Tepat tanggal 1 April ini merupakan hari ulang tahun Arbel, ia mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-16 di sebuah Ballroom Hotel ternama. Hampir satu sekolah diundang olehnya karena Arbel cukup banyak mengenal anak SMA Sangkasa.
Runa datang bersama Melvin, mereka agak telat karena kondisi jalan yang sangat macet. Telat membuat mereka harus menunggu di dekat pintu masuk karena begitu banyak orang yang hadir. Di saat bersamaan, di sisi kiri pintu masuk ada Ken dan Killa yang sedang berdiri menunggu acara mulai. Runa dan Killa tidak sengaja bertemu tatap membuat keduanya menjadi canggung.
Butuh waktu 30 menit untuk semua tamu undangan menempati tempat duduk yang sudah diatur. Runa dan sahabatnya juga sudah memberi selamat dan kadonya pada Arbel. Acara dimulai dari orang tua Arbel yang memberi pembukaan dan ucapan selamat kepada Arbel, dilanjut dengan beberapa tamu undangan yang ditunjuk untuk memberi ucapan kepada Arbel. Setelah itu baru acara inti yaitu potong kue dan foto-foto.
Acara dilanjut dengan hiburan, ada games dan penampilan band terkenal. Acara games diramaikan oleh para tamu undangan. Games yang seru dan lucu membuat para tamu undangan lainnya yang menyaksikan tertawa bahagia.
Di tengah-tengah menikmati acara, handphone Runa berdering membuatnya terpaksa minggir ke sisi ruangan untuk mengangkat telepon.
"halo,"
"cepet pulang, ada Papah di rumah, ini penting."
"kenapa? halo?" keadaan yang cukup berisik membuat suara di seberang telepon sana kurang jelas. Runa berjalan ke arah luar, Melvin dan Rei yang memperhatikan sejak tadi beranjak mengikuti Runa.
"halo, kenapa?"
"ada Papah di rumah, sini ke rumah penting." tubuh Runa seketika kaku hingga ia berhenti mendadak, Melvin dan Rei bingung.
Sambungan telepon terputus tapi ekspresi Runa dan tubuhnya yang kaku belum juga berubah.
"Na, kenapa?" Melvin khawatir. Runa yang ditanya hanya diam.
"eh, gapapa, kayanya gue balik sekarang,"
"tiba-tiba banget?"
"ada apa?" Rei sampai berpindah posisi ke depan Runa namun Runa tetap diam.
"yauda gue anter ya?"
"iya mending dianter Melvin, jangan balik sendiri Na,"
"gapapa, gue sendiri aja," Runa mulai membuka aplikasi ojol.
"Na, tolong, biar gue aja yang anterin ya, kan lu dateng ke sini juga sama gue," pinta Melvin, ia tidak tahu apa yang terjadi tapi pasti ini sangat urgent bagi Runa.
"Na, jangan balik sendiri yaa, dianterin aja." Rei membantu membujuk Runa.
"udah dapet nih ojolnya, makasih tawarannya Vin, tapi gue harus balik sendiri." Runa
"tapi kenapa Na?" Melvin masih tidak mengerti.
"gue gak tau ini hal yang gue tunggu-tunggu atau bukan selama ini, tapi setidaknya momen ini yang menentukan harapan gue masih ada atau ngga, dan apapun hasilnya gue harap ini yang terakhir, terakhir gue ngerasain sakit." ujar Runa lugas.
Kalimat panjang Runa tidak diucapkan dengan kencang, namun keadaan lobby yang sepi membuat kalimat itu dapat terdengar jelas baik dari jarak sedikit jauh darinya.
Seperti Brian dan teman-temannya yang tengah berada di lobby juga dapat mendengarnya. Mereka sampai terdiam seketika.
Melvin dan Rei sudah ingin menangis mendengarnya, mereka merasa sedih karena menyadari betapa banyak rasa sakit yang Runa rasakan selama ini.
"okey, lu hati-hati, kalo udah bisa kasih kabar, secepatnya kabarin kita." Melvin menahan air matanya untuk tidak keluar.
"u did well Na," Rei mengusap bahu Runa.
Runa melangkah untuk keluar gedung, baru langkah pertama tatapannya bertemu dengan tatapan Killa lagi karena kini Killa dan yang lain menghampirinya. Killa dengan tatapan sendu serta air mata yang sudah menggenang di pelupuk hanya dibalas dengan wajah tanpa ekspresi dan ditinggal Runa berlalu begitu saja. Brian sudah ancang-ancang ingin mengejar namun ditahan oleh Melvin.
...
Sudah hampir 15 menit keluarga Runa hanya diam di meja makan mereka. Meja makan yang sejak dulu memang sepi kini semakin terasa dingin.
Papah Runa angkat bicara, mengatakan bahwa ia tidak akan menikah lagi dengan siapapun, namun kembali menjadi keluarga seperti semula juga tidak bisa, butuh waktu untuk itu.
Papah Runa berharap Mamah Runa jangan menyiksa diri sendiri, kembali ke rutinitas yang positif. Serta Papah Runa juga meminta maaf kepada anak-anaknya dan mengatakan biaya pendidikan anaknya akan ditanggung sampai S3 jika mau.
Runa memotong ucapan sang Papah. "apa dengan biaya pendidikan tertangani, masalah hidup selesai? bagaimana dengan kehidupan sehari-hari, apa tidak butuh uang ? apa Papah pernah mikirin kondisi aku saat Papah mulai stop transfer uang ?
"apa kalian pernah mikirin kondisi aku sedikit aja? aku bahkan harus banting tulang untuk dapat uang jajan, uang keperluan sekolah. aku udah ga dapet kasih sayang dan hangat keluarga apa harus juga dapet kesusahan secara materi? aku cape, jujur, bahkan aku gak tau apa yang penting buat diri aku sendiri, bertahan buat bisa makan besok atau belajar demi punya title yang baik sebagai pelajar.
"aku cape hati dan fisik, udah ga kehitung luka yang aku dapet demi uang, ini semua karena keegoisan kalian masing-masing, aku ga bisa ngerasain masa remaja yang normal." isak tangis Runa pecah, ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Punya keluarga yang utuh tapi terasa tidak memiliki keluarga.
Papah, Mamah dan Alvaro merasa bersalah dan ikut menangis. Mamah Runa langsung memeluknya. Sambil menangis Runa berucap lagi. "aku udah besar, aku udah cukup paham dengan kondisi yang ada, aku cuma minta setidaknya jangan buat aku seperti orang yang tidak punya lagi sandaran."
"maafin Mamah, Runa, maafin."
"Papah minta maaf Runa, kamu sampai sejauh ini ngerasain sakit akibat keegoisan Papah." Papah Runa ikut memeluk.
≈≈≈
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast | Jay Enhypen
Fanfiction𝙀𝙣𝙝𝙮𝙥𝙚𝙣 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙅𝙖𝙮 𝙛𝙩 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙚𝙚 "maaf yaa.." ujar Runa. "maaf kenapa?" dahi Brian menyerngit. "maaf waktu acara di rumah aku pada ngeledekin, pasti ga nyaman banget kan." "kata siapa?" "eh, nggak kata siap...