Take Sides

221 40 0
                                    

SMA Sangkasa akan melaksanakan UTS. Membuat para murid menjadi belajar lebih giat daripada biasanya, semua kegiatan ekstrakurikuler juga sedang diliburkan, anak-anak yang menambah jam belajar di tempat les semakin menambah waktu jam belajar  mereka. Kecuali mereka yang merasa tidak perlu menambah jam belajar atau mereka yang memilih waktu tersebut untuk mencari uang seperti Runa. 

Di antara sahabatnya yang mulai sibuk dengan belajar hanya Runa yang saat ini meskipun jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, ia tetap semangat menjawab pertanyaan para pelanggan yang berkunjung ke toko baju tempatnya bekerja. 

Terhitung hampir dua bulan dirinya bekerja di sana. Fee yang tidak seberapa namun tetap bisa terasa cukup, ditambah lagi pemilik dan rekan kerja yang supportif membuat Runa sangat menikmati bekerja di sana. Ia jadi bercita-cita memiliki toko seperti ini dengan lingkup kerja yang nyaman. 

LINE

Reiki 

anjir gue hampir lupa bayaran bulan ini wkwkw 

Melvin 

kalo di grup ga diomongin lu pasti bablas sih Rei, trs pas masuk uts tbtb bingung gaada nama lu wkwkwkwkkwkw 

Reiki 

benerr, kek orang bego dah gue nyari sana-sini wkwkwk 

Melvin

coba dah Rei 

Reiki 

ogah lu aja sana 

Na ke mana ga muncul?? @You 

sibuk gue, belum selesai ni 

Melvin

jangan bilang lu masih di tempat kerja???

Reiki 

ini udah mau jam 10 anjir !!! dan besok masih sekolah 

bolos sih gampang

Melvin

enteng ketikan lu mentang-mentang bayaran sekolah udh sampe lulus 

Reiki 

mau uts gilaaa 

iyeee santuyy 

besok juga gue udah duduk manis menunggu lu pada dateng 

Melvin 

pulang sekarang Na, gue jemput 

jangan sinetron deh vin

Reiki

idup lu emg sinetron kan Na, gas aja sekalian 

sialan! 

dah ah byeeee

Melvin

susah bgt ngomong sama tembok 

Reiki

temen lu si itu 

Melvin

temen lu jugaaa

Runa sudah siap-siap akan pulang kerja, di perjalanan pulang ia mengingat-ngingat apakah esok ada pr atau tidak. Tidak cukup rasanya hanya memikirkan sekolah, ia juga harus memikirkan bagaimana ia hidup untuk hari esok, bukan tidak punya saudara, tapi sejak awal masalah saudara saja menjauh bagaimana bisa Runa datang ke mereka untuk meminta tolong. Saat ini Runa sedang berada di masa paling jatuh selama hidupnya, ia berharap ada harapan indah setelah semua yang ia lalui saat ini. 

Keadaan kantin begitu ramai tidak seperti biasanya, mungkin ini efek semua murid mulai belajar ekstra mereka rasa lapar mereka menjadi dua kali lipat. Bahkan tenant-tenant makanan sudah tidak terlihat karena dikerubungi para murid. 

Di sisi pojok kanan kantin di penuhi dengan anak-anak basket yang seakan mereka sudah memesan tempat itu, namun nyatanya tidak. Tanpa sengaja mereka berkumpul di sana. Wajah Ken yang terlihat sangat pusing membuat beberapa teman dekatnya menoleh kepadanya sesekali, mereka ingin bertanya namun diurungkan karena mereka sedang makan. Brian sudah selesai, ia sengaja menunggu Ken selesai makan untuk bertanya beberapa hal. 

“kenapa?” begitu Ken kembali setelah meletakkan piring Brian langsung bertanya. Membuat Evan dan Deva menoleh. Namun Ken hanya menggelengkan kepalanya. 

“lu kalo ada masalah dan gak sanggup nanggung sendiri, lu bisa minta bantuan ke kita, atau mungkin lu cuma butuh sekedar didengarkan, kita siap.” ujar Evan. 

“kita  akan bantu semampu kita,” tambah Deva yang ikut menjadi serius mendengar penuturan Evan. 

Ken mengusap rambut dan wajahnya frustasi, kemudian ia menoleh ke kiri dan kanan melihat keadaan kantin. Ken menarik napas panjang dan menghembuskan dengan kasar. 

“gue lagi gak bisa fokus apa-apa, setiap hari gue nemenin Killa.” 

“gue susah tidur, Killa bahkan sampe gak mau makan pas nyokapnya harus diopname lagi karena kesehatannya yang drop. Ditambah bokapnya udah lepas tanggung jawab atas nyokapnya. Killa merasa sendiri banget dan sedih liat nyokapnya yang harus dirawat lagi. gue bingung gue harus apa, rasanya di sisi dia setiap saat aja gak cukup.” 

“apa bokapnya Killa sama nyokapnya Runa itu bener?” Evan yang sedikit tahu ia bertanya. 

“gue juga gak tau, yang bikin masalah ini jadi besar karena sekarang justru bokapnya Killa yang nuduh istrinya selingkuh. gue juga gak tau benernya gimana, gue cuma ga sanggup liat Killa setiap hari nangis. keluarganya hancur, dia ngerasa bersalah dan belum terima semua  itu dia yang ngalamin.” 

“sebentar-sebentar, gue masih belum paham maksud pertanyaan Evan, bokapnya Killa sama nyokapnya Runa? maksudnya mereka ada hubungan ?” 

“setahun lalu mereka kena skandal itu, tapi emang gak besar beritanya, karena keluarga masing-masing langsung kaya menghilang gitu. tapi kalo keluarga Killa langsung jadi bahan omongan lagi karena perceraian” jelas Evan. Deva mengangguk mengerti. 

“kalo sampai cerai sih, pasti bener lah gila apalagi pernikahannya udah lama.” sudut Deva. 

“tapi kan masalahnya belum ada klarifikasi apa-apa dari kedua belah pihak keluarga, jadi kita yang gatau apa-apa harusnya gak bisa judge gitu aja.” ucap Brian dengan penuh hati-hati. 

“perceraian udah jadi klarifikasi secara tidak langsung Bri,”

“apa ortu Runa juga cerai ? kan engga, mereka belum ada kabar cerai, jadi gak bisa menyimpulkan berita itu benar adanya.”  Brian terlihat keukeuh setelah ia mengingat kejadian Runa menangis setelah dari rumah sakit. 

"tapi Bri, lu liat deh si Runa hidupnya santai-santai aja kaya gak ada masalah, masih selalu jadi topik hangat sekolah karena tingkahnya yang aneh-aneh. yaa mungkin ortunya ga cerai, tp perbuatan nyokapnya bikin keluarga orang lain hancur, ko dia bisa santai-santai aja." Deva mulai mengeluarkan pendapatnya. 

"iya bener juga, harusnya dia bisa ngerasa bersalah atau setidaknya menjauh." kini giliran Evan yang setuju dengan omongan Deva. Apalagi ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Runa tahu Killa adalah anak dari korban berita skandal orang tua mereka. Menurut Evan juga harusnya Runa bisa jaga perasaan Killa. 

"menjauh gimana maksud lu? dia keluar dari sekolah gitu?" 

"yaa abis gimana, dia sendiri juga tau kali kehadiran dia akan selalu bikin Killa sakit hati inget keluarganya yang hancur sedangkan keluarga Runa aman-aman aja." 

"yaa tapi dia mau gimana bukan urusan kita kali, kita cukup tau aja." 

"cukup tau? gue yang selalu di samping Killa lu suruh cukup tau? Bri, Killa bisa depresi kalo dia selalu ingat masalah keluarganya." kini Ken angkat bicara. 

"yaa tapi dengan nyuruh anak orang pindah gitu aja juga ga etis lah Ken, coba deh lu tenang sendiri buat jernihin pikiran lu." Brian sudah tersulut emosi, ia memilih pergi setelah mengucapkan hal tersebut. 

≈≈≈

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang