Ryujin dan jeongwoo sekarang sedang di kama yeri, mereka hanya diam saja di atas kasur milik yeri, si pemilik kamar sedang pergi dengan jaehyuk, karena perintah ibunda.
"Woo gw mau nanya deh"
Jeongwoo menengok ke arah ryujin yang tidur di sebelahnya tapi tidak nempel "hm" kepala jeongwoo kembali di hadapkan ke atas, di atas kamar yeri ini tuh ada jendela yang menghadap ke langit makanya jeongwoo dan ryujin suka ke kamar yeri malam-malam.
"Waktu itu, yang kata lu masuk kamar gw, trs gw lemparin lu bantal, waktu itu kelanjutannya gimana?, Gw lupa" bohong kalau ryujin lupa, bagaimana bisa pagi hari yang aneh itu di lupakan oleh ryujin.
"Ah itu, kakak pingsan pas ayah dateng megang kerah aku, kakak kayak mau nyamperin kita gitu, eh malah jatoh pingsan" ryujin menengok ke arah jeongwoo, dirinya merasa lega dengan penjelasan jeongwoo, sangat amat lega bisa di bilang.
"Aaaa gitu, terus udh gitu doank?"
"Terus kak yeri jadian sama bang mark" ryujin reflek terduduk mendengar itu, sangat amat tidak terduga, tapi hati ryujin tidak percaya.
"Boonk lu ya?, Nggak mungkin kak yeri nerima bang mark gitu aja"
Baru jeongwoo mau lanjut ngerjain ryujin tiba-tiba pemilik kamar sekaligus orang yang lagi mereka omongin tiba-tiba datang membawa nampan berisi indomie kuah "ryujin itu ciki di meja awasin donk"
Ryujin langsung menyingkirkan semua ciki di meja, tangannya sudah bertepuk-tepuk tidak sabar memakan mie.
Jeongwoo yang hidungnya sangat amat tajam dalam mencium bau (kayak anjing, sorry woo) langsung loncat dari tempat tidur, hampir saja menimpa ryujin, untungnya jeongwoo langsung membelokkan dirinya jadi tidak menimpa ryujin "Jeongwoo!" Yeri membulatkan matanya.
Si pemilik namanya hanya nyengir "sorry, idung aku nih" jeongwoo cengengsan sambil mengelus pantatnya yang terbentur lantai.
"Idung anjingnya lom ilang juga ye" ucap ryujin lalu langsung di timpuk oleh jeongwoo dengan bantal di sofa, ryujin langsung ngambil bantal juga donk, mau nimpuk tapi yeri langsung angkat bicara.
"Bales ryu, bales, nggak usah makan mie kamu"
Jeongwoo langsung lari ke meja pendek kamar yeri, "sini timpuk aku, nanti mie l-" hampir saja jeongwoo keceplosan, jeongwoo buru-buru memukul mulutnya lalu melanjutkan kata-katanya"kamu aku makan".
Ryujin si pendeteksi kesalahan itu bekerja dengan baik "kak yeri, tadi jeongwoo mau bilang lu, ke aku!" Ryujin dengan senang hati langsung duduk di depan jeongwoo, yeri menggelengkan kepalanya.
"Nggak ada yang makan ya!" Kedua makhluk kalong itu pun langsung nengok ke yeri.
"Kaaak!" Ucap mereka berbarengan
Yeri mengambil jatah mie yang ada di depan jeongwoo dan ryujin "baikan dulu, pelukan, ryujin cium pipi jeongwoo, jeongwoo cium pipi ryujin"
"Aduh kak, aku mual, nggak bisa"
"YAAA!!!,lu kira lu doank hah, gw juga nggak mau kali!" Ryujin mengibaskan rambutnya.
Tangan yeri kembali menarik mangkok yang ada di depan mereka berdua, dengan secepat kilat mereka berdua langsung berpelukan seperti teletabis, lalu menciumi pipi satu sama lain.
"Dah!" Ucap mereka bareng.
Yeri tersenyum lalu mendorong mienya kehadapan mereka, tanpa ada aba-aba sama sekali mereka berdua langsung memakan dengan rakus.
"Pelan-pelan, keselek nanti"
Jeongwoo tersenyum menghadap ke yeri dengan mulut yang penuh dengan mie, "kak...." Ryujin menelan semua mienya lalu menghadap ke yeri, jeongwoo tau apa yang akan ryujin tanyakan ke yeri.
"Kakak udah jadian sama bang mark?" Setelah berucap itu, kepala ryujin langsung di pukul make sendok sama yeri. Ryujin meringis kecil setelah kepalanya di pukul."Geger otak aku kak".
"Bagus lah, biar lurus otaknya" ucap yeri lalu melanjutkan makannya.
Jeongwoo tertawa "baru kali ini gw setuju ma lu kak, hahahahh" suara ketawa jeongwoo nyebelin banget.
"Nggak usah ketawa lo, yang harusnya di pukul tuh kepala lo, biar lurus otaknya" ryujin langsung melayangkan sendoknya ke kepala jeongwoo, mendaratnya enak banget pas di bagian tengah kepala jeongwoo tanpa mencong sedikit pun.
"YAA!!"
*Tak tak
Sendok yeri terbang untuk ke 3 kalinya "udah malem, makan cepet", jeongwoo dan ryujin saling bertukar pandang.
Malam yang panajng ini akhirnya selesai jam 3 pagi setelah ryujin dan jeongwoo tertidur di lantai kamar yeri.
Yeri menatap kedua adiknya yang tertidur lelap, dia mengambil selimut lalu menyelimuti kedua adiknya itu, "jangan cepet gede ya" yeri mengusap muka jeongwoo dan ryujin.
Matanya sekarang tertuju pada jeongwoo seorang "kamu hebat deh, bisa nahan semuanya sendirian, pasti capek kan?, Kakak juga, nanti kakak temenin kalau kamu udah capek banget, nanti kak bakal ada di samping kamu, bahakan kalau sampai kamu memilih buat ngilang selamanya, kakak bakal ikut kamu" air mata yeri mulai mengalir dengan deras setelah dia selesai berucap.
*Tok tok tok
Mendengar ketukan dari pintu, yeri langsung menghapus air matanya yang ada di pipinya lalu membuka pintu "bunda?".
Rose tersenyum dengan mata yang sembab sepertinya hari yang sudah sering menghantui yeri akan datang hari ini, "masuk dulu bun" yeri melebarkan pintunya mempersilahkan ibundanya masuk.
Rose melangkah masuk dan di dapatinya kedua anaknya sedang tertidur di lantai, yeri mengepal tangannya kuat-kuat, mempersiapkan pipinya dan hatinya sebelum ibunya menampar atau memaki dirinya.
"Kamu bentar lagi kuliah......bawa adik kamu pergi dari sini, termasuk jaehyuk" rose mengatakannya sambil terus menatap ryujin dan jeongwoo."mereka nggak bisa berada di dalam neraka ini lagi....." Rose memutar badannya menghadap yeri.
Pundak yeri bergetar keras, rose mendekat lalu menaruh kepala yeri di pundaknya "kamu bisa" setelah sekian lamanya, akhirnya yeri merasakan kasih sayang dari ibunya.
"Bunda hiks sama ayah mau cerai?" Yeri menahan tangisannya agar tidak terlalu keras, dia takut adiknya terbangun karena itu.
Rose mendorong pelan yeri lalu mengelus anak sulungnya dan pergi tanpa memberi jawaban atas pertanyaan anaknya, yeri menatap kepergian ibundanya dan tersenyum kecil.
"Bunda mau pergi dari dunia ini ya?"
🕯️🕯️🕯️
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Fiksi PenggemarCerita tentang anak-anak yang di paksa untuk sempurna oleh ibunya, bukan karena ibunya ambisius, tapi karena suatu kejadian yang membuat rose marah dan kecewa, untuk melampiaskan kekecewaan rose, rose melampiaskan ke anak-anaknya [The end]