13- Pekerjaan Baru

7K 645 5
                                    

Setelah pembicaraan malam itu, Sasuke jarang memiliki banyak waktu di rumah. Lelaki itu sibuk bekerja dan selalu pulang larut malam, ketika Sakura membuka mata di Pagi hari maka sosok Sasuke sudah pergi ke kampus.

Keseharian Sakura hanya sibuk membersihkan rumah dan terkadang akan mencongkel tabungannya untuk membeli bahan makanan, sejak mereka menikah Sasuke tak pernah sedikitpun memberikan ia uang.

Sakura berniat untuk mencari pekerjaan, tak mungkin dia akan terus-menerus mencongkel tabungan. Bisa saja dia mengadukan hal ini pada Itachi atau Fugaku tapi ia juga tidak tega melihat Sasuke di marahi.

Pagi ini Sakura memutuskan untuk memasak sarapan dikarenakan Sasuke masih tidur lelap di kamar.

Terdengar suara sepatu yang beradu dengan lantai, sudah dipastikan itu adalah Sasuke. Pria tersebut berjalan melewati Sakura yang menatapnya penuh harap.

"Sasuke-kun?"

Kaki panjang itu berhenti berjalan, seakan menunggu Sakura untuk melanjutkan ucapannya.

"Hari ini aku ingin mencari ...."

"Terserah." Dia memotong ucapan Sakura dengan acuh dan berniat melanjutkan jalannya kembali, namun terhenti tatkala merasakan tarikan kecil di kemeja yang ia pakai. "Apalagi?"

"Apa Sasuke-kun tidak sarapan dulu? Aku sudah ...." Sakura berhenti bicara dan memegang mulutnya, perutnya terasa memberontak. Dengan cepat dia berbalik meninggalkan Sasuke yang masih diam, pria itu membalikkan badan dan menatap punggung Sakura yang mulai menjauh.

Sakura memuntahkan isi perutnya, hanya cairan bening yang keluar. Tapi, kepalanya terasa berdenyut. Menyandarkan tubuh di belakang pintu, mengambil napas dan menghembuskan secara perlahan.

Sakura mencuci mulutnya kemudian keluar dari kamar mandi dengan wajah gontai, rasa kecewa menguar saat tak melihat Sasuke di sana, "Dia pergi begitu saja."

Menghela napas panjang kemudian memakan sarapan yang ia buat tadi, setelah selesai Sakura mencuci piring dan bersiap-siap.

"Ayo Sakura, kau pasti bisa!" Semangatnya pada diri sendiri, mengesampingkan rasa pusing dan mual yang masih mendera.

Jalanan kota amat ramai, mengingat jika hari ini adalah hari sibuk. Perlahan kaki mungil Sakura mencoba mencari sebuah iklan yang biasanya di pajang di depan restoran maupun toko. Matanya terarah pada sebuah toko kue kecil yang bertuliskan sedang mencari seorang karyawan. Dia melangkah penuh semangat dan girang.

"Permisi."

Toko kecil itu sangat nyaman, dan juga rapi. Sakura memandang kagum ketika memasuki toko tersebut.

"Siapa?" tanya seseorang dari arah belakang.

"Permisi saya melihat poster itu tadi. Katanya di sini sedang membutuhkan karyawan, apa benar?"

Lelaki berambut merah itu memandang heran Sakura, kemudian dia berjalan mendekat. "Kau yang waktu itu?"

"Siapa ya?"

"Kau perempuan yang menabrakku waktu itu kan?"

Sakura mencoba mengingat, kemudian terkesiap, "Maaf aku tidak sengaja. Percayalah!" Sakura berujar.

Lelaki berambut merah itu tersenyum tenang sambil mengayunkan tangan, "Tidak apa-apa. Aku hanya sekedar bertanya."

Sakura ikut tersenyum mendengarnya, ia mengulurkan tangan. "Namaku Sakura."

"Oh iya, perkenalkan aku Sabaku Gaara, panggil saja Gaara."

"Salam kenal."

Gaara tersenyum kemudian menyuruh Sakura duduk di kursi yang berada tak jauh dari pintu masuk, pemuda itu menghidangkan air putih untuk Sakura.

"Kau ingin bekerja di sini. Bukankah kau sedang kuliah?" tanya Gaara lembut.

"Dulunya iya, tapi sekarang aku tidak melanjutkan kuliahku lagi."

"Kenapa?"

"Ada alasan yang tidak bisa aku katakan Gaara. Maaf," jawab Sakura lirih.

Suasana menjadi hening sebentar, Gaara menghela napas panjang kemudian berdehem ringan. "Baiklah aku tidak akan memaksamu untuk mengatakan alasan itu Sakura, kau di terima!"

"Benarkah? Terima kasih."

Dia mengangguk dan berdiri dari duduknya, "Kau bisa mengganti pakaian. Aku harus menunggu istriku dulu."

"Istri? Aku pikir kau masih kuliah," jawab Sakura bingung.

"Aku tidak kuliah. Bahkan sekarang aku akan menjadi seorang Ayah, saat bertemu denganmu aku sedang mengantarkan makalah kakakku yang tertinggal. Oh iya aku hanya ingin memberitahu kalau gaji untuk pekerjaan ini tidaklah banyak."

"Tak masalah dengan gaji Gaara, yang penting aku tidak mati kebosanan di rumah." Sakura menjawab dengan pasti. Namun masih ada satu hal yang membuat dirinya khawatir, "Gaara apa toko akan buka sampai malam hari?"

"Tidak. Kita akan tutup saat sore."

Sakura mengangguk paham, "Baiklah. Di mana aku bisa mengganti pakaian?"

"Masuk saja ke sana, di sebelah kanan ada tempat untuk berganti pakaian." Gaara menunjuk sebuah lorong menuju dapur.

"Terima kasih."

Setelah mengganti pakaiannya, Sakura tersenyum hangat pada anak kecil yang membeli sebuah kue cokelat terlihat sekali rasa antusias dari wajah imutnya.

"Kau sangat menyukainya?" tanya Sakura lembut seraya mengelus rambut cokelat gadis itu.

"Ini enak. Kalau begitu aku pergi dulu kakak, sampai nanti!" ujarnya berlari keluar.

Kepala berwarna merah muda itu menengok ke arah pintu ketika terdengar suara lonceng yang berbunyi, di atas pintu memang ada lonceng yang dijadikan sebagai penanda bahwa ada orang yang memasuki toko.

Mata Sakura terpaku pada seorang wanita cantik yang di kenalnya, wanita itu juga sama terkejut nya dengan Sakura. Langkahnya berjalan mendekat pada Sakura.

"Sakura/ Matsuri?" Ujar mereka bersamaan, sungguh sebuah pertemuan yang mengejutkan.

"Apa kau karyawan baru yang dikatakan oleh Gaara?" tanya Matsuri tak percaya.

"Jangan bilang kalau kau adalah istri Gaara?" Sakura bertanya balik pada Matsuri.

"Dunia begitu sempit ya Sakura."

Mereka berpelukan hangat kemudian tertawa bersama, keseruannya terhenti ketika Matsuri melihat Gaara. Wanita itu melepas pelukannya pada Sakura kemudian memeluk suami tercintanya, Gaara.

"Kau sudah sampai, tidak ada yang terluka kan? Bagaimana dengan anak kita?"

Matsuri memukul bahu suaminya pelan, "Kalau bertanya itu satu-satu dong. Jangan membuatku bingung!"

"Aku khawatir Sayang." Dengan santai lelaki berambut merah tersebut mencium kening istrinya dan memapah Matsuri menuju sebuah kursi.

Sakura yang melihat itu ikut tersenyum. Jauh di lubuk hatinya sedikit merasa iri dengan kehangatan pasangan tersebut.








*****

Bersambung.

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang