vomment juseyo~
---
perginya min young, ibu haechan sangat membekas dalam. benak kerabatnya, terutama sang anak, haechan.
tak ada tangis ataupun senyum diwajah haechan, hanya datar. bahkan kerabatnya atau teman sekolahnya yang memberi ucapan duka pun hanya ditanggapi anggukan seperlunya.
kelima temannya justru khawatir. mereka lebih memilih haechan menangis daripada diam seperti ini. jujur, itu malah semakin mengkhawatirkan.
saat ibunya hendak dimakamkan pun haechan hanya diam. sedari tadi ia enggan berbicara sepatah katapun.
teman-temannya berusaha mengajaknya mengobrol, namun diacuhkan oleh haechan.
"menangislah haechan. kami tau kau tak sekuat itu. kami ada disini untukmu." ucap renjun sembari merengkuh bahu haechan.
"tidak. aku tak ingin merepotkan kalian. aku tak ingin ibuku bersedih diatas sana." jawab haechan.
kelimanya tersenyum. akhirnya haechan mau bicara, walaupun jawabannya melenceng dari harapan mereka.
begitu pemakaman selesai, dan kerabat perlahan mulai pulang satu persatu. namun tidak dengan jeno, jaemin, renjun, hyunjin dan jinyoung.
mereka lebih memilih tetap tinggal. berjaga-jaga agar haechan tak melakukan hal diluar nalar.
haechan yang heran dengan kelimanya pun menegur,
"mengapa kalian tak pulang?, acara sudah selesai." tegur haechan.
"kau mengusir kami?" ucap hyunjin sambil memegang dadanya, seolah mendapat penolakan besar.
lebay. satu kata di pikiran haechan.
"tidak. aku hanya ingin sendiri dahulu. besok kemarilah lagi. sungguh, aku tak apa!" ucap haechan meyakinkan temannya.
"baiklah kami pulang, kalau ada apa-apa hubungi kami." putus jeno yang mendapat tatapan tak terima dari keempat temannya. jeno hanya mengangguk. mau tak mau mereka melangkah keluar.
"hati-hati." ucap haechan lalu menutup pintu.
haechan kemudian berlari ke arah kamarnya. ia terduduk dan mulai menangis sekeras-kerasnya. tangannya pun membanting apapun di sekitarnya.
pertahanannya runtuh. benar kata renjun, haechan tak sekuat itu. sedari tadi ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangisnya, agar semua orang tak khawatir padanya. namun kini tak lagi, sekarang ia bebas menangis semaunya, tak ada yang melihat.
melihat foto ibunya dalam bingkai, cantik sekali. tak kuasa lagi menatap foto sang ibu, haechan menangis terisak memeluk bingkai foto tersebut.
tangisannya sangat pilu. membuat yang mendengar seolah ikut merasakan apa yang dialami si penangis.
begitupun yang dirasakan jeno, jaemin, renjun, hyunjin dan jinyoung. mereka menunduk seolah merasakan penderitaan haechan.
mereka memang belum pulang. itu sebagian rencana jeno. mereka memutuskan masuk kembali untuk menjaga haechan, tanpa sepengetahuan haechan tentunya.
nemun suara pecahan benda dari lantai atas kamar haechan membuat kelimanya tersentak, dan berlari menuju kamar haechan.
renjun yang hendak mendorong pintu dihentikan jinyoung.
"biarkan haechan. dia pasti butuh pelampiasan." ucap jinyoung pelan.
mereka mengangguk paham. setelahnya mereka turun ke bawah, setelah memastikan haechan tak melakukan hal diluar kendali. untungnya pintu kamar haechan terbuka sedikit. mereka bisa melihat apa yang dilakukan haechan. kamarnya berantakan, banyak barang pecah dilantai, namun haechan tengah meringkuk memeluk sebuah bingkai.
kelimanya memutuskan akan menemani haechan di lantai bawah, walaupun haechan tak tahu.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
story || lee haechan [complete√]
Fanfiction"yang selalu tertawa pun bukan berarti tidak memiliki luka." -lee haechan. ʂƚαɾƚ : 27 ʂҽρƚҽɱႦҽɾ 2021 ҽɳԃ : 13 ԂҽʂҽɱႦҽɾ 2021 _______________ ⚠fiksi