Seperti kemarin, hari ini Runa diajak ke kantin bareng oleh Brian. Namun kali ini mereka hanya berdua, Rei dan Melvin sibuk menyalin PR dan Brian juga tidak mengajak teman-temannya.
Sambil menunggu pesanan mereka jadi, mereka berbincang ringan. Runa awalnya bingung akan bahas apa dengan Brian tapi mengingat kemarin teman-teman Brian mengatakan bahwa Brian menjadi salah satu orang yang menjaga nama baik Runa maka dirinya ingin mengucapkan terima kasih secara langsung.
"Kak,"
"Hmm," Brian menanggapi dengan menaikkan salah satu alisnya.
"terima kasih,"
"buat?"
"buat belain aku hehe," ujar Runa dengan cengiran di ujung kalimat. Brian ikut tertawa.
"emang udah seharusnya gitu,"
"kenapa?"
"karena beritanya sejak awal cuma dari sebelah pihak aja, masih abu, lebih baik ga asal judge." Runa mengangguk paham dengan rasa sedikit kecewa. Entah kecewa karena apa, jawaban apa yang diekspektasikan Runa.
"bagus deh masih ada orang normal yang berpikir sejauh itu haha,"
"tapi, lu sendiri gimana sekarang? udah bisa nerima atau masih belum terima atas tuduhan anak satu sekolah?"
"dari awal ketauan juga gak peduli sih sebenernya sama omongan orang lain, justru kepikiran sama Killa dan sahabat aku. Kalo Killa, karena kasihan dia gak bisa nyikapinnya dan kalo sahabat aku, kasihan mereka kena imbasnya dan jadi lebih ekstra jagain aku."
"wah!!! gila sih,"
"kenapa?"
"mental baja banget, keren. bisa-bisanya lu malah mikirin orang lain."
"kayanya kalo Kak Brian ada di posisi aku juga bakal ngerasain yang sama."
"kayanya sih gitu,
"anyway, ko bisa sih lu sama dua sahabat lu itu sahabatan, jarang-jarang sahabatan kaya gitu formasinya."
"formasi banget? hahaha. kalo sama Melvin itu karena kita satu SD dan cuma dia orang yang sefrekuensi kayanya dan keluarga dia juga support banget kita temenan sampe sekarang deh, kalo Rei semenjak masuk sekolah ini sih, dia gak sengaja duduk di depan Melvin ternyata sefrekuensi juga. yauda abis itu ngalir aja."
"maksudnya sefrekuensi itu yang sama bertingkahnya? haha."
"kayanya sih gituuu," mereka tertawa bersama.
"sedikit lega sih ternyata mereka bisa jagain lu, awal kita ketemu bahkan mereka gak bisa gendong lu ke UKS," Runa tersedak makanannya mendengar ucapan Brian. Ia jadi ingat bahwa itu hanya acting, sial, Runa jadi malu sendiri.
"sorry..sorry.. ucapan gue salah yaa?" Brian menyodorkan minum pada Runa.
"ah nggak kok, tiba-tiba keinget betapa lemahnya mereka haha," tawa Runa terkesan terpaksa, bagaimana tidak, ia jadi ingat tujuan dua sahabatnya yang sengaja pura-pura tidak bisa bawa Runa ke UKS agar bisa deket dengan cowok kaya raya dan itu Brian. Runa jadi sibuk dengan pikirannya sendiri.
"hmm.. tanggal 10 lu free?"
"kenapa Kak?"
"gue mau ajak lu jalan-jalan,"
"jalan-jalan? dalam rangka apa?"
"dalam rangka berterima kasih karena lu udah bertahan sampai detik ini." ucap Brian seraya mengusap rambut Runa. Runa mematung.
Semenit berlalu, tiba-tiba. "Na...... makasih PRnya, gue bagi es lu dong males ngantri," Melvin sudah duduk di samping Runa.
"muka lu serius amat? abis ujian lisan lu?" ujar Rei. Brian hanya bisa tertawa kecil mendengarnya sebab dia yang membuat Runa mematung seperti itu.
"Rei, cepet beli minum keburu bel,"
"ah, sial pake kalah suit lagi gue," Rei pun beranjak membeli minum yang dimau Melvin. Sedangkan Runa dirinya masih tenggelam dalam pikirannya karena perbuatan Brian tadi. Apa ini ? Apa Brian sedang memberinya kode atau Brian hanya sekedar berlaku baik seperti sebelumnya. Kayanya Brian memang tipe orang baik yang tidak bisa melihat orang lain kesusahan seperti posisi Runa saat ini makanya Brian bersikap baik. Entahlah.
...
"cieeee yang udah melaju pesat,"
"apaan melaju pesat?"
"itu lu sama Brian,"
"ga nyangka Na modelan Brian ngelirik yang modelan kek cacing kepanasan gini,"
"apa dahhh lirik-lirik, ga paham," Runa berjalan mendahului kedua sahabatnya.
"ga paham apa pura-pura ga paham?" goda Rei.
"udah jelas banget itu Na, gak usah denial."
"apa yang jelas? jelas-jelas dianya deket sama siapa."
"wiiih ko sewot," Rei dan Melvin tertawa.
"ngeselin lu ah pada,"
"cieee Runa,"
"cieee Runa,"
Perbincangan mereka cukup menarik perhatian murid lain di koridor, mereka jadi mulai membicarakan Brian yang menjemput Runa di kelas dan mereka makan bareng di kantin serta jangan lupakan aksi Brian mengusap rambut Runa juga tidak luput dari pembahasan. Informasi begitu cepat menyebar.
Di sisi lain..
Dari dalam kelas Thalia dapat melihat secara langsung bagaimana wajah ceria Brian begitu Evan dan Ken meledeknya di depan kelas setelah dari kantin. Ekspresi yang hampir Thalia tidak pernah lihat selama Brian bersamanya.
Apa Brian menyukai Runa? Ingin mencoba mendenial, tapi Thalia juga sadar sejak awal Brian menekankan bahwa mereka hanya teman dan tidak bisa lebih dari itu. Perasaannya sejak dulu tidak akan pernah berbalas, itu fakta yang harus Thalia terima dan ingat-ingat. Ia menyadari dirinya sudah terlalu jauh mengekang Brian yang merupakan bukan siapa-siapanya. Tapi Thalia percaya bahwa pasti akan ada waktu di mana Brian akan membalas perasaannya.
"Thal,
"Thal," panggil Sheila
"eh kenapa?"
"serem lu ah bengong gitu, kenapa?"
"ohh gapapa, gue cuma ngantuk aja."
"ohhh kirain kenapa." Sheila kembali fokus pada handphonenya.
≈≈≈
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast | Jay Enhypen
Fiksi Penggemar𝙀𝙣𝙝𝙮𝙥𝙚𝙣 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙅𝙖𝙮 𝙛𝙩 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙚𝙚 "maaf yaa.." ujar Runa. "maaf kenapa?" dahi Brian menyerngit. "maaf waktu acara di rumah aku pada ngeledekin, pasti ga nyaman banget kan." "kata siapa?" "eh, nggak kata siap...