Introduction

610 46 1
                                    

Hampir seminggu sudah Aruna belajar dari rumah, kakinya sudah terasa lebih baik meskipun masih ada rasa nyeri sedikit. Belajar dari rumah yang dimaksud adalah Aruna menyalin catatan milik Melvin atau Reiki secara bergantian, tidak menyesal Aruna memiliki dua sahabat cowok yang masih bisa diandalkan. Melvin dan Reiki sejak Senin secara bergantian ke rumah Aruna memberikan catatan pelajaran pada hari tersebut.

Kamis ini, Reiki yang seharusnya bertugas memberikan catatan ke Aruna, namun malamnya ada acara keluarga yang wajib didatangi dan cukup jauh sehingga membutuhkan waktu lebih untuk siap-siap dan perjalanan, meskipun memang acaranya malam sehabis maghrib.

Sedangkan Melvin, sang tetangga, juga tidak bisa karena harus langsung ke rumah sepupunya mengambil pesanan Bundanya yang sudah dipesan sejak tadi pagi. Belum lagi, rumah sepupunya jauh balik dari sana pasti malam dan tidak ada waktu untuk ke rumah Aruna.

"lu gak usah ngarang dah Vin, rumah lu sama Runa kepleset juga sampe,"

"gue sampe pasti malem, lu gila aja."

"yaaa gak gila, kan tinggal ngasihin."

"lu tuh ya! gak apal-apal masa, rumahnya pasti abis dipake pemotretan dan malem pasti beberes,"

"yaa terus kenapa?"

"rumahnya lagi bukan mode rumah, main asal masuk juga gak bisa,"

"akh! repot amat ni rumah perempuan, udah Jumat aja sekalian."

"iyaudah, lu yang bilang di grup."

"sialan, giliran gini aja lu jadiin gue tumbal."

"cepettt Rei, gue mau otw keburu sore."

"yak sama gue juga."

Reiki langsung mengabari di grup chat, tanpa menunggu balasan Aruna ia langsung memasukan handphone nya ke dalam tas.

Tanpa mereka sadari, perdebatan mereka di pinggir lapangan menarik perhatian disekitarnya yaitu anak-anak basket yang sedang siap-siap akan latihan.

"kayanya udah seminggu si Runa gak keliatan, dua sobinya berduaan terus kaya homo," ujar seorang cowok dengan postur tinggi dan kurus serta memiliki rambut yang sangat jatoh, Deva Arsalan. Posisinya di tim basket sebagai Power Forward bertanggung jawab atas bola-bola rebound.

Mendengar itu Keenan dan Rezvan saling tatap, mereka adalah teman sekelas yang kebetulan menjabat sebagai ketua kelas dan wakil ketua kelas, otomatis selalu berdua untuk urusan kelas ditambah mereka juga mengikuti ekskul yang sama, basket.

"maksud lu, cowo berduaan terus itu homo Dev?" tanya Keenan Ramiro, cowok dengan wajah khas bule dan memiliki panggilan Ken. Posisinya di tim basket sebagai Small Forward bertanggung jawab membawa bola serta mencetak poin. Kemampuan dribble nya tidak usah diragukan lagi, sangat jago.

"gak gitu, tersinggung aja lu mentang-mentang berduan terus ama Evan." sahut Deva yang kemudian mendapat tatapan tajam dari Rezvan Ardana atau lebih sering dipanggil Evan. Evan adalah cowok yang bersikap tenang, tidak banyak bicara namun tidak sedikit bicara juga.Tubuh Evan paling tinggi di antara anak basket lainnya, makanya ia menempati posisi Center bertanggung jawab atas menjaga pertahanan tim dan menyusup ke pertahanan lawan.

"eh tapi iya si udah hampir seminggu gak denger tingkah si Runa dkk."

"akhir tahun, liburan lah sama keluarga."

"bisa jadi," saat semua seru membicarakan Runa dan kawan-kawannya hanya Brian yang diam saja. Definisi cowok-cowok dingin yang irit bicara dan irit peduli. Brian tipikal orang yang terlalu bodo amat dengan sekitar, termasuk gosip-gosip yang tersebar luas. Di tim basket Brian menempati posisi Shooting Guard bertanggung jawab atas mencetak poin, kemampuan shooting nya diakui satu sekolah yang terbaik. Selain itu, ia juga menempati posisi sebagai kapten tim basket.

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang