Semua anak basket terkejut melihat reaksi Ken kepada pacarnya. Bahkan mulut Deva sampai menganga tak percaya karena baru beberapa detik dia sebut Ken penyabar.
Para anak basket pun mengurungkan niat untuk berkumpul karena pasti suasana menjadi tidak enak. Brian bingung apa yang terjadi sama Ken, selama ia mengenal Ken, dia bukan tipe orang yang seperti itu. Sepertinya masalah pacarnya Ken sangat serius dan besar. Brian lagi-lagi jadi penasaran dengan masalah orang lain, tapi kali ini dia punya hak karena jika masalah itu Ken jadi tidak fokus di basket maka Brian berhak turun tangan.
"minggu depan aja kita bahas itu Bri," ujar Evan menepuk bahu Brian. Dibalas dengan anggukan oleh Brian.
"kita batalin kumpul hari ini." ujar Brian kepada anak basket yang lain.
"siap Bri,"
"hati-hati breh!" Mereka saling pamit satu sama lain.
…
Runa sudah datang sejak tadi pagi dengan paper bag coklat di tangannya. Tapi ia tidak juga masuk ke kelas dan justru menyender di depan koperasi.
Ia menunggu Brian datang, bodohnya dia main asal bawa saja hoodie Brian tanpa mengabari dulu kalo akan mengembalikan. Runa pikir Brian akan ke koperasi karena cukup sering berpapasan denganya di koperasi tapi ternyata salah dugaan Runa, Brian pagi itu tidak ke koperasi.
Runa memutuskan untuk membawa pulang lagi saja hoodienya dan ia pun berjalan ke arah tangga menuju kelasnya. Baru akan berbelok ke arah tangga, Brian keluar dari kelasnya. Sontak saja Runa memanggil Brian.
"Kak Brian!" seru Runa cukup untuk membuat Brian menoleh dan menaikkan satu alisnya.
Runa sengaja tidak melangkah mendekati Brian, karena pasti murid lain akan notice. Jadi ia hanya diam saja setelah memanggil Brian, membuat Brian bingung dan mengalah untuk menghampiri Runa.
Masih tidak berbicara apa-apa, Brian hanya diam saja menghadap Runa. "ini hoodienya, thanks kak." Runa memberikan paper bagnya, Brian tidak langsung mengambil karena ketika menengok ke arah paper bag matanya justru fokus pada kaki Runa yang menggunakan perban elastis di mata kaki dan juga lututnya.
Brian mengambil paper bagnya dan mengangguk. Runa tanpa basa-basi lagi langsung menaiki tangga sedakngkan Brian masih memperhatikan kaki Runa. 'abis jatoh di mana lagi dia?'
Tidak hanya itu, banyak sekali pertanyaan Brian untuk Runa, tapi hingga saat ini belum ada kesempatan untuk Brian mengutarakannya.
…
"lu pada tau ga sihhh???"
"kaga kan lu belum ngomong."
"heran stok gosip lu ga pernah abis." Melvin mendekat kepada Rei dan Runa siap untuk mendengar gosip baru.
"bukan gosip!!!"
"gue didaftarin les sama nyokap, malesin parah."
"udah gitu doang?"
"sial! belooom. terus pas sabtu kemarin, pertemanan pertama gitu sama tutornya. ehhhh taunya gue sekelas sama anak sekolah ini juga."
"siapa? most wanted sekolah? kalo bukan mah gak kaget laah, siapa aja juga bisa les di tempat lu."
"Arbella, anak IPA 1 yang cantik ituuuu."
Runa dan Melvin saling tatap dan berpikir mengingat-ngingat siapa itu Arbella.
"gak kenal gue,"
"sama gue juga."
"ah! sekolah pada ngapain aja dah lu sama yang cantik kaga notice."
"eh!!! lu berdua kan lebih sering notice yang ganteng daripada yang cantik!!!!!" setiap katanya diucapkan dengan penuh penekanan oleh Runa. Membuat kedua sahabatnya tertawa menggaruk leher yang tidak gatal.
Arbella adalah salah satu anak kelas 10 yang aktif Osis dengan otak yang cerdas dan berwajah cantik serta memiliki kepribadian yang ramah. Rei menjadi antusias berteman pada Arbel karena Arbel mempunyai vibe yang sama dengan Runa, ramah.
Saat istirahat pertama ternyata hujan turun, banyak murid yang malas menuju kantin dan lebih memilih di dalam kelas saja. Tapi tidak dengan Runa dkk, kedua sahabatnya memaksa Runa untuk makan. Jadilah kini mereka tengah berjalan hati-hati menyusuri koridor menuju kantin. Mereka sangat lucu berjalan dengan saling pegangan tangan satu sama lain.
"sampe juga akhirnya tanpa ada drama." ujar Melvin.
"kalo sampe ada drama, Runa bisa masuk rumah sakit gue rasa." sahut Rei.
"udah lu duduk sini, kita yang pesenin." Melvin mendudukan Runa dan mengusap rambut Runa yang terkena air hujan. Kedua sahabatnya selalu bisa membuatnya kesal dan terharu sedetik kemudian.
Runa yang ditinggal kedua sahabatnya mengitari pandangannya pada seluruh penjuru kantin. Matanya menangkap Brian yang baru saja memasuki kantin dan menghampiri teman-teman basketnya yang sudah lebih dulu berada di sana.
"anget ye breh," ujar Deva.
"tumben hoodie gak lu tinggal di motor?" tanya Ken.
"tau gue bakal ujan," sahut Brian santai.
Deva mengendus hoodie Brian. "bukan wangi parfume lu,"
"ga sempet," yang lain menganggukan kepalanya pertanda paham.
Jantung Runa berdetak tak karuan tapi entah karena apa. Entah karena hampir ketahuan, karena Brian langsung pakai hoodienya atau karena hal lain.
"lu jadi banyak bengong ya Na kaya orang punya masalah idup." ucapan Rei membuat ekspresi Runa berubah menjadi kesal.
"menurut lu selama ini gue menghadapi apa kalo bukan masalah hidup?"
"weitss santai, itu bukan masalah hidup, pendewasaan diri."
"palelu!!" Runa memukul bahu Rei.
"makan! jangan kaya tom jerry berantem terus." seru Melvin yang masih mengaduk soto milik Runa. Runa dan Rei masih sibuk saling ejek dari ekspresi mereka.
Brian dari jauh merasa lega, melihat Runa memiliki sahabat yang selalu ada. Tapi Brian menjadi terpikirkan satu hal. Bagaimana jika ia jatuh hati lagi pada seseorang yang memiliki sahabat cowok? bagaimana jika akhirnya akan sama kaya seperti sebelumnya?
Seketika Brian menggelengkan kepalanya, untuk menyadarkan dirinya dan pikirannya barusan. "lu kenapa Bri?"
"nyamuk."
"oh iya kalo ujan gini nyamuk di taman pasti pada kesini."
"oh ngaruh gitu yaa?"
"engga tau sih, gue ngasal."
"sial Ken!."
≈≈≈
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast | Jay Enhypen
Fanfiction𝙀𝙣𝙝𝙮𝙥𝙚𝙣 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙅𝙖𝙮 𝙛𝙩 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙚𝙚 "maaf yaa.." ujar Runa. "maaf kenapa?" dahi Brian menyerngit. "maaf waktu acara di rumah aku pada ngeledekin, pasti ga nyaman banget kan." "kata siapa?" "eh, nggak kata siap...