PART 2

543 32 2
                                    

*Flashback On*

2003

"Mas..." ucap wanita paruh baya itu, sembari mencium punggung tangan suaminya yang baru pulang kerja.

"Aku buatin dulu minuman ya" tambahnya dengan wajah berseri.

Tidak ada jawaban, pria itu hanya duduk lesu sembari memijat-mijat keningnya.

"Diminum dulu" ucapnya sembari menyodorkan teh manis hangat.

Mas Hen kenapa ya? Kok kayak lagi banyak masalah, gak kayak biasanya... ucap dalam hati.

"Mas?"

Pria itu hanya menatap wajah wanita dihadapannya dengan sendu.

"Ada masalah apa mas?" tanyanya lagi.

"Kita baru menikah 6 tahun, perjalanan hidup kita masih panjang. Anak-anak juga masih kecil, t-tapi mas bingung. Mas gak tau lagi harus gimana, masa depan kita..." ucapnya terpotong karena menangis.

"Mas, mas kenapa sih? Jangan bikin panik dong"

"Maafin mas, mas belum bisa bahagiain kalian"

"Kata siapa mas gak bahagiain kita? Aku bahagia kok mas, anak-anak juga bahagia. Aku nikah sama mas juga karena pilihan aku kan, keluarga aku sama keluarga mas juga gak ada masalah. Kita juga udah dikaruniai 3 orang jagoan loh mas, itu anugerah yang indah buat aku"

Tidak ada jawaban, hanya ada isak tangis dari pria itu.

"Kamu beresin semua pakaian ya, biar mas yang beresin barang" ucapnya tiba-tiba.

"Loh, kenapa beres-beres sih mas?" tanyanya kebingungan.

"Kantor mas mengalami pailit, terpaksa mas harus menjual rumah ini untuk menutupi semua kewajiban mas di kantor. Mas bener-bener minta maaf ya sayang"

Tetapi wanita dihadapannya itu hanya tersenyum tegar, padahal hatinya berkecamuk antara sedih dan ingin marah.

"Mas bener-bener minta maaf"

"Gak apa-apa mas" ucapnya sembari tersenyum tipis menahan agar air matanya tidak jatuh membasahi pipinya.

"Dari awal pernikahan, hidup kita udah enak. Mungkin Tuhan tau, kalo kita manusia yang kuat. Makanya sekarang Tuhan ngasih cobaan ke kita, supaya kita lebih bersyukur lagi atas apa yang kita punya"

Akhirnya mereka pun membereskan pakaian dan membawa beberapa barang yang bisa mereka bawa pergi.

Sekarang mereka tinggal di rumah petak, dimana hanya ada 1 kamar, ruangan depan yang berguna untuk makan dan berkumpul, dan dapur yang menyatu dengan toilet.

Awalnya pria itu menawarkan untuk meminjam uang pada papanya, tetapi isterinya menolak karena dia tidak mau merepotkan orang lain. Dia bilang 'kita masih sanggup, masih punya tabungan bersama, itu cukup untuk sewa rumah 1 bulan dan kebutuhan sehari-hari'.

Untung saja sebelum melaksanakan pernikahan, mereka membuat perjanjian pra nikah. Maka pada saat suaminya memiliki utang, hanya barang-barang suaminya yang disita. Sedangkan barang mewah milik isterinya tetap milik dia, sehingga dia bisa menjual seluruh barang mewahnya demi mendapatkan tambahan uang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Hingga suatu ketika di bulan Desember, sang suami tiba-tiba saja memarahi isterinya itu.

"Maksud kamu apa?" tanyanya sembari memperlihatkan alat tes kehamilan.

"Kamu tau kan hidup kita tuh lagi susah? kita tinggal di rumah yang sempit, kerjaan mas masih serabutan. Kamu kenapa bisa hamil lagi?"

"Kok kamu jadi nyalahin aku sih mas? Itu juga salah kamu, kenapa kamu keluarinnya di dalem? Udah tau gak pake pengaman. Kamu jangan cuma nyalahin aku doang mas" jawabnya sembari menangis.

STORY OF MELATI (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang