New Chapter [End]

517 42 12
                                    

Keluarga Runa kembali utuh setelah semuanya kembali saat bulan Ramadhan akan tiba. Mereka semua akhirnya berdamai dengan diri masing-masing serta berdamai satu sama lain demi menjadi keluarga yang rukun.

Runa sendiri sudah memaafkan keluarganya begitu juga ia meminta maaf kepada keluarganya karena belum bisa jadi anak yang baik. 

Waktu satu bulan lebih ternyata cukup membuat anggota keluarga Runa saling intropeksi diri. Hari Raya kali ini terasa begitu hangat serta haru. Runa dan keluarga menghabiskan waktu bersama keluarga besar. Mereka juga meminta maaf kepada keluarga besar yang mendapat efek dari pemberitaan yang beredar. 

Apa yang terjadi di Hari Raya ini buat Runa adalah hadiah terbaik baginya setelah setahun lebih berjuang sendirian. Tidak ada yang sia-sia, semua usaha bertahannya terbayarkan.

Di sisi lain…

Sama dengan kondisi di rumah Runa, Brian dan keluarga juga merayakan Hari Raya dengan hangat bersama keluarganya. Serta para tetangga yang hadir untuk bersilaturahmi. 

Seperti keluarga Thalia yang datang ke rumah Brian dengan membawa hampers. Setelah saling bersalaman, Mamah Thalia menyodorkan hampers ke Mamah Brian.

"ya ampun jeng, terima kasih jadi repot gini,"

"apanya yang repot jeng, ini juga setahun sekali kaya gini," 

"mari masuk," keluarga Thalia dibawa ke ruang tamu. 

"Bi Wen tolong sediakan minum yaa," ujar Mamah Brian. 

"Brian makin ganteng aja," 

"Thalia makin cantik aja nih," sahut Mamah Brian seraya mengusap rambut Thalia yang kebetulan duduk di sampingnya. 

"terima kasih, Tante." 

"tapi kayanya dua bulan terakhir ini kalian jarang bareng yaa? sekelas bukan?" tanya Mamah Thalia. 

"Brian sibuk Mah, kan dia kapten basket." Thalia yang menjawab. Brian merasa tidak enak.

"maaf ya Thalia anak Tante ga bisa bareng terus," 

"gapapa Tante, kadang masih pulang bareng ko," 

"ohh iya? terima kasih yaa Brian selalu jaga Thalia, kamu nih manis banget ga berubah." Brian hanya tersenyum canggung.

"lucu lihat mereka yaa," Papah Brian ikut nimbrung.

"apa kita jodohin aja nih? hahaha." ujar Papah Thalia, membuat semua tertawa kecuali Brian. Ia terkejut keluarga ini berpikir sejauh itu. 

"wah boleh tuh, Brian belum pacaran juga kayanya," sahut Mamah Brian dengan riang.

"atau jangan-jangan kalian udah pacaran nih?" kini Mamah Thalia.

"ihh.. Mamah, nggak ko," jawab Thalia dengan gelagat malunya.

Brian merasa perbincangan ini akan berujung tidak mengenakan buatnya maka harus cepat di-cut menurutnya.

"Tante, Om maaf tapi Thalia udah Brian anggap kaya adik sendiri." suasana menjadi canggung, perasaan Thalia bagai disambar petir. Dirinya teringat saat ditolak Brian dulu, kini bahkan Brian menolaknya di depan keluarganya, rasa sakitnya jauh lebih dalam tentu. 

"eh haha maaf ya jeng Brian ini anak tunggal dan sangat ingin punya adik dulunya, makanya sekarang dia bisa sesayang itu sama Thalia," jelas Mamah Brian sedikit canggung. 

"bagus itu justru Brian jadi sosok laki-laki yang patut diacungi jempol, Om bangga sama kamu, terima kasih yaa Brian." 

Selanjutnya dialihkan dengan perbincangan bisnis masing-masing. Brian juga memilih ke kamarnya dengan alasan ingin men-charger handphone. Sedangkan Thalia, dia sibuk menyembunyikan sakit hatinya. 

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang