Extra Chapter II

7.3K 451 20
                                    

Bocah lelaki itu berlari memasuki mansion Uchiha, dia dengan cepat mencium pipi sang nenek dan kakek kemudian menaiki tangga menuju kamar Izura. Seichi bahkan mengabaikan teriakan Sakura yang menyuruhnya untuk berhati-hati.

Mikito menyambut kedatangan putra bungsu dan keluarga kecilnya dengan hangat, dia merangkul bahu Sakura dan berjalan menuju ruang keluarga. Di sana sudah ada Itachi dan juga Fugaku, sedangkan Izumi sepertinya sedang sibuk mengurus Itaru, anak keduanya yang masih berusia 3 tahun.

"Bagaimana kabarmu, Ayah?" tanya Sasuke saat baru saja mendudukkan bokongnya di sofa, dia menoleh saat sang istri malah ditarik lagi oleh Mikoto menuju dapur.

Fugaku meletakkan koran di atas meja, dia tersenyum tipis. "Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja dan semakin tua."

"Hn. Apa ada perkembangan tentang proyek yang aku bicarakan kemarin?"

"Kemungkinan besar ada. Kita hanya perlu menyumbangkan dana dan melakukan promosi."

Percakapan mengenai bisnis menjadi topik pembicaraan ketiga laki-laki itu, walaupun hanya perbincangan kecil namun wajahnya mereka semua tampak begitu serius.

Hingga Mikoto datang dari arah dapur, wanita paruh baya itu membawa teh dan juga cemilan di ikuti oleh sosok Sakura di belakangnya.

"Aku akan memanggil Kak Izumi dan Seichi di atas," pamit Sakura setelah dia menyelesaikan pekerjaannya. Langah kaki wanita itu terhenti ketika melihat sosok putranya yang turun tergesa.

Seichi memasang wajah datar, sepertinya bocah tersebut sedang marah atau merajuk akan suatu hal. "Ada apa denganmu Seichi?"

"Hn."

Dia berjalan dan duduk di dekat Sasuke, bocah itu mengabaikan Sakura yang memandang penuh tanya.

"Hai Sakura, kau di sini ternyata." Suara lembut itu membuat yang dipanggil menoleh, di sana Izumi sedang berjalan pelan dengan Itaru dan juga Izura.

Wanita musim semi tersebut mengangguk, "Kami baru saja sampai kak. Bagaimana kabarmu kak?"

"Baik seperti yang terlihat, Sakura."

Keduanya berjalan kembali menuju ruang keluarga, melihat orang-orang di sana yang sudah duduk di temani teh dan juga beberapa cemilan.

"Ibu, maafkan aku tidak bisa membantu mu menghidangkan ini tadi." Izumi menatap dengan sendu.

"Tenang saja. Aku tahu kalau kau harus mengurus Itaru, jangan memasang wajah sedih begitu." Mikoto menggelengkan kepala, "Lagipula ada Sakura yang menolong ku tadi. Kalian berdua ayo duduklah!"

Mendengar ucapan sang Ibu mertua langsung saja kedua perempuan tersebut duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan suami mereka.

"Seichi, kenapa wajahmu begitu?"

Semua orang menatap kearah bocah kecil berusia 7 tahun yang duduk di dekat Sasuke, anak itu hanya memasang wajah datar tak seperti biasanya.

"Kau merajuk ya?" goda Izura yang membuat Seichi langsung membuang muka.

Mikoto semakin penasaran dengan apa yang terjadi dengan cucunya, "Memangnya ada apa, Izura? Kenapa dia bisa marah begitu?"

"Tak tahu."

Seichi memandang kakak sepupunya itu kesal, dia semakin menekuk wajahnya sebal. "Aku ingin bermain dengan Kak Izura, tapi dia tak mau."

"Kau itu pemaksa dan suka marah. Aku jadi tidak suka bermain denganmu Seichi, akan lebih baik jika aku bermain dengan Itaru yang penurut."

"Tidak ada."

Keduanya menatap satu sama lain, Izura si bocah yang berusia 9 tahun tersebut mengalihkan pandang kemudian tersenyum. "Bermain dengan adik sendiri itu lebih menyenangkan."

"Izura jangan berkata seperti sayang." Wanita berambut cokelat panjang yang merupakan Ibu dari Izura menegur ucapan anaknya.

Sakura geleng-geleng kepala mendengar perdebatan mereka, tangannya meraih gelas teh dan minum perlahan.

"Papa, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan adik?"

Dan pertanyaan Seichi barusan membuat Sakura terdiam, dia menundukkan kepala kemudian meletakkan gelas dengan kaku ke atas meja. Sedikit melirikkan mata pada sosok Sasuke yang terlihat begitu santai.

"Kau mau adik?"

"Hm." Seichi mengangguk antusias, "Apa yang bisa aku lakukan?"

"Kalau begitu Papa akan mendatangkan adik untukmu nanti, tapi Seichi harus sabar ya." Pria berambut raven tersebut tersenyum dan menatap Sakura sebentar kemudian mengalihkan pandang pada putranya kembali.

Bocah itu tampak begitu antusias, dia mengangkat dagu dan melipat tangan di depan dada. "Kak Izura lihat? Aku juga akan punya adik."

"Terserah." Izura menanggapi dengan kesal. Membuat yang lainnya tertawa kecuali Sakura dan Sasuke. Wanita musim semi itu mencoba untuk tidak bertatap langsung dengan suaminya.

"Kalau begitu akan lebih baik jika kau menginap malam ini, Seichi. Paman yakin itu adalah pilihan terbaik," ucap Itachi sambil tersenyum, tatapan menggoda ia berikan pada adiknya.

Seichi mengangguk.

*****

Wanita musim semi itu menoleh saat suaminya keluar dari kamar mandi menggunakan handuk di tubuh. Dia tersenyum dan mengulurkan pakaian tidur yang sudah ia siapkan untuk Sasuke.

"Nanti saja, akan lebih baik jika kau mengeringkan rambutku dulu."

Sakura mengangguk paham dan mengambil handuk lainnya untuk mengeringkan rambut Sasuke, ia menyuruh pria itu untuk duduk di bawah.

Tangan mungil Sakura bergerak di atas kepala Sasuke, memberikan pijatan kecil di sana.

"Setelah ini pakai bajumu, nanti masuk angin."

Tak ada jawaban apapun dari Sasuke, pria itu diam tak bersuara membuat Sakura keheranan, "Sasuke-kun?"

"Bagaimana menurutmu?"

"Apanya?" tanya Sakura kebingungan.

Sosok pria berambut raven itu berdiri dan memilih duduk di samping sang istri, manik hitamnya menatap dengan dalam. "Mengenai permintaan Seichi tadi."

"Jadi, Sasuke-kun memikirkan itu ya?"

"Hn."

Keduanya saling menatap satu sama lain, Sakura tersenyum melihat wajah suaminya yang begitu cemas. Dengan perlahan ia mengangkat tangan dan memegang pipi Sasuke.

"Sakura, jika kau tidak mau aku juga tidak akan memaksamu. Aku takut itu akan menyakitimu nantinya," tutur pria itu lembut.

Sedangkan wanita musim semi tersebut terkekeh geli mendengarnya, tanpa berpikir panjang dia mengecup bibir tipis Sasuke.

"Kau tidak akan menyakitiku, jika kau mau lakukan saja. Aku akan menerimanya dengan senang hati, jangan takut."

Pria itu tertegun mendengar ucapan Sakura, dirinya sangat terkejut dengan respon sang istri. Tangannya menggenggam jemari Sakura dan menatap manik emerald cerah itu.

"Aku berpikir kau akan menolaknya, Sakura."

"Sstt ... Tidak ada alasan untuk menolaknya. Karena itu kewajibanku sebagai istrimu, Sasuke-kun."

Bungsu Uchiha tersebut tersenyum lebar, dia mengangguk dan mencium dahi Sakura sayang. Tangannya beralih memegang bahu sang istri dan menidurkan tubuh itu ke atas ranjang dengan hati-hati.

Manik hitamnya tak pernah lepas dari mata Sakura, mencium bibir tipis itu lembut dan menempelkan dahi mereka.

"A-aku janji. Aku berjanji akan melakukannya dengan pelan-pelan, Sakura."









*****

Bagian terakhir dari cerita FNAF, saya ngucapin terimakasih buat teman-teman yang masih menunggu dan kawal cerita ini sampai tamat. Saya sengaja ga ngubah endingnya kemarin, dan saya juga mau ngucapin maaf karna suka gantung dan hilang gitu aja.

Salam sayang dari Vanilla💚

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang