Avoiding

208 40 0
                                    

Meskipun semalam mereka baru saja sampai, namun proses belajar - mengajar tetap dilakukan pada paginya. Siswa kelas 10 yang tidak masuk pada hari ini memiliki alasan yang sama yaitu ‘sakit’. Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh Melvin dan Rei karena jika mereka tidak masuk, siapa yang akan menjaga Runa. Hari ini Runa terpaksa masuk karena ia harus menghadap guru BK. 

Melvin sengaja menjemput Runa agak siang agar mereka sampai di sekolah mepet jam masuk, Melvin tidak mau Runa mendengar desas-desus tentang dirinya. Tapi Melvin tidak bisa membantu Runa ketika jam istirahat karena Runa mau tidak mau harus keluar kelas. Melvin dan Rei memang tipe sahabat sejati, mereka mengantar Runa ke ruang BK dan menunggunya. 

Brian sejak pagi sudah dengar desas-desus tentang Runa saat study tour. Tidak terlalu lengkap karena ia hanya mendengar sepotong-sepotong saja dari teman sekelasnya. Tapi, sesampainya ia di kantin ia bisa merasakan bahwa yang dibicarakan oleh satu sekolah bukan hanya sekedar masalah saat study tour kemarin, lebih dari itu. Brian menjadi khawatir, ia perlu memastikan kepada Runa. 

“bagus lah satu sekolah jadi tau masalah orang tuanya, tinggal nunggu dia tau diri buat pindah aja dari sini.” ujar seseorang di belakang Brian dengan lantang. 

Deg..

Apa yang dikhawatirkan Brian ternyata benar, tanpa menunggu Thalia selesai makan Brian sudah lebih dulu beranjak dari kantin.  

“Bri! mau ke mana?” teriak Thalia. 

“ada urusan mendadak kali Thal,” Sheila yang menyahut. 

“tuh anak akhir-akhir ini aneh banget deh,” Sheila tidak menanggapi, tapi Thalia terus berbicara. 

"dia jadi ngejauh dari gue dan udah gak pernah bercanda lagi." 

"bukan dia yang aneh kali Thal, emang udah waktunya dia nunjukin sifat aslinya." 

"hah? maksud lu?" tanya Thalia dengan tawa. 

"yaa kalian kan juga cuma sekedar teman, jadi yaa ya gituu…" jawab Sheila bingung menyusun kata-kata. 

"nih yaaa Shel asal lu tau aja, gak ada yang kenal Brian sejauh gue kenal dia. jadi yaa yang bisa nilai gue sendiri." jawab Thalia angkuh. Sheila sudah sangat hafal dengan jawaban Thalia, namun dia selalu lupa jika temannya itu tidak akan berubah. Sheila hanya mengangguk pasrah.

Jam istirahat hampir selesai Runa baru keluar dari ruang BK bersama dengan Bu Ranti guru BK. Bu Ranti terkejut melihat dua anak laki yang tengah duduk menunggu di depan ruangnya, ia jadi ingat saat malam kejadian juga dua anak laki ini yang membawa Runa menjauh. Bu Ranti secara bergantian menatap Runa dan dua sahabatnya itu dan berlalu sambil menggelengkan kepala. Runa, Melvin dan Rei saling tatap dan mengedikan bahu. 

Sepanjang koridor mereka tidak bisa mengelak dari para siswa yang terang-terangan melemparkan kebencian pada Runa. Runa berusaha tenang agar tidak terpancing. Padahal dalam hatinya sudah sangat ingin berteriak. Dari arah berlawanan, Brian menghampiri tapi Runa yang tidak mau menambah masalah dan ia juga belum siap menjelaskan apapun pada Brian memberi kode pada dua sahabatnya kalau ia ingin menghindari Brian. Dua sahabatnya mengerti dan langsung merangkul sambil berjalan cepat melewati Brian. 

Brian bingung dan tidak percaya Runa seperti itu padanya, ia pikir setelah kejadian kemarin hubungan mereka menjadi lebih dekat. Brian mengusap wajahnya gusar dan berbalik. Jika kalian pikir Brian akan mengejar Runa maka jawabannya tidak. Brian cukup paham keadaan Runa maka dari itu ia lebih memilih kembali ke kelas.

"lu kenapa?" tanya Melvin begitu mereka sudah sampai kelas. 

"kenapa apanya dah Vin?" sahut Rei. 

"ini anak, liat Brian kaya liat hantu." 

"pake otak lu dong Vin, kalo anak-anak liat interaksi Runa sama Brian di tengah-tengah koridor gitu makin abis aja Runa dirujak." kesal Rei sambil memutar bola matanya. 

"tapi lu gapapa kan Na? aduh gimana nanyanya yaaa, maksudnya lu udah better kah? yaa engga juga sih pasti, akh!! intinya sekarang lu udah aman nih di kelas, yaa setidaknya di kelas orang-orangnya lebih diem, yaa kan?" Rei sibuk bertanya dan menjawab sendiri sedikit menjadi hiburan bagi Runa. 

"lu nanti pulang nunggu kita sampe keluar sekolah dulu," ujar Melvin. 

"tenang, mau kita boti juga gue jabanin." sahut Rei.

"boti apaan?" tanya Runa lugu. 

"bonceng tiga," jawab Rei dengan cengiran lebar. 

"yeuuu kaya apaan tau." Runa melempar buku di depannya ke arah Rei membuat mereka tertawa bersama. Sahabat yang pengertian memang sangat berguna.

Sudah seminggu  berlalu semenjak kejadian di mana Runa menjadi bual-bualan satu sekolah. Masih, tapi tidak lagi separah itu, mungkin mereka sudah lelah atau memang sudah tidak tertarik dengan masalahnya. Hampir seminggu juga Brian menahan diri untuk tidak berlari menghampiri Runa. 

Namun kini Brian berusaha mendekati Runa kembali karena ia sudah sadar para siswa sudah tidak tertarik lagi dengan apa yang dilakukan Runa, ini menjadi kesempatan menurutnya.

Brian dapat melihat Runa yang sedang mengantri di tenant corndog tetapi selalu diselak, Brian melangkah mendekat berniat membantu Runa namun saat Runa sadar ada Brian di dekatnya ia memilih pergi dari sana bahkan sampai keluar dari kantin mengurungkan niatnya untuk makan. Brian merasa kesal dan sedih secara bersamaan, kenapa Runa harus menghindarinya sejauh itu. 

"Bri, siniiiiii." panggil Thalia dari meja yang terisi dengan teman-teman basket Brian dan ditambah Sheila dan Zee. 

"tumben banget deh lu mau ngantri di tenant yang rame gitu." ujar Thalia begitu Brian sudah duduk di seberangnya. 

"iya awalnya kepengen pas ngantri jadi ilang." jawab Brian seadanya. 

"makan spaghetti punya gue aja ni, kebanyakan, lu tau kan gue susah abisin makanan banyak," ujar Thalia dengan nada yang disedihkan, membuat Sheila melotot tak percaya, tidak ada yang menyadari karena ia sedang menunduk memakan spaghettinya. 

"makash Thal, lu abisin aja biar sehat." jawab Brian. 

"besok latihan pada bisa kan?" 

"gue kaya biasa Bri, selang - seling." sahut Ken. 

"oke." dari setelah kejadian di mana Ken menceritakan keluhannya, Ken diberi kelonggaran untuk latihan seminggu minimal sekali. Sedangkan yang lain mengangguk pertanda bisa. Meskipun mereka sudah bersama lagi, tapi kecanggungan satu sama lain masih ada karena Brian selalu pergi apabila menyinggung tentang Runa. Tidak ada lagi mereka yang santai satu sama lain. 

Aksi menghindar Runa pada Brian tidak berhenti begitu saja, di setiap momen mereka berpapasan pasti Runa langsung pergi menjauh. Seperti saat bertemu di parkiran saat akan pulang, Runa akan menunggu Melvin di depan sekolah. Bahkan saat jam pelajaran olahraga dan bola yang Runa pegang bergelinding ke arah Brian, tidak Runa ambil dan Rei dengan pekanya yang mengambilkan.

≈≈≈

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang