Sakura menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang melayang, dia menghela napas kemudian mengelus perut buncitnya. Itu sudah menjadi kebiasaan Sakura semenjak hamil, dia merubah posisi menjadi bersandar di kepala ranjang dan meraih ponsel.
"Sudah hampir tengah malam," ucapnya meletakkan kembali ponsel dinakas. Tenggorokan nya terasa kering, dia turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar.
Keningnya mengerut saat melewati ruang tengah, melihat sosok Sasuke yang tidur sambil menumpukan kepala di lipatan tangan. Sakura kembali ke kamar, membawa sebuah selimut tebal kemudian menyelimuti tubuh Sasuke.
Dia mendudukkan diri di hadapan Sasuke, menatap wajah damai pria itu yang tampak begitu kelelahan. Sakura tahu kalau akhir-akhir ini suaminya itu sangat sibuk mengurus kuliah dan perusahaan sekaligus. Makanya ia tak begitu banyak komentar, lebih banyak menghabiskan waktu sendiri saat Sasuke di rumah.
Salah satu tangannya terangkat untuk meremas rambut raven Sasuke. Memberikan pijatan kecil di sana.
"Kenapa kau tidak tidur?"
Wanita musim semi itu tersentak mendengar suara berat Sasuke. Dengan cepat mengangkat tangannya dari rambut Sasuke. Membuang muka.
Dia kembali menoleh ketika pria berambut raven tersebut menarik tangan Sakura untuk kembali meremas rambutnya. "Jangan berhenti."
Ragu-ragu ia kembali meremas rambut raven Sasuke, melihat lelaki itu yang kembali memejamkan mata setelahnya.
Keheningan tercipta di antara mereka. Tak lama kemudian Sasuke kembali membuka mata, menatap wajah Sakura dengan pandangan yang tak terbaca.
"Kau menginginkan sesuatu? Sampai tidak tidur begitu." Lelaki tersebut kembali menarik tangan Sakura dan menggenggamnya. "Katakan saja."
"T-tidak. Aku hanya ingin minum dan tak sengaja melihatmu di sini, maaf jika aku mengganggu."
Pergerakan wanita musim semi itu terhenti saat Sasuke menarik kembali tangannya. Menatap intens pada wajah Sakura. "Kau menghindari ku akhir-akhir ini," ujarnya pelan.
"T-tidak."
"Hn."
Sakura tersentak saat pria dihadapannya menarik bahunya mendekat, salah satu tangan Sasuke berada di punggung dan mengelusnya lembut. Wajah bungsu Uchiha itu perlahan mendekat, memiringkan kepala dan menciumi bibir Sakura lembut.
Menekan setiap kecupan yang ia beri, sedang wanita berambut merah tersebut hanya diam tak membalas ciuman Sasuke.
Tiba-tiba pikirannya menjadi kalut dan rasa takut memenuhi dadanya, tangannya mendorong Sasuke dan mengusap bibir menggunakan tangan.
"Apa yang kau lakukan?!" sentaknya sambil menatap manik jelaga Sasuke ketakutan.
Sasuke terdiam tak menjawab. Dia kecewa saat melihat raut ketakutan di wajah Sakura, menghela napas kasar kemudian menggeleng.
*****
Pagi hari datang begitu cepat. Sasuke yang sudah bersiap-siap keluar dari kamar, ia menatap lama pintu kamar milik Sakura yang masih tertutup rapat.
Setelah puas memandang pintu, Sasuke dengan segara melangkahkan kaki ke dapur, berharap ada sesuatu yang dapat mengganjal perutnya. Helaan napas terdengar darinya, pria itu berbalik badan dan pergi begitu saja ketika tak melihat makanan apapun di dapur.
Mendengar suara mobil yang menjauh dari pekarangan rumah Sakura langsung saja bangkit dari kasur. Dia tak ingin bertemu Sasuke untuk saat ini, dirinya bergegas mandi dan memasak sarapan.
Membersihkan rumah hingga tengah hari, Sakura memutuskan untuk makan siang dan bersiap-siap pergi berbelanja.
Tak menghabiskan banyak waktu untuk memilih barang, Sakura hanya membeli bahan makanan, susu Ibu hamil dan juga buah-buahan. Dia menyempatkan diri untuk duduk pada kursi taman yang terletak di bawah pohon rindang, memperhatikan anak-anak kecil yang asik bermain.
Wanita berambut merah muda itu menoleh saat merasakan tepukan kecil di bahunya.
"Kak Sasori?" tanyanya ketika melihat pemuda berambut merah yang berdiri di hadapannya sekarang. Sedangkan Sasori tampak meneliti wajah Sakura yang terlihat murung.
"Boleh aku duduk?"
"Hm."
Sasori menatap penuh selidik, dia mendudukkan diri di samping Sakura kemudian mengikuti arah pandang wanita tersebut. Keduanya saling terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Lihatlah anak-anak itu mereka terlihat sangat bahagia bukan?"
Sakura mengangguk kan kepala menjawab pertanyaan Sasori, dia tampak tak tenang saat pemuda berambut merah tersebut tak henti-henti menatapnya.
"Maaf untuk hari itu kak Sasori. Aku pergi meninggalkan mu begitu saja." Sakura berujar pelan, "Seharusnya aku tak melakukan itu. Dan aku tak akan menjauhi mu."
"Mungkin saja kau shock dan tak tahu harus merespon apa bukan? Jangan terlalu di pikirkan Sakura. Sekarang katakan padaku kenapa kau terlihat begitu murung?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang lelah saja kak," jawab Sakura memandang Sasori yang langsung menganggukkan kepala.
Pemuda berambut merah tersebut kembali menatap ke depan, memperhatikan anak-anak kecil yang sibuk berlari ke sana kemari. Begitupun dengan Sakura yang ikut diam membisu.
"Aku hanya tak ingin mengintrogasi mu karena aku bukan siapa-siapa, tapi Sakura jika kau membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita maka aku akan siap mendengarkan mu."
"Hm. Terima kasih kak."
Sasori menoleh kembali pada Sakura, membalas senyuman wanita itu dengan tulus. "Baiklah. Boleh aku bertanya sesuatu?"
"Bertanya apa?"
"Aku belum pernah melihat suamimu. Boleh aku tahu siapa namanya?" tanya Sasori.
Sejenak Sakura tampak ragu namun tak lama kemudian ia mengangguk dan membuka mulut.
"Sasuke ... Uchiha Sasuke ...," lirihnya tapi masih terdengar jelas di telinga Sasori. Buktinya pemuda berambut merah itu sedikit terkejut mendengar ucapan Sakura.
Dia menggelengkan kepala dengan cepat.
"Jadi Sasuke suamimu? Ternyata dunia begitu sempit ya." Sasori tersenyum kemudian menyandarkan tubuhnya pada kursi. Mengangkat kedua tangan untuk menumpu lehernya sendiri. "Aku dan dia menjalin kontrak kerja sama," jelasnya saat melihat raut bingung dari Sakura.
"Begitu ya."
"Hm." Sasori merogoh saku celananya ketika mendengar dering telpon. Menatap layarnya sebentar kemudian baru mengangkatnya.
"Aku harus pergi Sakura. Ada beberapa hal yang harus aku urus. Mau ku antar pulang?" tanya pemuda itu berdiri dari duduknya.
"Tidak usah. Aku tidak mau merepotkan mu kak," tolak wanita tersebut sopan.
Sasori menggeleng dengan cepat dan menunjuk pada kantong belanjaan Sakura. "Jangan menolak kau bilang tadi lelah bukan? Ayo sini ku antar," ucapnya tanpa menunggu respon Sakura langsung saja ia menyambar kantong belanjaan milik wanita tersebut.
"Sepertinya aku tidak diperbolehkan untuk menolaknya. Baiklah, sekali lagi terima kasih kak."
*****
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Now And Forever [✓]
Historia CortaNamanya Haruno Sakura. Gadis berusia 19 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil, disana dia hanya sendirian karena orang tuanya telah meninggal saat Sakura berusia 15 tahun. Kehidupan Sakura berubah drastis ketika memasuki bangku kuliah, dia k...