Care

258 42 1
                                    

SMA Sangkasa tengah mengadakan kegiatan 'mengecat bersama' terdengar aneh memang, menurut guru yang mengusulkan katanya itu demi meningkatkan kreatifitas para muridnya.

Setiap kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan mendapat spot tempat mengecat masing-masing. Kegiatan itu dilakukan selama dua hari, yaitu Jum'at dan Sabtu. Jika murid tidak bisa menyelesaikan pada hari Jum'at, mereka bisa melanjutkan pada hari Sabtunya.

Runa memilih datang pada hari Sabtu karena Jum'at nya ia gunakan untuk bekerja full time agar sekarang ia bisa libur dan fokus kegiatan sekolah.

Semalam Runa pulang kehujanan hingga seluruh badannya basah semua dan sialnya baju di apartemen benar-benar sudah habis, saat ini untuk ke sekolah hanya tersisa sebuah t-shirt dengan model leher yang rendah yang dapat mengekpos dadanya. Ia tidak ada pilihan lagi selain memakai itu dan ia pikir pasti sahabatnya memakwi hoodie dan bisa ia pinjam.

Runa datang lebih dulu ke sekolah, namun karena merasa ragu dengan pakaian yang ia kenakan saat ini, ia memutuskan menunggu Melvin yang katanya sudah otw sejak tadi di bangku tunggu parkiran motor. Benar saja, tidak lama Runa duduk di sana Melvin sampai. 

"astaga Naaaa, gak nyangka gue."

"kok lu gitu sihh!!! jelas banget yaa?"

"bukan jelas lagi Naa Naa."

"ah yang bener lu." Runa bolak balik menatap Melvin dan dadanya dan seketika menutupinya dengan tangan.

"aduh Na lu sengaja atau gimana?"

"mana ada sengaja baju gue abis di apart, kemarin kan hujan terus belum ada yang kering. gara-gara semalem gue keujanan, jaket terakhir gue basah."

"anjir lu ujan-ujanan semalem?! kalo sakit gimana dodol!!!" kesal Melvin. 

"aduh lu tolong fokus ke masalah yang sekarang aja, pinjemin hoodie lu sini."   

"oiya! sorry to say tapi gue gak pake kaos lagi. udah gapapa lu bagi-bagi rezeki, kali aja abis ini nilai lu aman."

"emang dasar temen gak guna!" Runa memukuli bahu Melvin brutal. 

Aktivitas mereka mengalihkan fokus seseorang yang sejak tadi tengah berfokus pada handphonenya. Ia adalah Brian,  di atas motornya yang terparkir sejak tadi bahkan sebelum Runa tiba di sekolah. Sat baru sampai ia mengecek handphonenya yang ternyata mendapat email terkait undangan turnamen basket dan langsung tertarik membaca saat itu juga. 

Di tengah-tengah membaca ia terganggu dengan suara percakapan antara dua orang yang ternyata saat ia lihat adalah Runa dan sahabatnya. 'selalu mereka' batin Brian, tapi sedetik kemudian Brian cukup terkejut saat matanya meneliti pakaian Runa. Sedetik kemudian Brian mengalihkan pandangannya kemana saja asal tidak ke arah Runa.

Padahal posisi Brian saat ini tidak akan ada yang lihat, tapi entah kenapa ia merasa gerogi sendiri. Seraya melihat kesana kisini, Brian melepas hoodienya dan turun dari motor. Dengan keberanian yang spongan, Brian melangkahkan kakinya ke arah Runa dan Melvin berada.

"pake, baru gue keluarin hari ini." ujar Brian begitu sampai tepat di depan Runa. Runa yang dihampiri tiba-tiba hanya bisa melongo tidak percaya. Posisi Brian yang memang lebih tinggi dari Runa dapat melihat dengan jelas dada Runa yang terekspos akibat model bajunya yang sangat rendah.

Brian mengalihkan pandangannya dan menjatuhkan hoodienya tepat di paha Runa setelah itu ia langsung berlalu. Jika ada yang bisa mendengar detak jantung Brian pasti akan tertawa karena berdetak lebih cepat dari biasanya. Definisi semua cowok sama aja.

"Vin?"

"pake, keburu jadi bahan omongan tetangga nanti."

"iya, iya gue bisa sendiri."

"kayanya rencana gue sama Rei buat deketin lu sama Kak Brian berhasil dah Na, buktinya dia udah mulai notice lu."

"anjir sejak kapan?"

"lu gak sadar?"

"gak."

"yang pas kita ketauan dia, dan berujung lu digendong sama dia."

"demi apa?!!!"

"padahal kita kuat-kuat aja, tapi sengaja pura- pura lembek di depan dia." ujar Melvin sambil tertawa.

"emang dasar temen gak guna!!!!" Melvin sudah kabur terlebih dulu karena ia sudah hapal reaksi Runa akan seperti apa.

"lu kok gak ngasih tau gue, kalo tempat kita sebelahan sama tempat Kak Brian." bisik Runa pada Melvin seraya mengerjakan tugasnya.

"kemarin dia gak ada, jodoh emang ama lu."

"lu bahas kaya gitu lagi, gue kempesin ban motor lu." bisik Runa tapi penuh dengan penekanan.

"jangan ngorbol Runa Melvin." ujar teman sekelompok mereka.

"mana ngobrol siii, ini lagi kerja."

"gue denger yaa lu berdua bisik-bisik."

"gak usah didengerin."

"Runaaa."

"sepi banget berasa ujian Taaaa." melas Runa kepada temannya yang bernama Dikta itu. Di sampingnya, Brian tersenyum mendengarnya.

"Na, lu nurut aja mending ama si Dikta dari pada di smackdown." ujar Melvin memperjelas sabuk hitam yang dimiliki Dikta.

"gak lah, Dikta mah gak gitu sama cewek, iya ga Ta?" Dikta yang diajak berbicara hanya diam. Membuat Runa panik dan langsung berkata. "sumpah gue ga ngomong lagi abis ini."

Brian hampir tidak bisa menahan tawanya jika saja Deva dan temannya yang lain menghampiri.

"baru dateng hari ini juga lu? eh! bentar ko kek hoodie lu deh Bri." ujar Deva begitu menyadari di samping Brian ada Runa yang tengah mengecat dengan teliti.

Runa merasa takut, takut jika ia membuat Brian malu karena meminjamkan hoodienya, apalagi jika tahu alasannya.

"tuh hoodie siapa aja juga punya kali Dev." celetuk Thalia. Untungnya persekian detik mereka datang, Melvin mengganti posisi Runa karena ia tahu jika Runa berada terlalu dekat dengan mereka wangi parfume yang ada di hoodie Brian akan tercium.

Brian tidak menjawab karena memang tidak ingin. Apalagi membahas hoodie membuatnya teringat yang tadi di parkiran, sudah susah payah ia mencoba melupakan.

Sekitar jam 2 pekerjaan mengecat telah selesai. Brian sudah memberi tahu teman basketnya untuk berkumpul di tempat biasa basket kumpul yaitu basket hall dekat sekolah karena ia ingin menginfokan tentang lomba dan sekaligus main basket. Tapi saat baru akan ke parkiran, mereka—anak-anak basket menyaksikan pertengkaran antara teman mereka dengan kekasihnya.

Di antara mereka semua, hanya Evan yang sedikit tahu tentang masalah kekasihnya Ken. "si Killa kayanya lagi banyak masalah banget yaa sampe emosi sambil nangis gitu, untung si Ken sabar." ujar Deva, namun detik selanjutnya mereka dikejutkan dengan nada tinggi dari Ken yang membalas ucapan kekasihnya.

"kamu jangan asal nilai sendiri, emang kamu tau keluarga dia bahagia?! orang bisa kelihatan baik-baik aja di sekolah, tapi gak ada yang tau di rumah gimana. jangan kamu ngelakuin hal-hal bodoh, yang bakal kamu sesali! kamu ada aku Kil,"

≈≈≈

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang