𖧷 🦉 ゙𝟎𝟏. 𝐀𝐍𝐍𝐎𝐘𝐄𝐃᠉ 𖧧

140 16 0
                                    

ketika hadirmu menciptakan dimensi baru,
sebuah pertemuan singkat akan melekat hingga tamat.

SAMUDRA || HWANGSHIN

••🦋••

Jakarta, kota dimana kemacetan sudah menjadi sebuah habit. Bunyi klakson yang saling bersautan, ditambah polusi yang membuat udara semakin tidak nyaman untuk dihirup, Prima dengan kesal kembali menutup jendela mobilnya.

"Nahkan, kalo kakak telat ngampus siapa yang tanggung jawab?" omel Jeffri pada kedua adiknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6.50, sedangkan mereka masih jauh dari area sekolah. Wajar jika Jeff kesal. Si sulung itu sangat terbiasa disiplin. Berbeda dengan Prima dan Satria yang selalu lambat dalam segala hal.

"Kak Prima tuh"

"Loh? Aku? Kan kamu yang ngumpetin sepatu kakak," jawab Prima dengan nada yang meninggi.

"Tetep aja kakak yang lama"

"Nyolot mulu"

Dan perdebatan itu masih terus berlanjut hingga mereka sampai disekolah.

••🦋••

Beruntung gerbang masih belum ditutup. Prima pun segera keluar dari mobil, meninggalkan Satria yang masih merengek minta uang jajan.

"Kan kemaren udah dikasih lebih"

"Kemaren buat bayar kas, bayar utang kantin, bayar iuran kerkel, bayar-"

"Alesan"

Jef benar-benar tidak tahan, ia lantas mendorong Satria agar cepat-cepat keluar dari mobil.

"Biadab," Gerutunya sambil berjalan memasuki sekolah.

••🦋••

"GOOD MORNING BESTIE!"

Belum sempat menginjakkan kaki kedalam kelas, suara menggelegar milik Mika sudah berhasil menusuk telinga Prima. Sungguh pagi yang rusuh.

"Telat mulu"

Prima berjalan menuju bangkunya sebelum mulai bercerita. Mika pun ikut mendudukkan diri disamping Prima.

"Gara-gara Satria"

"Hahah, kenapa? Seragam lo dicuci lagi sama dia?" Tanya Mika disertai tawa jahannamnya.

Prima mendengus, kembali teringat kejadian beberapa hari lalu. Dimana dirinya terpaksa berangkat sekolah dengan seragam milik Jef. Semua karena Satria yang dengan sengaja mencuci seragam kakaknya, dengan alasan "nyobain deterjen baru".

"Huh, bosen main deterjen, sekarang giliran sepatu gue diumpetin di freezer sama dia"

"HAHAHAH"

Tawa Mika semakin pecah ketika mendengar cerita malang Prima. Inilah contoh sahabat yang halal untuk dijual.

"Eh liat PR fisika dong," Ujarnya setelah puas tertawa.

"Ada akhlak begitu?" Ucap Prima, dan hanya dibalas cengiran oleh Mika.

Prima pun membuka buku paket fisika, dibukanya halaman PR, dan ternyata, BOOM. Kosong.

"Kok.."

Prima kembali menutup bukunya dengan pasrah. Baiklah, ia harus siap dijemur ditengah lapangan.

••🦋••

"Gila aja kita dijemur panas-panas begini," Keluh Mika yang sudah tidak tahan dengan terik matahari pagi ini.

"Iya njir, berasa dapet spoiler neraka. Kabur aja yuk"

Mika melotot, lantas menunjuk ke ruang OSIS dengan dagunya. Disana, terlihat lelaki dengan tatapan maut yang tengah mengawasi mereka.

"Dahlah anjing, nyebelin"

Terlalu kesal, Prima menendang dengan kuat sebuah sampah kaleng didekatnya. Hingga tanpa sadar mengenai seseorang yang tengah berjalan di koridor.

••🦋••

Samudra, lelaki berperawakan tinggi dengan aura yang nyaris menyerupai pangeran di negeri dongeng. Rambut pirang, mata sipit yang tegas, hidung mancung, dan bibir seksi yang mampu membuat siapapun terpaku melihatnya -jika saja banyak orang disana.

Sam menyusuri koridor dengan langkah tegap sebelum akhirnya ia mengaduh kesakitan. Kepalanya terkena lemparan kaleng soda, hingga membuat jidat mulusnya sedikit terluka.

Samudra menatap tajam ke arah datangnya kaleng tadi, dan disana sudah berdiri dua gadis yang diam dengan mulut melongo. Sam menghampiri mereka, melemparkan kaleng yang berhasil ditepis oleh Prima.

"Kurang ajar. Tanggung jawab!" Teriak Sam dengan tangan yang sudah menekan pundak Prima.

"Ya maaf gue ga se-"

"Gue minta lo tanggung jawab, bukan minta maaf."

Samudra semakin menekan bahu Prima, hingga membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan. Namun setelahnya, pandangan Prima tertuju pada si Ketua OSIS yang tengah mengawasi mereka disana.

Dengan kekuatan akting yang ia paksa, Prima berhasil menjatuhkan diri dan berpura-pura pingsan. Mika dengan panik segera menopang tubuh Prima, dibantu Sam yang dengan spontan ikut menahan.

Tiba-tiba Reno -ketua OSIS, datang dengan wajah paniknya. Berkali-kali ia menepuk pipi gadis itu untuk membangunkannya. Tetapi hasilnya tetap nihil.

"Lo apain dia?" tanyanya pada Sam.

"Kebalik. Dia yang apain gue," jawabnya sambil menunjukkan jidat berdarah nya.

"Udah jangan ribut dulu. Mending buruan bawa Prima ke UKS"

Menuruti ucapan Mika, Reno segera menggendong Prima untuk dibawa ke UKS.

Didalam UKS, batin Prima masih berteriak ingin keluar. Tapi sial, Samudra masih disana menunggu sampai Prima sadar dari pingsan.

Perlahan, Prima membuka matanya. Seolah benar-benar pingsan, ia melihat sekeliling dengan wajah bingung.

"Nggak usah sok pusing, gue tau lo cuma bo'ong"

Prima menoleh, mendapati Samudra tengah mengobati luka dijidatnya.

Setelah membersihkan luka dan menutupnya dengan kapas, Sam menghampiri Prima. Perlahan ia mendekatkan wajahnya didepan wajah Prima, hingga membuat gadis itu menahan nafas sejenak.

"Tanggung jawab"

Prima mendorong wajah Samudra dengan telunjuknya, lalu mencoba mendudukkan diri.

"Kan gue udah minta maaf tadi," ucapnya sedikit berteriak.

"Permintaan maaf tidak diterima"

Prima melotot, benar-benar menyebalkan lelaki satu ini.

"Terus mau lo apa?"

"Jadi babu gue," ujarnya santai.

"Dih ogah banget"

Prima hendak keluar dari ruang ini. Sepertinya ia akan sangat tersiksa jika berlama-lama dengan Samudra.

Belum sempat membuka pintu, langkahnya terhenti kala ia mendengar Samudra berucap sendiri didepan cermin.

"Ini kalo gue visum, terus laporin ke polisi, bisa jadi kasus kekerasan nggak ya?"

"Bangsat"

Samudra mendekat, dan mulai berbisik tepat didepan telinga Prima

"2 hari kedepan, gue jadi majikan lo"

Setelah itu, Sam langsung keluar dari UKS, meninggalkan Prima yang tengah menggerutu dengan sejuta sumpah serapah untuknya.

-tbc

Samudra | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang