16- Aneh

7K 680 13
                                    

Gaara menatap Sasori sambil mengernyit heran saat pertanyaan tak terduga itu keluar dari bibir sang kakak ipar. "Kenapa bertanya begitu? Aku tidak tahu kalau dia punya pacar atau tidak. Tapi menurut pandanganku dia sudah memiliki suami."

"Benarkah? Dia terlihat masih sangat muda untuk memiliki suami, kau pasti berbohong padaku." Sasori menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Terserah apa katamu. Coba kau tanya langsung pada Sakura."

"Ide bagus. Tumben kau pintar." Sasori tersenyum mengejek menatap Gaara yang langsung memasang wajah datar dan menggulung kemejanya hingga siku.

"Setidaknya berterima kasihlah padaku. Dasar setan merah!" gerutu pria itu tak terima dengan jawaban Sasori. Tanpa pikir panjang ia pergi dari sana meninggalkan sang kakak ipar yang terkekeh geli melihat wajah kesal Gaara.

*****

Naruto membuang sampah kuaci miliknya ke dalam tas Sai, membuat pemuda berkulit pucat tersebut mendesis tak suka. Dia langsung melempar semua ampas itu ke wajah Naruto, "Ambil sampahmu itu atau aku akan menjadikanmu seperti sampah Naruto."

"Santai." Naruto mulai memunguti sampah kuaci yang berceceran di atas lantai. Kepalanya menoleh saat melihat Neji yang berjalan mendekat, "Hai kakak ipar."

Lelaki berambut cokelat panjang tersebut menghela napas kasar. Tak habis pikir dengan sahabat pirang nya itu. "Kenapa Hinata bisa menyukai makhluk aneh seperti dirimu, Naruto?"

"Sembarangan!" Pemuda Uzumaki tersebut memandang Neji dan mulai mencari kehadiran seseorang, "Di mana Shikamaru?"

"Libur. Dia sibuk mempersiapkan pesta pernikahannya."

Sasuke yang tadinya menumpu kepala menggunakan tangan sekarang malah menegakkannya, menyimak pembicaraan secara diam-diam.

"Shikamaru akan menikah dengan Temari. Jadi dia akan libur untuk beberapa hari ke depan."

"Kenapa kepala nanas itu tidak memberi tahu kita?" tanya Sai tak percaya.

"Tak tahu."

"Mungkin dia dan Temari juga ingin punya anak." Naruto menepuk pundak Sai keras. "Dia ingin mengikuti jejak Teme."

Yang disebut namanya langsung menatap Naruto tajam, seakan ingin menguliti sahabat pirangnya hidup-hidup. Sedangkan yang lainnya hanya diam tak ingin ikut campur.

"Nanti kita ke rumahnya, apa kalian mau?" tanya Sai mencoba mencairkan suasana tegang yang sempat terjadi akibat ucapan Naruto.

"Ide bagus." Angguk mereka setuju, tak lama kemudian mereka semua menoleh saat mendengar teriakan lantang dari arah luar di susul dengan kehadiran Ino yang tampak ngos-ngosan.

"Sai, kita kapan menikahnya?!"

*****

Shikamaru membuka pintu rumah dengan malas ia sudah mengira kalau sahabatnya itu akan datang berkunjung. Naruto melangkah masuk ke dalam rumah diikuti oleh yang lainnya.

Mereka duduk di sofa dan menatap Shikamaru secara bersamaan, mereka tidak terima saat Shikamaru tak mengabari mereka tentang pernikahannya.

"Kenapa tiba-tiba kau ingin menikah begitu saja Shikamaru? Ayo jelaskan!"

"Diam kau baka! Jangan sok keren begitu!" Shikamaru mendengus sambil melempar bantal sofa ke arah wajah Naruto. "Aku diminta untuk segera menikah dengan Temari. Apalagi sekarang adiknya telah mendahului kami."

Sai menaikkan satu alisnya, "Maksudnya apa?"

"Adik Temari sudah menikah, mereka juga akan mempunyai anak. Hal itu membuat Ayahku sedikit iri. Orang tuaku berpikir kalau aku tidak serius dengan Temari," jelas Shikamaru sambil menyandarkan kepala di sofa. Tak berbeda jauh dengan yang lainnya, mereka hanya diam tak bersuara.

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang