Seperti hari kemarin, saat ini Brian tengah memperhatikan Runa, lagi. Jika kemarin karena Runa belajar di outdoor, kini karena kelas Runa sedang pelajaran Olahraga. Sebelumnya, Brian sangat tidak peduli dengan sekitar, hidupnya hanya berfokus pada sekolah dan basket. Teman dekat selain anak basket, yaa hanya Thalia, itupun berteman karena sejak awal Thalia yang selalu memulai percakapan hingga cewek itu yang menyatakan perasaan pada Brian terlebih dahulu. Meskipun ditolak Brian, Thalia tidak menjauh dan kembali bersikap normal, itu yang membuat Brian akhirnya juga menerima Thalia sebagai teman dekat.
Sejak kemarin bahkan sampai sekarang Brian masih memikirkan hal apa yang membuat dirinya memperhatikan cewek bernama Runa itu. Jika karena cantik, Thalia juga cantik. Jika karena cewek itu bertingkah, sepertinya selera Brian harus dipertanyakan. Tapi sekarang ia tahu alasannya setelah memperhatikan Runa yang sedang melakukan pelajaran olahraga di lapangan.
Runa, cewek itu selalu ceria, selalu menanggapi percakapan siapapun dengan baik dan meresponnya juga dengan positif. Ia juga berbaur dengan semua teman di kelasnya, tidak malu dan terkesan berani melakukan hal-hal baru. Itu semua Brian sadari hanya dengan melihatnya dalam waktu tidak lebih dari dua jam. Bagaimana jika bisa melihatnya lebih dari dua jam? sepertinya Brian akan jatuh hati pada Runa.
Tatapan Brian pada Runa baru terputus setelah bel istirahat pertama berbunyi. Tidak jauh dari Brian, seseorang mengangguk paham apa yang diperhatikan oleh Brian dan mengaitkan dengan kejadian belakangan ini di mana cowok itu selalu terkait dengan cewek yang diperhatikan sejak hampir satu jam full itu dan yaa seseorang itu merasa prihatin.
...
"kakak kelas minta foto bareng buat buku tahunan mereka." ujar Brian begitu sampai di tempat biasa mereka berkumpul di kantin.
"mendadak banget?" sahut Ken.
"iya, semalem baru di kabarin Kak Tara."
"hari apa? di mana ? pake kostum yang mana ?" tanya Deva seperti kereta, berentet.
"pasti pake kostum yang orange-ungu kebanggaan mereka dong pastinya," Evan yang menjawab.
"oh iya itu kan yang dipake pas menang di DBL tahun kemarin," Evan mengangguk.
Belum kelar pembahasan mereka, Zee datang dengan membawa banyak makanan ringan.
"lagi gosip apa nih? nih cemilan biar makin seru gosipnya."
"palamu gosip, orang lagi bahas basket," sahut Deva dan memberi tempat untuk Zee duduk, di depanya Brian mencoba fokus dengan makanannya.
"wih enak nih, makasih Zee." seru Ken.
"dimakan..dimakan.."
"nanti kalo udah dikabarin Kak Tara, gue share di group." ujar Brian setelah semuanya kondusif kembali.
Mereka semua kembali fokus pada makanan sampai selesai makan, Zee tiba-tiba saja memanggil Thalia dan Sheila yang baru saja membeli minum.
"Thal, ko tumben ga ngekor Brian." ujar Zee.
"jangan berantem Thal, aneh diliatnya hahaha." tambah Ken.
"engga berantem woyy, gue bawa bekel plus lagi ngejar tugas yang belom kelar."
"makanya tugas mah kerjain di rumah Thal, Thal." samber Deva.
"udah ah lu pada bacot banget, byeee." Thalia menarik tangan Sheila menjauh dari sana alias buru-buru balik ke kelas.
"lu udah gak ngasih tugas ke dia Bri?" tanya Evan.
"itu dia lagi liat punya gue,"
"ohhh kirain,"
"lu berdua gak ada apa-apa tapi misal jauhan, gue rasa semua orang di sekolah yang bakal ngerasa aneh." ujar Ken sambil tertawa dan diangguki oleh semuanya kecuali Brian.
"sama kaya Deva sama Zee." celetuk Evan. Brian langsung pasang semua inderanya.
"kita udah nyaman gini sih, Zee gak deket sama siapa-siapa, gue juga cuma sama dia deketnya. cukup jelas hubungan kita gimana." sahut Deva dan Zee mengangguk setuju sambil tersenyum.
"kadang memperjelas hubungan si yang ngebabanin, udah bagus kalian gitu aja terus, long last deh yaa." kata Ken menjadi penutup istirahat mereka.
Brian semakin tertampar dengan kenyataan itu, sudah tidak ada tempat untuknya menaruh harapan pada Zee. Masa SMA akan berjalan sama seperti SMP dulu.
…
Bel pulang sekolah sedikit lagi akan berbunyi, tapi Rei dan Melvin sudah tampak siap melangkahkan kaki ke parkiran dan pulang.
"gue benci banget ini sodara nikahan hari senin, kek gaada hari libur anjirrrrr." dumel Rei, sejak pagi ia sudah mendumel seperti itu.
"laaah ini nyokap gue pesenan banyak banget, pejabat yang pesen kali." Melvin ikut mendumel, mereka berdua sudah ancang-ancang seperti akan lomba lari.
"lu berdua mau berapa kali gue ceramahin tentang keluarga sih???" kesal Runa.
Kriiiiing......
"DAH NA SEE YOU TOMORROW!!!" teriak Melvin.
"Naaaa gue duluan, lu ati-ati." teriak Rei, mereka benar berlari menuju parkiran.
Runa belum sempat memberi ceramah pada keduanya, tapi mereka sudah keburu kabur. Runa membuang nafas kasar. Sebenernya ia sangat ingin minta nebeng karena uangnya tidak cukup untuk naik gojek. Tapi melihat kedua sahabatnya sejak pagi sudah heboh dengan kegiatan sepulang sekolah, Runa urungkan niatnya.
"gapapa jalan gak jauh-jauh banget kooo," ujar Runa pada dirinya sendiri.
Runa memutuskan untuk jalan dan kemudian naik angkot sampai ke toko tempat ia bekerja. Jujur saja Runa tidak tahu cara naik angkot, tapi ada satu angkot yang ia tahu pasti melewati apartemennya dan yang ia tahu angkot itu berhenti di perempatan yang cukup jauh dari sekolahnya, jadi ia memutuskan jalan sampai sana dan kemudian naik angkot itu.
Runa sengaja keluar sekolah menunggu sepi, biar tidak ada yang me-notice dia jalan, bukan karena malu tapi ia tidak mau harus berbohong atau mencari alasan lain jika ada yang bertanya.
…
Hari ini Brian memang di jemput supir Papahnya, motor yang ia bawa sedang diservice, kebiasaan Brian mengservice motornya di hari biasa bukan weekend karena pasti akan mengantre sangat lama.
Brian menunggu dijemput cukup lama, yaa karena supirnya tidak terbiasa mengantar-jemput Brian jadi berangkat menjemput ketika Brian mengabari. Begitu mobil melaju meninggalkan sekolah, Brian fokus main game mobile.
Di perempatan mobil berhenti, Brian menengok ke arah jendela begitu sadar di luar sana sedang turun gerimis. Matanya menangkap postur tubuh seseorang yang akhir-akhir ini ia perhatikan, Runa. Cewek itu sedang berdiri di trotoar sambil menutupi kepalanya dengan tangan. Seperti tengah menunggu sesuatu.
Ekspresi terkejut dan bingung Brian belum juga hilang sampai mobil sudah melaju lagi. 'what are you doing there, Runa?'
≈≈≈
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast | Jay Enhypen
Fanfiction𝙀𝙣𝙝𝙮𝙥𝙚𝙣 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙅𝙖𝙮 𝙛𝙩 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙚𝙚 "maaf yaa.." ujar Runa. "maaf kenapa?" dahi Brian menyerngit. "maaf waktu acara di rumah aku pada ngeledekin, pasti ga nyaman banget kan." "kata siapa?" "eh, nggak kata siap...