𖧷 🦉 ゙𝟏𝟓. 𝐏𝐎𝐎𝐑 𝐀𝐉𝐈᠉ 𖧧

32 8 0
                                    

Special hari ini, Jeff, Satria, dan Prima ke sekolah diantar oleh papa. Sam sudah pulang sejak subuh tadi, sebab seragamnya masih dirumah.

Rencananya, papa dan mama akan mengunjungi rumah nenek yang ada di Bandung pagi ini. Jadi, anak-anaknya akan menyusul setelah Prima selesai latihan dance.

Disekolah, Prima tak berhenti menyunggingkan senyum. Banyak yang heran sekaligus takjub melihat senyuman itu. Biasanya, Prima hanya akan melirik, bahkan tak menghiraukan orang-orang disekitarnya.

Tapi hari ini berbeda, mobil yang ia tumpangi tak lagi dikendarai oleh Jeff, melainkan papa.

"Yow! Mesem mulu mbak barista"

Prima hanya tersenyum menanggapi ucapan Mika.

"Bokap sama nyokap lo jadi ke Bandung?" tanya Mika, lalu mendudukkan diri disamping Prima.

"Iya, ntar abis latihan baru gue nyusul"

"Ooh"

Tiba-tiba Sam datang dan menyuruh Mika untuk pergi dari bangkunya. Mika yang merasa kesal pun pergi dengan menghentakkan kakinya hingga kesemutan.

"Sam"

"Hm?"

Prima merogoh isi tas nya, dan menemukan baju milik Sam.

"Nih baju lo yang basah kemarin udah gue cuci, gue keringin, sama gue setrika"

"Thanks"

••🦋••

Sekarang, keempat anak itu sudah berdiri didepan kaca sesuai formasinya. Gerakan dance sudah mereka hafal, dan kini tinggal mematangkan.

Namun, mendadak kecelakaan terjadi. Kaki Aji cidera. Anak itu berteriak kencang, membuat teman-temannya semakin panik. Lalu, Sam dengan cepat segera mengeluarkan mobil bundanya, membawa Aji menuju rumah sakit terdekat.

Dokter bilang, kaki kanannya patah. Aji harus istirahat total, dan tidak boleh terlalu banyak aktivitas. Lalu, bagaimana dengan formasi dance mereka? Sedangkan lelaki itu harus vakum selama hampir satu semester.

Reno datang bersama mama dan papa Aji. Dengan wajah panik keduanya ribut ingin bertemu putranya.

"Biar gue yang gantiin dia"

Seolah Reno paham dengan isi pikiran teman-temannya, dia siap menggantikan posisi Aji untuk dance nanti.

"Tapi lo kan senior kak," ucap Mika.

"Kegiatan ini bukan cuma buat junior, kita semua kerjasama"

Tiba-tiba, mama Aji meminta mereka untuk menemui anaknya. Mereka pun segera masuk, dan mendapat Aji yang masih nyengir dengan keadaan kakinya yang memprihatinkan.

"Nyengir lo," ujar Reno sambil menabok bahu sahabatnya itu.

"Hehe, maafin gue temen-temen. Ntar formasinya hancur dong kalo gue nggak ikut?"

"Nggak usah sok penting deh lo," ucap Mika yang sebetulnya juga kasihan melihat Aji terbaring seperti ini.

"Ye minta ditabok"

Mereka semua tertawa melihat perdebatan kedua temannya. Setidaknya, Aji tak terlihat kesakitan ketika bersama mereka. Walaupun kenyataannya, lelaki itu sangat merasa hancur ketika sadar kakinya bermasalah.

Tiba-tiba ponsel Prima berbunyi, menandakan bahwa Jeff menghubunginya. Ah, Prima hampir lupa kalau sore ini harus ke Bandung.

"Halo kak"

"Udah selesai latihannya? Ayo buruan, takut kemaleman," ucap Jeff dari seberang telepon.

"Um, aku nanti naik taxi aja deh. Sekarang lagi di rumah sakit, Aji cidera"

"Beneran? Atau mau kakak tunggu sampe kamu pulang aja?"

"Nggak nggak, nggak usah. Mama sama papa pasti udah nungguin. Aku gampang kok nanti"

"Yaudah, ati-ati loh ya"

"Iyaa"

Setelah menutup telponnya, Prima kembali melihat keadaan Aji. Kasihan, anak periang itu harus merasakan sakit di hari-hari mendekati kemah. Padahal, disini Aji yang paling semangat untuk menampilkan dance.

"Lo kenapa Prim?" tanya Mika yang melihat wajah sendu Prima.

"Ehm, enggak. Cuma takut kalo pipi dia sampe tirus"

"Ye bangke lo"

Semua orang disana tertawa melihat Aji yang marah-marah tanpa bisa menendang teman-temannya.

"Eh tadi lo di telfon Kak Jeff? Ada apa?" tanya Reno.

"Ooh, itu. Kita mau nyusul papa mama ke Bandung, mumpung besok libur"

Iya, besok sekolah mereka diliburkan karena gedung sekolah akan digunakan untuk turnamen basket antar SMA se Jakarta. Sebenarnya semua siswa diperbolehkan datang, bukan untuk belajar, melainkan memberi semangat.

"Udah ditungguin? Yaudah yuk gue anter pulang"

Prima menahan tangan Reno yang hendak menghantarnya. Ia belum ingin berangkat sekarang.

"Nggak usah, ntar gue bisa nyari taxi"

Tiba-tiba mama dan papa Aji kembali memasuki ruangan. Mereka bilang harus keluar saat ini juga, katanya ada klien yang membuat pertemuan mendadak dengan perusahaan.

Sebetulnya, Aji sangat kesal melihat sikap kedua orangtuanya. Disaat kondisinya tengah seperti ini, mereka masih sempat memikirkan pekerjaan, dan menitipkannya pada Reno. Apakah Reno ini bapaknya?

••🦋••

Sudah berkali-kali Prima memesan taxi online, tapi tetap saja tak ada yang datang. Mungkin karena malam sudah sangat larut. Ah harus naik apa Prima sekarang?

"Masih nungguin taxi?"

Prima menoleh, dan mendapati Reno yang sudah berdiri dibelakangnya. Aji sudah tidur, jadi dia merasa lebih tenang untuk sekedar jalan-jalan.

"Eh? Iya nih nggak ada yang ambil dari tadi," jawab Prima dengan wajah lesu.

"Gue anter aja ya? Mumpung Aji udah tidur"

"Ngg-"

Ucapan Prima terputus karena tiba-tiba saja Sam sudah datang sambil memberikan helm dan jaket untuk Prima.

"Nggak usah, biar gue yang anter"

Lantas, tanpa bicara apapun Reno pergi meninggalkan mereka berdua disana.

"Yuk"

Prima menahan tangan Sam yang hendak menariknya menuju parkiran.

"Tapi gue bukan mau pulang, Sam," ujarnya.

"Ke Bandung kan? Yaudah ayok, keburu pagi"

"Tapi-"

"Apa? Jauh? Kita kan naik motor bukan naik sendal, nggak bakal patah kaki"

Prima tertawa mendengar jawaban Sam, lalu mengambil jaket dan helm dari tangan lelaki itu.

"Gaje lo," ujarnya, lalu berjalan mendahului Sam.

Malam ini
Semilir angin sepanjang jalan Jakarta-Bandung
Dan langit malam yang terlihat sedikit mendung
Menyaksikan keduanya tertawa sambil bersenandung

-tbc

Samudra | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang