Melati merasa disambar petir di siang bolong saat mendengar kisah masa lalu keluarganya itu.
"Jadi, selama ini kakak pikir aku adalah sumber masalah di kehidupan Keluarga Setiawan?"
"Iya, emang begitu kan kenyataannya?"
"Kak, hidup itu gak bisa memilih. Aku juga gak bisa milih untuk dilahirkan di keluarga yang mana dengan kondisi ekonomi yang seperti apa. Tapi, dibalik kejadian itu kan papa diangkat sebagai manajer pemasaran, terus mama juga buka bisnis kue yang sampe sekarang omsetnya terus meningkat. Keadaan ekonomi di keluarga kita semakin membaik kan saat aku udah lahir? Papa sama mama juga gak pisah kan kak? Mereka cuma kalut sama keadaan waktu itu. Jadi stop ya kak, jangan salahin aku lagi. Oh iya, apa pernah papa sama mama bedain kasih sayang ke anak-anaknya? Gak pernah kan? Aku gak dibeliin mainan, semua abang aku juga gak dibeliin mainan. Aku dibeliin makanan, semua abang aku juga dibeliin makanan kesukaannya. Saat aku salah, apa pernah papa atau mama malah nyalahin anak-anaknya yang lain? Gak pernah kan? Aku salah, tetep aku yang dikasih tau. Kakak inget gak, waktu kecil pas di playground? Waktu itu kakak main perosotan, terus dari atas aku dorong sampe kening kakak cium tiang ayunan. Apa disana papa sama mama salahin kakak, karena kakak diem diatas lama? Gak kan? Mereka nenangin kakak dan waktu di rumah, kakak tau kan aku yang dihukum, dikunci di toilet terus disuruh mikir apa kesalahan aku. Padahal waktu itu umur Meli masih kecil, masih 2 tahun" jelasnya dengan panjang lebar.
Kevin hanya tertunduk saat mendengar penjelasan dari adeknya itu, dia juga berpikir yang sama saat ini. Bahwa semenjak adeknya lahir, ekonomi keluarganya semakin membaik. Bahkan sekarang abangnya yang pertama bisa berkuliah S2 di Jerman.
"Kak Kevin tau gak, kenapa aku manggil kakak beda dari yang lain? Padahal kan papa sama mama udah ngajarinnya panggil abang semua"
Masih tetap tidak ada jawaban, hanya saja sekarang Kevin mulai melihat wajah adeknya itu.
"Soalnya... Soalnya gemes aja gitu bisa panggil Kak Mpin, hehe. Tapi kakaknya gak mau. Terus kan sampe sekarang semuanya pada manggil kakak. Cuma yang harus kakak tau, Meli tuh beneran sayang banget sama kakak. Meli juga bangga sama kakak, apalagi kalo kakak lagi tanding. Beuh kece badai" ucapnya dengan tertawa.
Kevin langsung membereskan barang bawaannya dan meninggalkan Melati sendirian di Gor Widuri.
"Kak, tungguin ih. Malah ditinggalin ini adeknya" ucapnya sembari mengejar Kevin.
Melati tidak bisa marah kepada kakaknya saat mendengar cerita alasan tidak peduli pada dirinya, karena rasa marahnya sudah tertutup oleh rasa sayangnya terhadap sang kakak.
Saat sang kakak akan menyebrang dari gor ke tempat parkir, Melati melihat ada mobil dengan kecepatan kencang melaju ke arah sang kakak.
"Kak Kevin... awas" teriaknya sembari mendorong kakaknya.
Bruk..
Kevin melihat adek perempuan satu-satunya tertabrak dan terpental beberapa meter dari tempat kejadian.
D 4751 WYC, itu kan... batinnya.
Mobil itu pun melaju kencang, meninggalkan tempat tersebut. Dan Kevin melihat ada darah di kening adeknya, dia langsung menghampiri.
"Mel bangun Mel, nih kakak peluk ya, tapi kamu harus bangun. Ya alloh, kamu bertahan ya" ucapnya sembari menggendong sang adek untuk dibawa ke mobil.
Kevin panik dengan situasi sekarang, dia merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk adeknya.
Tibalah dia di RS Anggrek.
"Sus tolong sus, adek saya kecelakaan" ucapnya kepada suster yang melewat.
Akhirnya Melati dibawa ke Ruang ICU, dan Kevin langsung mengabari orang tua nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/290684615-288-k260890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF MELATI (end)
FanfictionMengisahkan tentang seorang anak perempuan yang bernama Melati Pradita Setiawan, dia juga memiliki 3 orang abang yang selalu menjaga nya dalam situasi apapun. Suatu ketika, Melati melabuhkan hatinya pada seorang lelaki yang selalu menemaninya. Tetap...