8- Kenyataan

8.5K 681 30
                                    

Setelah menunggui Sakura siuman, rasa khawatir Ino perlahan menghilang. Dia memeluk Sakura dan menangis menceritakan fakta yang Dokter bilang tadi.

Dapat dilihat tubuh Sakura menegang dan cairan bening itu keluar tanpa diperintah, tangannya meraba pada perut yang masih rata.

Ino sempat memaksa Sakura untuk mengatakan siapa Ayah dari anak tersebut, namun sahabatnya itu hanya diam sambil menangis. Akhirnya ia memilih pergi dari sana, meminta izin ke toilet untuk sekedar membasuh muka.

Namun, saat kembali dari toilet ia berpapasan dengan Naruto yang sempat menghilang. Keduanya berjalan menuju ruang rawat Sakura dan sayup-sayup mendengar perbincangan antara Sasuke dan Sakura.

Bahkan Ino dengan berani menampar pria itu, dia memeluk tubuh Sakura yang bergetar. Membiarkan Naruto pergi mengejar sosok pria brengsek tadi.

"Tenanglah Sakura. Jangan menangis lagi," ujar gadis berambut pirang itu mengusap punggung Sakura. "Akan ku pastikan dia bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat Sakura."

"Tidak Ino. Biarkan aku yang merawat anak ini sendiri aku sanggup dan akan berusaha sebaik mungkin."

"Dia tidak boleh seenaknya begitu saja Sakura anakmu membutuhkan Ayah dan juga marga." Ino melepaskan pelukannya.

Sakura membisu mendengar ucapan Ino, ada benarnya juga dengan apa yang Ino katakan. Walaupun ia berusaha untuk merawatnya sebaik mungkin, akan tetapi anaknya itu akan berkecil hati karna tidak memiliki keluarga lengkap.

"Kau harus memikirkan apa yang terjadi kedepannya Sakura, jangan biarkan anakmu berkecil hati nantinya. Ayo kita pulang aku akan membicarakan ini pada Ayah dan Ibu." Ino berdiri dan membantu Sakura turun dari ranjang.

"Aku takut Ino. Bagaimana jika Ayah dan Ibumu marah?"

"Tidak. Mereka tidak akan marah Sakura. Percayalah padaku," jawab Ino sambil memapah tubuh wanita musim semi itu keluar dari ruang rawat.

Tak lama menghabiskan waktu di perjalanan, mereka telah sampai di rumah Ino. Tangan Sakura ditarik untuk masuk menuju ruang tengah di mana Ayah dan Ibu Ino asik mengobrol. Tatapan mereka teralihkan saat Ino dan Sakura masuk.

Inoichi memandang keduanya penuh tanya, "Ada masalah gadis-gadis?"

"Ayah aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Ino menatap mereka, sedangkan Sakura hanya diam sambil menundukkan kepala.

Ino mulai menceritakan semuanya, kedua orang dewasa tersebut menatap Sakura prihatin kenapa takdir mempermainkan hidup Sakura sebegitunya, Nyonya Inoichi beranjak dari duduknya dan memeluk Sakura erat.

"Tenanglah Sakura. Aku dan Inoichi akan membuat pria itu bertanggung jawab."

"Kita harus segera membicarakan ini dengan keluarga Uchiha." Final Inoichi.

*****

Naruto berdiri di samping Sasuke yang sejak tadi termenung di balkon, tak mengindahkan suara berisik dari arah belakang karna sahabatnya yang lain. Mereka memang biasa berkumpul ketika akhir pekan, dan sekarang giliran rumah Sasuke yang di jadikan tempat naungan.

Tangan berkulit tan itu menepuk bahu sahabat ravennya pelan. "Kau harus membuat keputusan. Jangan bertindak seperti pengecut Sasuke."

"Berisik. Kau tidak paham apa yang aku rasakan!"

Pemuda berambut pirang tersebut menghela napas kasar, dia melipat tangan di depan dada.

"Aku yakin suatu saat nanti Sakura akan menjadi sumber kebahagianmu. Kau hanya perlu menurunkan gengsi dan membuka hati untuk menerima Sakura."

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang