Another Storm

217 40 4
                                    

Setelah pembicaraan anak basket di kantin pada hari itu, semuanya menjadi canggung satu sama lain, perasaan tidak enak dan juga merasa pendapatnya benar menjadi alasan. Namun, semua tetap profesional dalam urusan basket meskipun terasa kurang tanpa senyum yang mengembang dari satu sama lain.

Bagi kelas 10 setelah UTS mereka akan mengadakan study tour ke Bandung. Kelas 10 tampak antusias dilihat dari keikutsertaan semua siswa kelas 10. Mereka akan berangkat pada Jum'at esok dan pulang pada Sabtu sore.

"kenapa gue remed sih, kesel!" gerutu Melvin.

"ini emang soalnya yang salah ego, liat noh si Bintang yang biasa 3 besar aja juga remed."

"lu pada bisa diem ga si," Runa sedang berpikir keras mengerjakan soal remedial Kimia.

"ini remed pun bakal remed lagi deh kayanya," ujar Rei dengan menatap kosong ke papan tulis.

"lu les ngapain aja sih! gak ada hasilnya sama sekali." sindir Melvin.

"di les mah gampang, lah giliran soal dari sekolah udah kaya apaan tau." sahut Rei

"gue selesai," ujar Runa merentangkan tangannya.

"DEMI APA?" ujar Rei pelan namun penuh dengan penekanan bahkan matanya sampai melotot.

"liat aja sendiri," Rei pun mengambil kertas Runa dan terkejut melihat jawabannya.

"ini mah lu pasti kerasukan setan pinter di sini." ujar Rei menggeleng-gelengkan kepala.

"coba gue liat." Melvin mendekatkan wajahnya pada kursi Rei yang berada di depannya.

"gileee... Na lu diem-diem les nurul fikri ye?" Melvin menolehkan kepalanya ke Runa. Runa hanya menjawab dengan memutar bola matanya.

...

Runa dan Rei menginap bersama di rumah Melvin, mereka berniat berangkat bersama yang akan diantar oleh Papa Melvin. Awalnya akan menginap di apartemen Runa namun percuma karena tidak ada yang mengantar untuk ke sekolah.

"ayo keburu malem ah lu pada masih main game aja." ujar Runa.

"iya sabar dikit lagi nih."

"ini udah jam 8 nanti keburu tutup juga tuh lotte."

"iyaaaa baginda raja." Melvin beranjak dari duduknya dan mengambil kunci mobil.

Hari ini Runa izin kerja hingga Sabtu nanti dan gantinya hari Minggu ia akan mengambil full time.

"jangan bahyak-banyak, beli yang disuka aja." Runa sudah seperti ibu dari mereka berdua.

"siap!"

"beli apa yaa yang enak, gue gak mau bagi-bagi ah sama yang lain." Rei bermonolog.

Plak. Melvin memukul kepala Rei dengan sebungkus ciki yang sudah ia bawa-bawa sejak tadi. "jadi orang gak boleh medit,"

...

"hai,"

"oh hai,"

"gapapa kan duduk sama gue?"

"gapapa dong, seneng malah."

"btw, lu udah sarapan?"

"udah ko, lu belum ya?"

"susah sarapan, ngurusin 2 anak."

"hahahahaha kebayang sih."

"gue mau langsung tidur sih ini, gapapa kan?"

"santai aja, keliatan banget tidur lu belum puas,"

"okay, good morning," ujar Runa dan langsung memejamkan matanya. Arbel hanya bisa tersenyum melihatnya.

Perjalanan study tour mereka terasa menyenangkan meskipun mereka harus ke tiga tempat yang berbeda dan wajib mencatat informasi yang diberikan. Runa merasa senang karena saat ini tidak hanya bersama Melvin dan Rei namun juga ada Arbel dan Ezra yang tanpa sadar sejak awal mereka terus bersama, bahkan saat makan siang mereka duduk di satu meja yang sama. Ezra kini jauh lebih santai berinteraksi dengan Melvin dan Rei. Rei yang menjadi lebih normal dikit karena ada Arbel.

Setelah lelah berkunjung ke sana ke mari, sesampainya di hotel mereka langsung beristirahat dan bebersih diri. Sekitar pukul 7 malam para siswa dipanggilkan untuk makan malam. Mereka mengantri prasmanan, Runa berada tepat di belakang Killa namun ia tidak berpikir apapun, ia fokus berbincang dengan Rei dan Melvin sambil menunggu antrian. Sebelum menjangkau piring, disediakan air mineral gelasan, terlihat Killa sudah mengambil itu dan memegang ditangan kirinya. Di saat yang sama bercandaan Melvin dan Rei membuat Runa terdorong hingga menabrak Killa membuat air mineral yang dipegang Killa jatuh dan pecah.

Killa yang juga menyadari bahwa di belakangnya Runa pun langsung tersulut emosi, ditambah dengan beban pikiran yang akhir-akhir ini ia rasakan, membuat emosinya ikut pecah. "lu bisa gak sih gak ngancurin hidup orang? keluarga lu udah ngancurin keluarga gue dan sekarang lu mau coba ngancurin hidup gue, hah?!" guru dan murid lain terkejut, selain karena kata-kata yang diucapkan juga karena hal sepele kenapa bisa membuat Killa semarah itu. Tapi melihat keadaan Killa mereka semua prihatin. Killa yang memang akhir-akhir ini di-notice oleh guru dan teman sekelasnya karena menjadi lebih pendiam, penampilannya tidak begitu diperhatikan dan juga nilai pelajaran ancur.

Para murid langsung saling berbisik menyerukan pendapat mereka. Banyak dari mereka mempertanyakan ada masalah apa diantara Killa dan Runa. Tidak banyak juga langsung mensearching keluarga Killa dan Runa, hasilnya membuat mereka terkejut dan dengan cepat langsung menyebarkan berita. Runa masih terpaku di tempatnya sambil menunduk, ia sangat terkejut dibentak dengan nada setinggi itu dan di depan semua anak angkatan serta guru-guru.

Pandangan murid lain ke Runa seketika berubah setelah membaca berita tersebut. Mereka mulai membandingkan antara Killa dan Runa di mana keadaan Runa berbanding terbalik dengan Killa. Runa, anak itu baik-baik saja, masih ceria seperti biasanya. Seperti tidak merasa bersalah atas apa yang dilakukan mamanya. Alasan tersebut langsung membuat murid lain berpihak ke Killa dan menatap jijik pada Runa. Bahkan terang-terangan mengatakan 'anak gatau malu' pada Runa. 

Setelah kejadian malam itu, besoknya Runa dijauhkan, padahal harusnya hari kedua ini penuh dengan keceriaan karena mereka mampir ke tempat wisata. Arbel yang awalnya ramah padanya juga ikut mendiamkan. Hanya ada Melvin dan Rei yang setia di sisi Runa. Perasaan Runa sudah berantakan, pikirannya kalut. Ia berusaha meyakinkan kedua sahabatnya bahwa dia gapapa, meskipun begitu Melvin dan Rei tidak langsung percaya namun mereka tidak mau menghibur Runa karena mereka paham tidak ada gunanya, cukup di sisi Runa.

≈≈≈

Eccedentesiast | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang