View

201 40 0
                                    

Pendaftaran untuk ikut acara HUT Sekolah telah resmi ditutup. Se-Sangkasa heboh karena mengetahui Brian ikut serta dalam penampilan musik sebagai pemain gitar. Berita itu sangat cepat menyebar dan menjadi hot topic perbincangan murid lain.

"Bri, pesona lu belum luntur juga ternyata heboh banget anak-anak ngomongin lu." ujar Ken.

"tumben Bri." kini Evan yang berujar.

"mau membuat kenangan indah lah selama sekolah,"

"woaaah!!! atau lu ngerencanain sesuatu yaaa?" heboh Deva.

"ANJIR! gue paham."

"Bri serius lu?"

"apa sih? apa yang lu pada pikirin?" Deva dan Ken menatap jahil pada Brian.

"lagian wajar ko Bri, satu sekolah pasti dukung lu."

"kalo ngomong tuh yang jelas!" Brian meninggalkan teman-temannya untuk membeli minum.

4 pasang telinga sejak tadi mendengarkan perbincangan Brian dan teman-temannya. Mereka sedikit paham apa yang dibahas dan sedikit kecewa padahal belum tahu kebenarannya.

Pulang sekolah kali ini Runa bareng dengan Melvin jadi ia bisa bersantai sedikit tidak terburu-buru seperti biasanya. Di tengah perjalanan mereka menuju parkiran tiba-tiba seorang guru memanggil Runa.

"iya kenapa Bu?"

"kamu Runa tolong Ibu bawakan tugas anak kelas 11 IPA 3 yaa nanti letakan meja Ibu."

"eh? i-iya Bu." Runa bingung karena dikenal oleh guru ini karena jujur saja itu bukan guru yang mengajar angkatannya aneh sekali ia dikenali guru yang belum pernah mengajar di kelasnya.

Runa menarik Melvin untuk ikut, saat akan melewati kelas 11 IPA 1 keduanya dapat mendengar suara musik dari dalam ruang kelas. Mereka dengan santainya menengok ke kelas tersebut, benar saja terlihat Brian, Thalia dan Sheila yang sedang latihan di depan kelas dengan Brian yang duduk di meja guru bersama gitarnya.

Runa terpesona beberapa detik sebelum diseret Melvin untuk lebih cepat, bukan tanpa alasan Melvin menarik Runa menjauh, mengingat percakapan tadi siang di kantin membuat Melvin menjadi ragu membuat Runa suka pada Brian.

"gue bakal dateng nanti HUT Sekolah." bisik Runa.

"kita liat aja nanti." jawab Melvin.

Keesokan harinya di SMA Sangkasa para guru mengadakan rapat untuk acara HUT Sekolah, membuat semua kelas mendapat jam kosong. Di kelas 11 IPA 1 sudah sepi karena muridnya sudah pada melipir ke tempat lain, seperti Brian saat ini yang sedang ada di ruang musik sekolahnya yang berada di lantai 2. Thalia yang memaksanya untuk latihan, ia paham Thalia yang akan rajin saat awal-awal saja jari ia menurut.

"kayanya seru deh nadanya lebih ditinggiin lagi," ujar Thalia.

"yauda coba," sahut Sheila.

Thalia dengan kemampuan nyanyi yang tidak usah diragukan lagi langsung unjuk gigi bakatnya itu.

Sementara di sisi lain…

"anjirr! kayanya gue denger suara gitu deh." Melvin tiba-tiba bangun dari duduknya di depan kelasnya.

"yaaa kan dari tadi juga emang rame pada ngobrol gimana sih lu," sahut Runa.

"bedaaa! agak melengking gitu."

"apa sih Vin, gue ikut merinding ni."

"coba cek ruang musik."

"gak mau,"

"yauda, gue aja yang cek." Runa dengan sok beraninya berjalan ke arah Ruang Musik yang memang tidak jauh dari kelas mereka.

Saat sampai di depan ruang musik, pintunya memang tidak tertutup rapat meninggalkan sekitar 10 cm terbuka. Meskipun begitu Runa dapat melihat keadaan di dalam, ia melihat Brian dengan Thalia yang sedang menempel di bahunya sama-sama sedang melihat ke arah handphone. Runa terkejut, namun ia lebih terkejut dengan perasaannya yang sedikit kecewa melihat kedekatan Brian dengan Thalia.

Melvin dan Rei menyusul, mereka akhirnya mengikuti arah pandang Runa. Namun, saat mereka melihat keadaan di dalam sudah normal Thalia sudah menjauh sedikit dari Brian.

"oooh bener deh bukan hantu, taunya Kak Thalia lagi latihan." bisik Melvin dan menarik Runa menjauh dari sana. Ini kali kedua, Melvin dapat merasakan perbedaan tatapan Runa.

"ngeri wak kalo bener hantu siang bolong gini." timpal Rei. Mereka sudah berada di kelas, Runa kembali ke kursinya dan memilih mendengarkan lagu menggunakan earphone.

Setelah kemarin melihat mereka latihan di ruang musik, sekarang Runa kembali melihat mereka latihan di depan kelas mereka tepatnya di pinggir lapangan. Dari atas sini, Runa dapat melihat dengan leluasa, namun dibanding rasa bahagia melihat kerennya Brian rasa sedih dan iri lebih mendominan.

Dari atas, Runa dapat melihat ancang-ancang di antara mereka bertiga akan menengok ke atas, maka dari itu Runa sengaja mengarahkan pandangannya lurus ke depan seakan ia sedang bengong.

Benar saja, Brian menengok ke atas entah karena hanya reflek atau memang niat menengok ke atas dengan tujuan siapa tahu melihat seseorang yang akhir-akhir ini jarang ia lihat. Brian melihatnya, tapi sepertinya dia tidak baik-baik saja, pandangannya terkesan kosong. Apa orang seimut dan semanis Runa memiliki masalah yang begitu berat ? Belum puas memandangi, Runa sudah lebih dulu menjauh dari sana.

"Bri.. Bri.. denger gue ngomong ga sih?" kesal Thalia.

"hm? kenapa?"

"tuh kan lu gak dengerin gue," Thalia ngambek. Sheila yang paham sesuatu hanya diam saja.

Tampaknya mereka bertiga latihan kembali sepulang sekolah, Runa dkk berpapasan saat akan ke parkiran.
Runa tidak menunduk atau membuang muka, ia berani menatap Brian dan yang lain.

≈≈≈

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang