Mendung belum tentu hujan
Panas belum tentu kering
Dan pacaran belum tentu ada cinta••🦋••
Senja pun tiba, adzan maghrib berkumandang, dibarengi suara derasnya hujan. Hal itu membuat Mama Laras memaksa Sam untuk tetap tinggal hingga hujan reda.
Namun, jarum jam terasa berputar lebih cepat hingga menunjukan pukul 20.30, dan langit masih enggan untuk berhenti membasahi bumi. Akhirnya, Mama menyarankan untuk Sam agar menginap dulu disini.
Berkali-kali Prima mendengus kesal karena Mama memperlakukan Sam lebih dari anaknya sendiri.
"Lo kenapa nggak pulang aja sih?" bisiknya pada Sam ketika lelaki itu tengah membantu Satria mengerjakan tugas melukisnya.
"Lo ngusir?" tanya Sam.
"Nggak git-"
"Wah kurang ajar, punya tamu kok diusir," tiba-tiba saja Satria sudah muncul dan menyela ucapan Prima.
"Ngg-"
"Wah, siapa yang ngelukis?" tanya papa yang entah sejak kapan sudah berjongkok didepan lukisan Samudra.
"Sam om," jawab Sam dengan wajah songong sambil melirik Prima.
"Hebat!"
Mendadak semua gelap. Hanya terlihat layar hp Prima dan gigi putih papa yang sejak tadi tak berhenti tersenyum.
"Mati lampu?" tanya Jeff yang baru turun dari kamarnya sambil menyoroti mereka semua dengan senter.
"Perasaan kita udah bayar listrik," mama juga datang dari arah kamarnya, masih dengan mukena putih yang membuat seisi ruangan berteriak kaget.
"ASTAGHFIRULLAH"
••🦋••
Dan disinilah mereka semua sekarang. Duduk melingkar diruang tengah, dengan sebatang lilin besar sebagai pusatnya. Udara dingin menusuk, menciptakan hasrat untuk makan semangkuk indomie kuah dengan sambal dan telur sebagai pelengkap.
Mama dan Prima yang memasak, sedangkan yang lain melanjutkan obrolan di ruang tengah. Sam belum selesai dengan lukisannya, jadi ia melanjutkan dengan bantuan senter yang dipegang oleh Satria.
Disaat seperti ini, Jeff tiba-tiba mendengus kesal. Berkali-kali Naya menelfon hanya untuk meminta jeff membawakan sekotak pizza, padahal cuaca diluar sedang sangat tidak baik. Terlebih, malam sudah semakin larut.
ddrrrttt drrrtttt ddrrrrttt
Dan lagi-lagi ponsel itu bergetar, sangat menggangu semua orang disana.
"Pacar lo ganggu amat dah," keluh Satria karena sejak tadi Jeff tak mengangkat telponnya.
"Eh bukan pacar, lo kan cuma kurir pizza dia, hehe" lanjutnya menghina.
"PUTUS AJA PUTUS!"
Prima datang dengan satu baskom Indomie, sambil mengompori kakaknya agar cepat putus dengan Naya.
"Sejak kapan kamu punya pacar Jeff?" tanya papa yang benar-benar baru tau jika anaknya berpacaran.
"Se-"
"Udah dari lama pa, jadi selama papa nggak dirumah tuh Kak Jeff sliwar-sliwir nyari cewek, sampe dapet- AISH!"
Kata-kata profikasi itu terputus karena Jeff dengan tega memasukkan bubuk lada ke mulut Prima.
Mereka semua dibuat tertawa dengan tingkah kakak beradik itu. Dan tanpa disadari, Sam tersenyum kecut disana. Anak itu belum pernah merasakan keharmonisan sesederhana ini. Sam iri, sangat iri. Padahal orang tuanya masih hidup, ia juga punya saudara, tapi kenapa hidupnya terasa sangat sepi? Sam merasa sendiri.
Dan selesai makan, listrik belum juga membaik. Akhirnya mereka semua kembali berbincang ringan diruang tengah.
"Jeff?"
Jeff langsung menatap papa yang kini tengah menyeruput kopi pahit buatan Prima.
Papa membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman berbicara dengan Jeff. Yang lain hanya diam. Ah tidak, Sam melanjutkan lukisannya, dibantu cahaya senter dari Satria, dan Prima sibuk mengganggu mereka berdua.
"Kamu cinta sama pacar kamu?" tanya papa.
"Cinta pa"
"Kamu tau apa itu cinta?"
Jeff hanya bisa menggeleng. Sejujurnya, ia juga tak tau apakah dirinya benar-benar merasakan yang namanya Cinta?
"Apa alasan kamu cinta sama dia?"
Jeff diam sejenak, lalu dengan berani mendongakkan kepalanya.
"Karna dia cantik, dia pinter, dia baik, dia-"
"Itu bukan cinta."
Seketika semua orang terdiam disana, begitupun Jeff. Anak itu tak bisa berkata apa-apa.
"Cinta itu nggak butuh alasan. Kalau kamu bisa menjelaskan alasan kamu mencintai dia, itu bukan cinta namanya"
Hening, semuanya masih meresapi kata-kata papa. Mungkin benar, tak seharusnya seseorang memacari orang yang tak dicintainya.
••🦋••
Malam semakin larut, Jadi mereka semua memutuskan untuk segera tidur karena besok masih harus sekolah. Mama dan papa sudah menuju ke kamarnya, begitupun Prima. Tapi Jeff, Satria, dan Sam malah memilih tidur diruang tengah.
Udara semakin dingin, dan bodohnya mereka bertiga tidur tanpa ada lapisan selimut sama sekali. Merasa iba, akhirnya Prima memutuskan untuk menyelimuti mereka. Ia mengambil selimut dikamar Jeff, Satria, juga selimutnya sendiri.
Ketika para lelaki itu sudah larut dalam mimpi masing-masing, perlahan Prima memasangkan selimut untuk mereka. Setelah selesai, tanpa sadar tatapannya tak beralih dari wajah Sam, cukup lama. Meskipun gelap, ketampanan bak pangeran itu masih terpancar dari wajahnya.
Tapi tiba-tiba Sam tersenyum, ternyata dia belum tidur. Senyumnya membuat Prima buru-buru kembali ke kamar. Sial, pasti Sam sadar Prima memperhatikannya sejak tadi.
Sedangkan Samudra masih cekikikan sambil menutup wajahnya dengan selimut, salting.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra | Hwang Hyunjin
Teen FictionSecarik kisah tentang mereka yang jatuh cinta, dan jatuh ke tangan Sang Pencipta. Samudra by Aerglovic. Start : 17.04.22 End : 03.09.22