Semuanya lekas membaik, Sakura dan Seichi kembali ke rumah. Dan Sasuke sangat bersyukur akan hal tersebut, dia bahkan sudah berjanji akan membuat sang istri bahagia dan senantiasa bersama selamanya.
Belum selesai sampai di sana, setelah Sakura kembali. Mikoto dan Fugaku datang ke rumah mereka untuk berkunjung, sekaligus meminta maaf atas apa yang terjadi. Tangis dan pelukan menjadi hal utama, bahkan Sasuke agak takjub saat melihat sang istri yang memaafkan Ibunya begitu saja.
Padahal dulunya Mikoto pernah menghina dan nyaris mencarikan wanita lain untuknya. Sungguh, ia beruntung bisa bertemu dan menjadikan Sakura pasangan hidup.
Tiada hari tanpa senyum bahagia, melihat tumbuh kembang Seichi yang begitu tak terasa. Bahkan tahun-tahun juga berganti dan Sasuke harap semuanya akan baik-baik saja kedepannya.
*****
Pria berambut raven itu membuka jas yang ia pakai, dia meletakkan tas jinjing miliknya di sofa kemudian berlalu menuju kamar untuk mencari keberadaan sang istri.
"Sasuke-kun sudah pulang?" Suara lembut milik Sakura langsung mengalun di telinga pria itu, tanpa pikir panjang ia berjalan mendekat dan memeluk tubuh mungil tersebut.
Menenggelamkan kepalanya di lipatan leher sang istri, aroma tubuh Sakura benar-benar membuat ia lega dan tenang.
"Sebaiknya mandi dulu, kau bau."
"Biarkan aku bermanja dengan istriku. Kau tahu, aku sangat merindukanmu." Sasuke melepaskan pelukannya dan menatap wajah Sakura gemas. Tangannya terangkat mengetuk dahi lebar itu, "Kau benar-benar obat pereda lelah ku."
Semu merah tercipta di pipi wanita musim semi tersebut, dia memukul dada Sasuke pelan dan membuang muka.
"Aah, kau jadi semakin menggemaskan saat malu begini."
"Jangan menggodaku!"
Sasuke terkekeh geli dan menatap bibir tipis istrinya lama, perlahan pasti ia mendekatkan kepala. Satu gerakan lagi maka dia bisa merasakan kelembutan bibir tersebut.
"Papa!"
Wanita musim semi itu terlonjak kaget, dengan cepat ia mendorong tubuh Sasuke dan berbalik badan. Melihat Seichi yang baru saja keluar dari kamar mandi, wajah bocah lelaki berusia 7 tahun tersebut tampak antusias melihat Sasuke.
"Kapan Papa pulang?" Dia berjalan mendekat kemudian merentangkan tangan, memberi kode agar sang Ayah untuk menggendong nya.
"Papa baru pulang, apa kabarmu? Kau tidak nakal kan hari ini?"
Bocah itu menggelengkan kepala, namun sedetik kemudian langsung memasang wajah cemberut, "Papa tahu? Aku bosan selalu dikelilingi anak perempuan yang berisik itu, mereka terus-terusan memangil namaku!"
Gelak tawa Sakura berderai seketika, ini adalah seminggu pertama Seichi sekolah dan dia sudah mengeluhkan hal itu sebanyak 10 kali dalam sehari.
"Mungkin karena kau tampan, makanya mereka suka." Sasuke mengelus rambut raven itu gemas kemudian menurunkan Seichi kembali, "Papa harus mandi."
"Apa Papa akan selalu sibuk? Kapan kita bisa bermain bersama lagi?"
Pria berambut raven itu menatap manik hitam Seichi, dia berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka. "Seichi ingin kita pergi liburan?"
"Bukan. Bagaimana kalau mengunjungi rumah Nenek? Itu akan lebih seru karena aku bisa bermain dengan kak Izura nantinya!"
"Hn, tak jadi ingin bermain dengan Papa?"
Seichi tampak berpikir kemudian menggeleng, "Tidak. Karena Papa suka hilang dan malah menemani Mama."
"Baiklah. Akhir pekan kita ke sana."
Dan sorakan bahagia Seichi membuat pasangan itu menyunggingkan senyuman. Sasuke beranjak pergi untuk membersihkan diri meninggalkan Sakura dan Seichi yang melanjutkan obrolan.
"Mama?"
"Hm?" Sakura menoleh dan melihat tatapan manik hitam polos didepannya.
"Kenapa wajah Papa begitu dekat dengan Mama tadi?" tanya bocah itu tanpa dosa, yang mana membuat semu merah memenuhi wajah Sakura.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
For Now And Forever [✓]
Short StoryNamanya Haruno Sakura. Gadis berusia 19 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil, disana dia hanya sendirian karena orang tuanya telah meninggal saat Sakura berusia 15 tahun. Kehidupan Sakura berubah drastis ketika memasuki bangku kuliah, dia k...