Brian menjemput Runa tepat pukul 5 sore di Apartnya. Awalnya Brian berniat jalan setelah pulang sekolah langsung, namun ternyata tidak bisa karena Runa memiliki tambahan jam pelajaran. Brian sudah menghubungi Runa kalau ia sudah di bawah.
“sorry Kak lama,” bukan menjawab Brian justru tersenyum.
“kenapa kok malah senyum gitu?” Runa tidak sadar kalau dirinya ikut tersenyum.
“gapapa,” jawab Brian.
“aku saltum yaaa?!”
“ngga, nih pake helmnya,”
“lagian aku gak dikasih tau mau ke mana, jadi ga tau harus pake apa,” ujar Runa sambil memakai helm dan Brian yang setia memperhatikan Runa tanpa berkedip. Brian merasa bahagia memperhatikan wajah Runa dari dekat.
“udah? ayo naik,” ujar Brian seraya menurunkan footstep motornya agar Runa mudah naiknya.
“makasih,” ucap Runa dengan riang. Brian melajukan motornya dengan kecepatan normal.
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, jantung Runa berdetak sangat cepat ia takut jika Brian menyadarinya. Tanpa Runa ketahui bahwa Brian juga merasakan hal yang sama. Brian sesekali melirik ke spion untuk melihat Runa.
“wah kita ke sini ?”
“iya, suka ga?”
“seru siih kayanya, belum pernah soalnya,”
Brian mengajak Runa ke Pantai Karnaval Ancol. Langit hampir gelap membuat suasana pantai sangat bagus dengan langit berwarna orange dan lampu-lampu yang mulai dinyalakan.
Mereka memilih spot duduk di kedai pinggir pantai sambil memesan minum dan cemilan.
"bagus banget, sumpah, baru kali ini liat yang kaya gini, kayanya harus ajak Melvin sama Rei main yang lebih jauh deh dari pada muter komplek doang."
"gue fotoin ayo, mumpung masih lumayan terang," Brian membawa Runa ke jembatan yang ada di pinggir pantai. Mereka asik berfoto, bahkan Brian dengan senang hati mengcapture semua gerak-gerik Runa. Tidak hanya Brian, Runa juga mengambil gambar Brian.
"wahhh cantik banget langitnya,"
"orangnya?" tiba-tiba Brian muncul di belakang Runa dengan jarak begitu dekat.
"ca-cakep hehe," Runa sangat gugup.
"nih mau liat hasilnya ga ?"
"mauuu, tapi mau minum dulu," mereka kembali ke tempat duduk sebelumnya.
"mau makan berat ga?" tanya Brian begitu mereka sudah kembali duduk.
"aduh kalo aku tau Kak Brian ngajak ke sini, tadi pulang sekolah aku ga ikut Melvin makan di Aan Soto." jawab Runa sedih.
"hahaha gapapa, jangan dipaksa kalo ga bisa makan berat lagi."
"Kak Brian mau makan berat ?"
"belum laper juga sih,"
"yauda kita puas-puasin liat pemandangan aja." ujar Runa kembali menghadap depan melihat hamparan air laut yang sedikit lagi pasti tidak akan terlihat karena gelap.
Brian melakukan hal yang sama. Niat memperlihatkan foto pada Runa diurungkan.
Memperhatikan pemandangan air laut yang tersinari lampu-lampu sambil bercerita menjadi hal baru bagi Runa dan ia menyukainya. Mereka bercerita banyak dimulai dari Brian yang bertanya sampai yang akhirnya Runa bercerita sendiri. Brian juga menceritakan tentang bagaimana ia dan teman-teman basketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast | Jay Enhypen
Fanfiction𝙀𝙣𝙝𝙮𝙥𝙚𝙣 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙅𝙖𝙮 𝙛𝙩 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙚𝙚 "maaf yaa.." ujar Runa. "maaf kenapa?" dahi Brian menyerngit. "maaf waktu acara di rumah aku pada ngeledekin, pasti ga nyaman banget kan." "kata siapa?" "eh, nggak kata siap...