𖧷 🦉 ゙𝟐𝟑. 𝐋𝐎𝐖𝐊𝐄𝐘᠉ 𖧧

47 5 0
                                    

Pukul dua pagi, Samudra sudah dipindahkan ke ruang rawat. Operasinya berjalan lancar, tapi jiwanya belum juga tersadarkan.

Dokter sudah memperbolehkan Sam untuk dijenguk, asal satu-persatu, dan harus tetap tenang.

Bunda yang pertama kali masuk. Hatinya sangat lega setelah mengetahui nyawa putranya tak terancam. Beragam do'a ia panjatkan untuk keselamatan Sam. Ternyata, Tuhan masih sangat menyayangi Samudra, begitu pula orang-orang yang mencintainya.

Setelah bunda masuk, hanya menyisakan Prima, Reno, dan juga Felix. Mika dan yang lainnya sudah pulang sejak tadi malam. Berkali-kali Reno menyarankan agar Prima ikut pulang, tapi gadis itu menolak. Ia tetap ingin menemani Sam hingga lelaki itu bangun.

"Gue cari minum dulu, kalian nitip?" tanya Reno. Sebenarnya, ia hanya mau memberi waktu keduanya untuk bicara.

Felix dan Prima sama-sama menggeleng. Dan akhirnya Reno pergi meninggalkan mereka.

"Lix"

"Prim"

Ucap keduanya bersamaan.
Deja vu?

"Lo duluan," ujar Prima.

"Gue adiknya Sam"

Prima sangat terkejut mendengar penuturan Felix. Sungguh, sangat tak terduga.

"Nggak usah bercanda deh," ucapnya seolah tak percaya.

"Gue serius."

Prima hanya diam, masih memikirkan bagaimana alur hidup mereka. Bagaimana bisa selama berpacaran dengan Felix dirinya tak pernah bertemu Samudra. Begitu pula sebaliknya, disaat dirinya bersama Sam, tak pernah melihat Felix sama sekali.

Felix menghela nafas sejenak, lalu mulai menjelaskan.

"Dulu, gue sama Sam dekeett banget. Kita udah kaya anak kembar"

Prima menyimak cerita Felix yang saat ini suaranya semakin dalam karena baru selesai menangis. —bisa dibayangin suara deep yang makin deep :)

"Dulu tuh Sam badungnya minta ampun. Waktu itu, ayah sama bunda sibuk kerja. Jadi kita berdua dititipin ke tempat penitipan anak"

"Sam orangnya bosenan, jadi dia nggak betah ada disana, terus kabur"

"Gue nggak tau apa-apa waktu itu, sampe akhirnya dapet kabar kalo Sam diculik"

"Bertahun-tahun kita semua nggak tau keberadaan Sam. Bertahun-tahun ayah sama bunda ribut saling nyalahin satu sama lain. Bertahun-tahun juga gue dihantui rasa bersalah"

"Pas umur gue 8 tahun, ayah sama bunda pisah. Gue dipaksa buat tinggal sama ayah. Dan di tahun itu juga, bunda berhasil nemuin Sam, di panti asuhan"

"Akhirnya, usia 15 tahun, gue masuk SMA Garuda, dan ketemu lo. Sedangkan Sam ada di Bekasi, dirumah keluarga bunda. Gue sering bolak-balik Jakarta-Bekasi buat ngepoin keadaan mereka, hampir tiap minggu"

"Sampai akhirnya, gue ketemu Tamara, yang waktu itu posisinya jadi pacar Sam. Kita nggak sengaja ketemu, dan akhirnya deket"

"Tapi, diwaktu yang bersamaan, gue juga naksir sama lo. Terus kita pacaran"

"Beberapa minggu kemudian, gue liat Tamara di rumah sakit, ternyata dia kanker. Gue kasian liatnya, mana waktu itu Sam sibuk sama acara balapan liarnya. Jadi, Tamara minta gue buat pura-pura main dibelakang Sam. Biar pas Sam tau kalo Tamara mau pergi, dia nggak ngerasa begitu sakit"

"Dan usia 16 tahun, ayah ngajakin buat pindah ke Australi. Tanpa sepengetahuan siapapun, kita pun pindah, dan gue putusin lo"

"Tapi, nggak lama setelah tinggal disana, gue dapet kabar kalo Tamara udah dijemput sama Tuhan. Hati gue sakit banget, sampe demam beberapa hari"

"Terus, gue maksain buat balik ke Jakarta, dan dateng ke makamnya. Tapi, tiba-tiba temennya Ara dateng, dan ngasih kotak, isinya surat. Katanya, suruh ngasih ke Sam kalo udah lama, tahun depan"

"Dan tahun depannya, tepatnya waktu kita ketemu di apotek, gue balik buat nemuin Sam"

Setelah menyimak cerita Felix yang sangat panjang itu, Prima sadar, ia belum cukup mengenali dua lelaki bersaudara itu.

Jadi, ini alasan Felix memutus hubungan dengan Prima malam itu?

Dan juga, ini alasan kenapa Sam mempunyai masa lalu sebagai Haikal?

Ah sial, alur hidup mereka sangat rumit.

"Lo sama Sam... sejak kapan deket?" Felix bertanya.

Saat hendak menjawab, tiba-tiba bunda keluar dari ruangan, dan mengisyaratkan Prima untuk masuk.

Tanpa ba bi bu lagi, Prima segera memasuki ruangan tersebut. Kali ini, tidak disertai rasa sesak. Melainkan rasa bahagia karena tau Samudra akan segera sembuh.

Tidak. Ternyata sesak didadanya kembali hadir, ketika ia melihat tubuh Sam yang terbaring lemah disana.

Bau obat-obatan menusuk indra penciumannya. Suara EKG yang nyaring menembus pendengarannya. Dan wajah pucat yang malang itu, berhasil menyayat hatinya.

Semakin dekat, pikirannya semakin banyak mengingat keceriaan Sam. Suara tawa yang selalu menularkan kebahagiaan. Deru nafas yang selalu membuat Prima jantungan. Dan wangi parfum yang selalu menghadirkan kerinduan.

Prima ingat semuanya. Imajinasi mengajaknya kembali pada masa-masa indah bersama Samudra.

••🦋••

Samudra tak tau dimana dirinya sekarang. Setiap arah pandangannya selalu menunjukkan labirin tinggi yang tak berujung. Disana gelap, dingin, sepi, sendirian. Tapi, Sam tak merasa ketakutan sama sekali.

Aneh, dia justru merasa banyak euforia disekelilingnya. Rasa bahagia merekah didalam hati Samudra. Senyum manis juga tak berhenti terpancar dari wajah tampannya. Samudra berpakaian rapi, seolah ia tengah dalam perjalanan ke tempat terindah.

Lelaki itu terus berjalan menyusuri labirin tersebut, entah sampai kapan. Jauh, seperti tak akan ada habisnya jalan panjang ini.

Dalam perjalanan, ia merasa bertemu orang-orang tersayang. Mereka semua berdiri disepanjang jalan labirin, seolah mengucap selamat tinggal untuk Samudra.

Sampai akhirnya, ia dibingungkan dengan dua jalur berlawanan.

Disebelah kanan, ia melihat banyak sekali cahaya terang, seolah menyambutnya untuk datang kesana. Ada Tamara juga disana. Senyumnya sangat manis, matanya yang cantik juga terlihat semakin berbinar. Seolah dia bahagia melihat keberadaan Samudra disana.

Tapi disebelah kiri, ia melihat bunda dan Prima yang menangis tersedu-sedu. Suaranya menusuk hati, membuat Sam ikut meneteskan air mata.

Mana yang harus Sam pilih sekarang?

Samudra | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang