Burned

273 33 8
                                    

Semenjak kejadian perayaan ulang tahun Brian di Apart Runa mereka menjadi sangat dekat. Intensitas chat mereka menjadi lebih sering dan interaksi mereka di sekolah juga sudah mulai terang-terangan. 

Runa sendiri bimbang ini merupakan jalan yang benar dan baik untuk dirinya atau malah menjadi jalan salah dan akan menyakitkan untuknya nanti. Tapi, dengan bodohnya ia menampik pikirannya itu dan hanya ingin menjalankan sesuai arusnya. 

Brian sangat senang dengan kemajuan yang ada antara ia dan Runa. Tapi, dirinya masih belum berani apabila harus mengajak Runa ke jenjang hubungan yang lebih serius. 

Di kelas X IPA 3 sedang jam kosong, Runa, Melvin, Rei dan Ezra bermain suit kemudian yang kalah dahinya akan dipukul dengan jari. Mereka tampak sangat menikmati meskipun dahi mereka sudah sangat merah. 

"uda-udah itu dahi si Runa udah merah banget," kata Ezra. 

"Zra, lu tuh jangan liat dia sebagai cewek, dia lebih strong dari yang lu kira." sahut Rei. 

"terus liat sebagai apa hah?!" kesal Runa. 

"LAKIK!" ujar Rei dengan mengangkat kedua lengannya. 

"udah, gue udah pusing ini," tambah Melvin tiba-tiba. 

"lu pusing beneran?" khawatir Runa. 

"iya, slepetan lu kenceng-kenceng bgt,"

"lu amnesia? slepetan lu yang paling kenceng, sial," gerutu Runa.

"beli es yu, terus kompres ni jidat." ajak Ezra. 

"yuk!!!" jawab bertiga serentak. 

Mereka beranjak dari duduk dan menuju kantin. Belum istirahat, tapi tumben Ezra normal mau ke kantin. Di belakang Runa dan Rei berbisik membicarakan Ezra. 

"dia kerasukan lu dah Na kayanya," 

"lu anjir, udah persis kaya lu," 

"demi apa?" 

"yaa kaga lah," 

"tapi ini kayanya gara-gara otaknya geser dah kebanyakan dislepet Melvin," 

"anjritt!! hahahaha," Runa tidak bisa menahan ketawanya. 

"diem Na!" 

"i-iya maap," Runa merapatkan bibirnya menahan tawa. 

Mereka sudah membeli es, definisi beli batu es. Melvin dan Rei sudah saling mengompres dahi satu sama lain, sangat sweet. Runa kesusahan karena dia tidak tahan dinginnya. 

"ga bisa ah gue," Runa sudah menyerah. 

"kenapa?" tanya Ezra.

"dingin megangnya ga sanggup." 

"sini, diem lu nya." Ezra pindah tempat duduk menjadi di samping Runa dan mengompreskan es batu ke dahi Runa. 

Dari jauh mereka berempat seperti sedang lomba. 

"jangan lama-lama Zra, dingin banget." Ezra malah tertawa karena ekspresi kedinginan Runa sangat lucu. Tawa Ezra  menular pada Runa. Kini mereka tidak bisa berhenti tertawa. 

"lagi ngapain?" tiba-tiba saja ada suara menginterupsi kegiatan mereka. 

"eh Kak Brian, ini lagi ngompres dahi." 

"kenapa dahinya?" nada bicara Brian sangat dingin karena Runa dan Ezra yang berhadapan dan tangan Ezra yang masih di dahi Runa. 

"kita abis main slepetan Kak," sahut Melvin. 

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang