Tepat pukul 12.30 waktu setempat Melvin sudah balik, meninggalkan Runa sendiri. Band yang menjadi tanggung jawab Runa sedang menikmati makan siangnya. Runa sudah mengatakan apabila butuh sesuatu sang manager bisa langsung memanggilnya. Sambil menunggu Band makan siang, Runa meletakkan kursinya di depan pintu ruang tunggu. Tidak di depan pintu banget juga.
Ting!
Ting!
Ting!
LINE
Alvaro
lu di mana?!
mama masuk RS sekarang.
main doang lu bisanya, jaga nyokap sendiri gak becus.
_
Runa terkejut, tapi entah karena apa. Sang kakak yang tiba-tiba ngechat seakan ingat di dunia ini ia masih hidup atau karena kabar yang diberikan yaitu mamanya masuk RS. Runa sudah tidak terkejut, terakhir orang rumah bilang mamanya drop lagi karena ada beberapa orang yang mengungkit-ngungkit masalahnya lagi. Wajar saja jika mamanya drop lagi. Runa merasa iba, tapi secara logika mamanya bisa dan mampu pergi jauh dari sini demi ketenangan hatinya. Tapi, memang mamanya sendiri yang ingin di sini, jadi tidak perlu menyalahkan siapapun sekarang.
Akibat chat sang kakak yang tiba-tiba membuat Runa menjadi mengingat lagi keadaan keluarganya, papanya yang sudah 4 bulan menghilang bagai ditelan bumi, mamanya yang belum juga bangkit dari keterpurukannya hingga lupa kalau punya anak, kakaknya yang sejak awal masalah sudah lebih dulu memilih tinggal dengan kakek dan neneknya. Tidak ada satupun yang memikirkan bagaimana posisi Runa, tidak ada yang merasa sedih tidak ada Runa dan lebih pahitnya Runa merasa sejak awal ia bukan bagian dari keluarga itu.
Tepat di saat Runa tenggelam dalam pikirannya, lagu Jorja Smith - Don't Watch Me Cry terdengar, dibawakan oleh anak SMA Sangkasa sebagai penutupan penampilan dari Sekolahnya dan pembukaan sebelum para bintang tamu tampil. Keadaannya saat ini di tambah mendengar lagu itu membuat Runa menjadi lebih emosional. Tidak bisa ditahan lagi, tangisnya pecah. Untungnya Runa berada di paling pojok koridor jadi bintang tamu tidak akan dengar dengan jelas.
Siapapun yang mendengar tangis Runa akan merasakan betapa pilunya perempuan itu. Ezra yang kebetulan hanya berniat memanggil Runa untuk makan siang justru dikejutkan dengan kondisi Runa yang sedang menangis. Ezra bingung, tapi tanpa bertanya Ezra memeluk Runa mencoba memberi ketenangan pada perempuan itu. Di sisi ujung koridor lainnya, Killa yang baru saja keluar dari UKS melihatnya, melihat bagaimana Runa menangis pilu. Killa ikut sedih, ia juga menjadi ingat bagaimana kondisi keluarganya, apakah Runa juga sama hancurnya dengan dia.
Brian dari arah parkiran ingin kembali ke ruang tunggunya berpapasan dengan Killa yang sedikit berlari dengan wajah seperti akan menangis. Tidak ambil pusing, Brian tetap melangkah namun saat akan berbelok ia melihat di koridor bintang tamu Ezra memeluk Runa yang menangis. Brian terkejut dan bingung, ia sesekali menoleh lagi ke arah di mana tadi berpapasan dengan Killa. Apa Killa dan Runa bertengkar?
Dibalik rasa penasarannya, saat ini Brian lebih ingin menarik Ezra menjauh dari Runa. Brian merasa tidak suka dan kesal sendiri. Tidak juga bergerak dari tempatnya berdiri Brian menyadari satu hal kepingan Puzzle lainnya seakan ditemukan. Kepingan-kepingan yang mengantarkan ia mengenal Runa lebih jauh. Ezra membawa Runa ke ruang Osis, meskipun melewati Brian, tampaknya Runa tidak menyadari karena perempuan itu hanya menunduk selama perjalanan.
...
Penampilan para bintang tamu sangat dinikmati oleh penonton baik dari SMA Sangkasa maupun dari luar. Hanya Brian yang justru pergi ke indomaret membeli jajanan-jajanan manis seperti coklat, permen kapas, susu dan makanan manis lainnya. Brian seperti kerasukan saat membelinya karena ia tidak sadar. Saat kembali ke sekolah, Brian menatap belanjaannya dan meringis.
Hampir satu jam lebih mencari Runa, tidak juga Brian temukan. Padahal ia tahu pasti Runa ada di ruang tunggu artis tapi karena ia tidak bisa mengakses ke sana dengan batunya Brian malah mencari ke tempat lain. Lihatlah orang kalau sudah jatuh cinta seketika menjadi bodoh.
Acara hampir selesai, banyak artis yang sudah akan pulang. Salah satunya artis yang menjadi tanggung jawab Runa. Kini ia sedang menemani sang artis berfoto ria di photobooth yang memang sudah disediakan. Selain menemani Runa juga menjadi photographer dadakan karena guru-guru yang ingin berfoto bersama artisnya. Pencarian Brian berakhir, ia sudah menemukan Runa sekarang. Di ujung sana, meskipun jauh Brian dapat melihat senyuman Runa yang sangat manis.
Setelah memastikan tugasnya selesai, Runa yang bergegas untuk ke rumah sakit memutar tubuhnya tanpa pikir panjang sehingga ia menabrak dada seseorang. Brian, pria itu sudah berada di belakang Runa sejak dua menit yang lalu.
"akh!" Runa mengaduh kesakitan.
"kenapa buru-buru?" tanya Brian.
"ada urusan mendadak, misi." Runa sudah ancang-ancang untuk menghindari Brian.
"mau gue anter?" membuat Runa seketika diam, ia berpikir sejenak. Mengingat uangnya hanya tinggal 100 ribu, diberi tumpangan sangat meringankan untuk pengeluarannya.
Runa menatap Brian. "boleh,"dan tersenyum.
"aku ambil tas dulu kak," Runa sudah akan melangkah tapi tangannya ditahan Brian dan pria itu menyerahkan belanjaannya ke tangan Runa. Runa menyerengit bingung.
"buat lu,"
"o-oh makasih kak," Runa langsung bergegas mengambil tasnya. Memikirkan sekantong belanjaan yang baru saja ia terima akan membuatnya semakin lama ke rumah sakit.
Kembalinya Runa setelah mengambil tas ada Thalia bersama Brian. Membuat Runa memelankan langkahnya.
"oh lu harus anter Runa? iyauda gapapa Bri kalo gue gak bisa balik bareng lu, gue tau ko Pak Gery gimana." ucapan Thalia membuat Runa merasa tidak enak hati karena mereka jadi tidak bisa balik bareng. Thalia berlalu sambil senyum sedikit pada Runa, sehingga Runa mau tidak mau harus senyum secara terpaksa. Runa menatap Brian, yang ditatap hanya mengendikan bahu dan berjalan ke arah parkiran.
≈≈≈
Brian
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast | Jay Enhypen
Fanfiction𝙀𝙣𝙝𝙮𝙥𝙚𝙣 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙅𝙖𝙮 𝙛𝙩 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙚𝙚 "maaf yaa.." ujar Runa. "maaf kenapa?" dahi Brian menyerngit. "maaf waktu acara di rumah aku pada ngeledekin, pasti ga nyaman banget kan." "kata siapa?" "eh, nggak kata siap...