31- Penolakan

5.1K 401 8
                                    

Wanita berambut musim semi itu menghela napas lega ketika berhasil kabur dari Sasuke, dia menutup pintu taksi dengan pelan kemudian menoleh pada gadis di sampingnya. Keduanya tersenyum puas dan menggelengkan kepala.

"Aku tidak menyangka dia akan datang setiap harinya, bahkan ini sudah dua minggu lebih dia berkunjung seperti itu." Konan terkekeh geli sambil melihat jalanan yang di lalui oleh taksi.

Sakura mengangguk, memang benar apa yang di ucapkan Konan. Terhitung sudah dua Minggu lebih Sasuke sering mengunjungi apartemen mereka, bahkan pria itu akan kembali esoknya walaupun Sakura sudah mengusir secara lembut maupun kasar.

"Tapi aku pikir dia benar-benar serius," ujar Konan yang membuat kepala merah muda itu menoleh, manik emerald menatap penuh tanya. "Sikapnya membuatku yakin kalau kali ini dia tak berbohong, Sakura."

"Maksudmu Sasuke benar-benar ingin meminta maaf padaku?"

Gadis berambut lavender itu mengangguk.

"Tidak mungkin. Itu hanya kebohongan belaka, dia bahkan pernah bilang kalau ia tidak akan jatuh cinta pada wanita murahan seperti ku."

Konan menegakkan punggung. Wajahnya tampak serius sekarang.

"Tidakkah kau berpikir kalau itu hanya alasan saja? Bisa jadi dia ingin membuatmu bahagia dan mengatakan hal buruk agar kau membencinya?"

"Dari ceritamu aku dapat menyimpulkan kalau dia menekan perasaannya sendiri. Kau tahu? Itu sangat menyakitkan." Tambah Konan setelahnya. "Tapi semuanya kembali lagi padamu, jika kau masih mencintainya maka lebih baik pikirkan ini baik-baik. Aku tidak akan memaksa untuk keputusan mu sendiri."

Dan perkataan gadis itu barusan membuat bibir Sakura bungkam, ingatannya kembali pada saat Sasuke merobek surat perceraian mereka. Pria itu bahkan menangis saat itu, dengan cepat Sakura membuang pikiran tersebut.

Keduanya tak lagi bicara hingga taksi berhenti tepat disebuah butik.

"Ayo!" ajak Konan setelah membayar tagihan, dia berjalan memasuki butik di susul oleh Sakura yang menggendong Seichi. Mereka di sambut dengan ramah oleh pegawai butik tersebut.

Keduanya tampak terperangah dengan gaun-gaun pengantin di sana. Meneliti setiap kemewahan yang terlihat oleh mata, Konan dengan segera mendorong tubuh Sakura kemudian tersenyum.

"Ayo pilih gaun yang kau suka, dirimu harus terlihat cantik saat hari itu tiba, Sakura."

*****

Sasuke menghela napas kasar, dia sempat mengikuti Sakura dan melihat wanita itu masuk ke dalam sebuah butik.

Rasanya sangat ingin menyusul akan tetapi terhalang oleh ancaman Itachi, dia sudah berkali-kali tidak menghadiri rapat penting membuat sang kakak menjadi kesal.

Menumpu kepala di atas meja ketika rapat penting itu baru saja selesai, dia mendongak saat mendengar suara ketukan pintu. Setelah memerintahkan untuk masuk, terlihat seorang perempuan berambut merah muda yang ia kenal masuk ke dalam.

"Sakura?"

Wanita itu hanya diam tak berniat menjawab panggilan Sasuke, tanpa membuang waktu langsung saja dia meletakkan sebuah map di atas meja.

"Surat perceraian. Aku sangat berharap kau menandatangani nya segera," jelasnya dengan suara penuh keyakinan.

"Kau gila?"

"Tidak."

Sakura mendorong map itu lebih dekat dengan Sasuke.

"Aku tidak akan melakukan itu!" tolak Sasuke sambil berdiri dari duduknya. Dia mengambil map berisi surat perceraian tadi dan menatap Sakura, "Aku ingin kau kembali bersamaku. Kenapa kau bersikeras ingin bercerai?"

"Karena aku ingin lepas dari pria seperti mu. Tanda tangani itu dan semua selesai Sasuke, untuk apa lagi kau bersikap begini?"

Wajah pria berambut raven tersebut tampak memerah, dia menarik lengan Sakura.

"Aku melihatmu masuk ke dalam sebuah butik, apa ini ada hubungannya dengan surat cerai ini? Kau ingin menikah dengan orang lain, apa dia Sasori? Lalu bagaimana denganku?"

"Apa peduliku." Sakura menepis tangan pria itu dengan kasar, dia berniat pergi dari sana sebelum Sasuke kembali menarik pinggangnya dan memeluk dari belakang.

Dia memberontak namun tak ada hasil apapun, dia bahkan sudah menginjak kaki Sasuke dengan keras akan tetapi juga tak membuat pelukan itu lepas.

"Aku mencintaimu, Sakura."

Tubuh mungil itu berhenti memberontak, dia hanya diam menunggu ucapan Sasuke selanjutnya.

"Rasanya sangat sesak saat kau menolaknya, ternyata ini yang kau rasakan saat itu? Maafkan aku Sakura. Aku mohon, jangan menikah dengan siapapun itu."

Sakura menggelengkan kepala, dia tidak boleh luluh begitu saja. Dengan sekuat tenaga ia melepaskan pelukan itu dan pergi dari sana, meninggalkan Sasuke yang diam menatap kepergian dirinya.

*****

Naruto memandang sendu pada sahabat berambut raven itu, dia menepuk pundak Sasuke pelan dan tersenyum.

"Aku tak tahu pasti apa yang kau rasakan, tapi alangkah baiknya jika kau melepaskan Sakura, Sasuke." Pemuda Uzumaki itu menyandarkan punggungnya pada sofa. "Jika dia tidak ingin bersamamu lagi, kau bisa apa?"

"Tapi, aku mencintainya Naruto."

"Karena cinta itu juga kau harus melepaskannya. Kau pernah dengar tentang mengikhlaskan?" tanya Naruto.

Bungsu Uchiha itu menolehkan kepala padanya, keningnya tampak mengernyit tak mengerti. "Maksudmu?"

"Begini, jika kau mencintai seseorang maka kau akan melakukan apapun untuk membuatnya bahagia, benar begitu?"

Sasuke mengangguk dan Naruto tersenyum setelahnya.

"Jadi, jika orang yang kau cintai ingin bahagia dengan orang lain. Maka kau harus mengikhlaskan nya, kenapa? Karena kau ingin membuatnya bahagia walaupun tidak bersamamu." Naruto menepuk bahu Sasuke kembali, "Bukan berarti aku menyuruhmu untuk menyerah. Hanya saja jatuh cinta tak harus memiliki bukan?"

Pria berambut raven itu termenung, dia membuang muka. Perasaan di dadanya berkecamuk, tak tahu apa langkah yang harus ia lakukan setelahnya.

"Hn. Kau benar, Naruto."

Keduanya saling pandang kemudian larut dalam pikiran masing-masing.









*****

Bersambung.

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang