Pulang dari lapangan, mereka sarapan di warung bubur terdekat. Tak semuanya, hanya Prima, Sam, Jeff, Tristan, juga Dika.
"5 pak, yang satu nggak pake kecap," ucap Jeff memesan.
Sambil menunggu, mereka semua sibuk dengan ponsel masing-masing. Tiba-tiba, Sam menyenderkan kepalanya di bahu Prima, membuat gadis itu risih dan mendorong Sam untuk menjauh.
"Apasih?" tanya Prima dengan wajah menyebalkan.
"Capek," jawab Sam dan kembali bersender.
"Ish! Bau keringet"
Bohong, Sam tak bau sama sekali. Bahkan ia masih sangat wangi. Dasar manusia downy.
Bubur ayam sudah datang, dan mereka segera menikmatinya sebelum dingin.
Prima mengaduk buburnya, membuat penyakit julid Sam kembali kumat.
"Ih diaduk?" tanyanya pada Prima.
"Lah lo nggak?" jawab Prima dengan heran.
"Kalo nggak diaduk mana enak," lanjutnya.
"Sama aja, ujung-ujungnya juga jadi tai," ujar Dika hingga mendatangkan tatapan maut dari teman-temannya.
"Becanda hehe, enak banget buburnya"
••🦋••
Selesai sarapan, Tristan dan Dika memutuskan untuk kerumah Jeff. Alasannya ingin mengerjakan tugas, padahal nyatanya hanya menumpang wifi.
Bosan berada di rumah, Prima berniat untuk menyusul mama di caffe. Biasanya setiap weekend caffe selalu ramai.
"Kak"
"Hm"
"Aku nyusul mama ya"
Jeff mengalihkan atensinya dari game menuju ke Prima. Lalu pergi ke kamar untuk mengambil kunci mobil dan juga jaket untuk Prima.
"Yuk"
Prima terheran-heran melihat sikap kakaknya. Tak biasanya lelaki itu bersikap baik pada Prima.
"Ngapain?"
"Kakak anter," ucapnya, lalu segera ke garasi, mengeluarkan mobilnya.
"Tumben?" tanya Prima ketika sudah masuk mobil.
"Kakak nggak mau ya kalo nanti tiba-tiba ada kabar penculikan pedofilia"
"Astaghfirullah"
Jeff tertawa, hingga memperlihatkan pipi bolongnya.
Sejujurnya, ia khawatir jika adiknya keluar tanpa pengawasan. Terlebih, Jeff sempat mendengar kabar bahwa Felix kembali ke Indonesia. Bukannya Jeff menganggap Felix sebagai penjahat, ia hanya tak ingin Prima kembali murung karena gagal move on dari cinta pertamanya itu.
••🦋••
Sesampainya disana, Prima sudah disibukkan dengan banyaknya pelanggan yang tak sabaran. Entahlah, tak biasanya caffe mama se-ramai ini. Mungkin karena caffe sebelah tengah tutup.
"Primaa!"
"Iyaa?"
Prima menghampiri mamanya yang tengah membuat beberapa pesanan di dapur.
"Nih kamu anterin ke meja 8, yang ada diluar," ucap mama sambil menyerahkan nampan berisi secangkir kopi dan pancake durian yang masih hangat.
"Oke"
Ia pun segera keluar dan menghantarkan pesanan tersebut. Namun, betapa terkejutnya Prima ketika melihat siapa yang memesan.
Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra | Hwang Hyunjin
Teen FictionSecarik kisah tentang mereka yang jatuh cinta, dan jatuh ke tangan Sang Pencipta. Samudra by Aerglovic. Start : 17.04.22 End : 03.09.22