𖧷 🦉 ゙𝟏𝟑. 𝐏𝐄𝐂𝐄𝐋᠉ 𖧧

32 9 0
                                    

Selasa, setelah latihan dance bersama teman-temannya, Samudra mengajak Prima untuk pergi ke toko buku. Awalnya, Prima menolak, tapi karena adanya iming-iming novel favoritnya, akhirnya ia setuju untuk ikut bersama Sam.

Mereka menyusuri setiap rak, Sam hendak mencari buku TOEFL. Entahlah, akhir-akhir ini ia tengah punya mimpi untuk bisa bersekolah ke luar negeri, terutama Australia.

"Udah?" tanya Sam ketika Prima masih sibuk memilih buku. Prima menggeleng, novel yang ia incar ternyata tidak ada.

"Mau pindah toko?" tawar Sam.

"Nggak usah deh, ntar gue cari aja di olshop," jawab Prima dengan senyum tulus.

Mereka pun segera membayar buku milik Sam, lalu pergi untuk menghantar Prima pulang.

••🦋••

Dijalan, tiba-tiba Sam menghentikan motornya. Prima menduga ia akan diberhentikan dipinggir jalan lagi, sama seperti dulu.

"Nggak bakal gue tinggalin lagi, kita makan dulu," ujar Sam sebelum Prima berniat untuk pergi.

Prima menuruti ucapan Sam, dan kini mereka tengah duduk disebuah warung pecel lele yang terletak tak jauh dari toko buku.

"Dua ya pak"

"Okee"

Setelah memesan, Sam kembali ke mejanya, dan melihat Prima yang tengah sibuk mengucek mata.

"Jangan dikucek!" teriak Sam, lalu mendekati Prima.

"Nanti infeksi," lanjutnya.

Sam semakin mendekatkan wajahnya, mengamati mata Prima. Sepertinya mata gadis itu kemasukan debu —alias kelilipan.

Sam meniup mata Prima, untuk membersihkan debunya. Kedua pasang mata itu kembali tertaut. Cukup lama mereka diam membeku, kedua jantung itu sama-sama berdetak lebih cepat, hingga akhirnya Prima memutus kontak mata lebih dulu.

"Makasih," ucapnya sedikit salah tingkah.

Sam kembali duduk, ia menunggu pesanan sambil membaca buku barunya.

Hening cukup lama diantara keduanya. Sampai akhirnya Prima memberanikan diri untuk bersuara.

"Sam"

Samudra menoleh, lalu menutup bukunya, dan bersiap mendengarkan cerita Prima. Dari kecil, Sam memang sudah diajarkan attitude yang baik ketika berbicara dengan orang lain, beruntung, ajaran itu masih ia terapkan hingga sekarang.

"Lo kemarin kenapa?" tanya Prima dengan nada takut, takut Sam tersinggung.

"Kenapa apanya?"

"Ih kemarin!"

Prima mulai kesal karena wajah tengil Samudra terpampang lagi didepannya.

"Kemarin... Oh iya! Kemarin gue nyanyi didepan lo, sampe bikin lo salting terus-"

"Ih nggak gitu! Tau ah!"

Prima lebih memilih menghentikan obrolan yang menggelikan ini.

"Ngambek nih? Kaya pacar aja," goda Sam sambil mencubit hidung Prima.

"Apasih? Nggak ngambek."

Sam semakin tergelak melihat tingkah gadis ini. Wajah galak itu akan selalu melekat dalam pikirannya.

Tiba-tiba pesanan mereka datang, dua piring pecel lele dan dua gelas es teh manis.

"Prim"

"Hm?"

"Lo tau nggak asal nama pecel?"

Prima menggeleng, lalu melanjutkan makannya.

"Ribet lo, makan doang pake belajar sejarah," ucap Prima dengan mulut penuh makanan.

"Ye lo harus tau dulu asal-usulnya kalo mau nikmatin sesuatu, contohnya nih pecel," Sam menjeda ucapannya untuk menelan satu suap makanan tersebut.

"Pecel asalnya dari bahasa jawa, dipecel. Lo tau artinya?"

Prima menggeleng.

"Diperes airnya"

Sam kembali menjeda untuk sesuap lagi.

"Udah gitu doang?" tanya Prima.

"Bentar," jawab Sam sambil sibuk mengunyah.

"Coba lo bayangin, kalo sayur-sayur ini airnya nggak diperas, jadi apa?"

"Ih ya nggak enak lah"

"Nah itu, anggep aja sayuran ini proses lo buat dapetin apa yang lo mau, dan airnya, keluh kesah sama marah-marah-"

Ucapan Sam terpotong karena Prima melanjutkannya

"Jadi, gue bakal dapetin apa yang gue mau dengan nikmatin proses, syaratnya cuma berhenti ngeluh dan berhenti marah-marah. Kan?"

"Pinter!" jawab Sam sambil mengacak rambut Prima.

••🦋••

Selesai makan, mereka segera berangkat menuju rumah Prima. Tapi sebelumnya, Sam mengajak Prima untuk mampir toko kain, mengambil kain pesanan bunda.

Pulang dari toko kain, mereka lanjut ke butik. Benar, ditinggal bunda sebentar saja tugas Sam sudah beranak.

"Hai Sam, tumben ke butik?" tanya seorang wanita berseragam yang diduga pegawai di butik ini.

"Iya mbak, bunda lagi pergi," jawab Sam.

"Iya kah? Kok nggak ngasih info ya?"

"Perginya mendadak, makanya sekarang Sam kesini mau ngabarin itu, sekalian disuruh ngasih kain," ucap Sam panjang lebar.

"Ooh, yaudah makasih yaa"

"Sama-sama"

Saat hendak keluar, Sam baru menyadari ternyata Prima tak ada disana.

Ia kembali menemui Mbak Rosa, untuk bertanya dimana Prima.

"Mbak Oca!"

"Apa lagi?"

"Liat temen aku nggak?"

Rosa terlihat bingung, sepertinya sejak tadi Sam tak mengajak siapapun.

"Nyariin gue ya?" tanya Prima yang tiba-tiba muncul dari balik manekin tanpa kepala.

"Anjir lo"

"Prima?" Rosa terkejut melihat Prima ada disana.

"Kak Rosa?" Prima juga sama terkejutnya ketika melihat Rosa ada disana.

"Kalian kenal?" tanya Sam yang tak tau apa-apa.

"Kan kemarin mbak ikut nonton kamu basket, ada Prima juga disana"

"Lah iya juga"

Ketiganya tertawa melihat kebodohan ini. Betapa sempitnya dunia.

-tbc

maapin gaje banget hmz😔🤳🏻

Samudra | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang