berambut merah muda yang masuk sambil membawa dua kantung plastik di tangannya.

Sasuke menatap Sakura tajam, "Dari mana saja?"

"Aku habis berbelan ...."

"Mencari lelaki baru, eh?" potong Sasuke cepat. Lelaki tersebut dengan mudah mengatakan itu tanpa memikirkan perasaan istrinya.

"Bilang saja kau mencari pria lain untuk kesenanganmu kan?"

Sakura terdiam hatinya terasa sesak, "Apa kau buta? Aku habis berbelanja bahan makanan."

"Berani melawan?! Kau mau aku pukul?!" bentak pria berambut raven tersebut keras, "Dari mana kau dapat uang untuk berbelanja? Menjual diri lagi?"

"Jaga ucapanmu!"

Sasuke menyeringai puas melihat wajah marah Sakura, dia menutup buku yang sempat ia baca kemudian berjalan mendekat, "Aku tidak peduli."

Wanita berambut merah muda tersebut menahan isak tangis yang ingin keluar, perlahan kakinya melangkah menjauh dari Sasuke. Hormon ibu hamil membuat dia menjadi lebih cengeng. Sedangkan Sasuke menatap kepergian Sakura dengan senyuman tipis, ia puas melihat wajah berkaca-kaca milik Sakura.

"Ayolah! Kenapa harus begini?" tanya wanita itu saat air matanya tak kunjung berhenti. Dia menutup pintu kulkas kemudian memandang buah tomat yang berada di atas meja makan.

"Sepertinya enak." Dia berjalan mendekat dan mengambil beberapa buah bulat berwarna merah tersebut. Sedikit mengernyit saat merasakan rasa asam yang membuat lidahnya kaku, namun sedetik kemudian ia tetap melanjutkan acara makannya.

Sasuke menatap layar laptopnya gusar, perusahaan yang ia kelola sekarang membutuhkan biaya yang banyak, Dia berpikir sejenak kemudian menghela napas.

"Tak mungkin aku meminta bantuan Ayah dan Itachi bisa-bisa aku akan di ejek. Tidak ada cara lain lagi, aku harus menjual Apartemen dan tinggal di rumah peninggalan kakek."

*****

Sasuke menunggu kedatangan orang yang akan membeli apartemennya. Pintu restoran terbuka menampilkan seorang gadis berambut pirang dengan badan yang begitu berisi.

"Apa kau tuan Sasuke?" tanya suara lembut sang gadis.

Sasuke menatap gadis itu kemudian mengangguk. Tangannya terulur memberikan kunci apartemennya, "Ini. Kau bisa menempatinya setelah aku memindahkan semua barang."

"Terimakasih Sasuke-kun," jawab orang itu sedikit memanjakan suaranya.

Pria berambut raven tersebut memandang jijik ketika gadis itu mengapit dadanya menggunakan kedua tangan. Dengan cepat ia bangkit dari kursi berniat pergi sebelum tangan gadis itu menahannya.

"Kau tak ingin tahu namaku?" ujarnya sensual.

"Tak penting. Lepaskan aku!" Sasuke menarik tangannya tapi gadis pirang itu tetap bersikukuh menarik tangan Sasuke kembali.

Dia mengarahkan tangan Sasuke pada daerah dadanya, geraman marah terdengar jelas dari Sasuke, "Kau ingin merayuku? Jangan harap karena aku tak tertarik dengan gadis murahan sepertimu."

Menyentak tangannya kuat kemudian bergegas keluar dari restoran. Dia memasuki mobil kemudian mulai membelah jalanan yang ramai.

Tak lama kemudian ia sampai di sebuah rumah kecil peninggalan sang Kakek buyutnya. Sasuke berdiri memandang rumah dengan seksama, terlihat halaman kecil yang masih terawat bahkan di tumbuhi oleh beberapa bunga.

Sasuke mendadak baru ingat dengan Sakura, apa bawahannya sudah sampai di Apartemen sekarang. Tadi ia sempat menelpon Kakashi untuk mengemas semua barang miliknya tak menyadari bahwa kehidupannya telah berubah sekarang.







*****

Bersambung.

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang