AGAKNYA tidak penting bagi Bagas menanyakan keadaan Askara. Pun, tidak menggugah rasa bersalahnya melihat bekas membiru di sekitar kantung mata, tulang pipi, hingga sudut bibir yang ia ukirkan di wajah itu.
"Aku nggak akan basa-basi. Baca dan tanda tangani itu." Sebuah map dokumen berwarna biru disodorkan Bagas ke hadapan Askara.
Kerutan heran tergambar di kedua titik pangkal alis Askara yang nyaris saling bertemu. Dibukanya map dokumen tersebut dan membaca sejenak surat pengalihan kuasa yang tertera pada muka halaman.
"Mas Bagas mau aku menyerahkan Sambara Stable?" lirih Askara mendongak laki-laki bersetelan kemeja dan veste yang sedari tadi membenamkan kedua tangannya ke saku celana.
"Ya."
Ekspresi datar Bagas bertolak belakang dengan raut pertimbangan masak-masak Askara. Beberapa saat fokusnya hanya tercurah pada kolom bertempel materai yang memerlukan tanda tangannya sebagai pihak pemberi kuasa.
Askara meraih pulpen pegas yang memang sudah terselip di dalam halaman map. Sebuah goresan tanda tangan yang dibubuhkannya menjadi bukti persetujuan lembaran hitam di atas putih tersebut.
Askara mengembalikan map dokumen itu kepada Bagas. "Ini, udah."
Bagas tak percaya akan mendapat tanda tangan persetujuan Askara semudah merebut permen dari anak kecil. Askara bahkan tidak menuntut penjelasan apa pun lagi padanya.
"Kukira tempat itu sangat istimewa bagimu. Pemberian papamu, kan? Tapi, semudah ini kamu bisa menyerahkannya pada orang lain?" pancing Bagas sinis.
Sorot penuh arti Askara sukses memerangkap mata Bagas. "Bukan cuma pemberian papa. Tapi, juga ada kenangan kita saat pernah berkuda sama-sama. Mas Bagas masih ingat?"
Sekalipun Bagas ingin menyangkal, sel-sel saraf hipokampusnya tetap saja secara otomatis membuka pintu retensi memori masa-masa terlewati itu hanya dengan mendengar kata kunci berkuda. Bagas ingat. Ya, tentu saja ia masih mengingat dengan baik kenangan itu.
Askara yang gemar berkuda selalu diikuti Bagas dengan menerima tantangan adu balap demi menyenangkan hati adiknya itu. Sejak kecil terbiasa bersama. Baik suka maupun duka dilewati layaknya dua saudara yang memiliki ikatan tak terpisahkan. Jika Wengi untuk nama depan Askara berarti malam, maka Rino yang tersemat pada nama depan Bagas berarti siang.
Siang dan malam. Keduanya memang memiliki sifat berbeda, tetapi saling melengkapi. Saling membutuhkan dan dibutuhkan. Acap kali pun terlibat keusilan kecil satu sama lain, tetapi keduanyalah yang pada akhirnya akan kompak tertawa.
"Jangan konyol. Itu nggak lebih cuma masa lalu yang sudah aku kubur dalam-dalam," tepis Bagas mempertahankan kekerasan hatinya. "Lebih baik sekarang yang mesti kamu pikirin adalah setelah menyerahkan Sambara Stable, itu artinya seratus persen saham korporasi dengan suka atau nggak suka, kamu telah setuju sepenuhnya berpindah ke tanganku."
Sejenak hati Askara hanya memandangi wajah pongah Bagas. "Lakukan apa yang Mas Bagas inginkan."
"Apa?" Bagas menoleh cepat. Sulit dipercaya jalannya akan terlalu mudah hingga ia tidak menangkap adanya upaya keberatan yang ingin disarangkan Askara. Jauh dari ekspektasi yang menganggap Askara akan menghambat langkahnya berkuasa secara tunggal atas seluruh kekayaan peninggalan Dipta Wardaya.
"Aku sadar selama ini hanya menjadi benalu buat Mas Bagas. Termasuk kedekatanku dengan Pak Hadi, aku nggak mengira kalau itu justru akan menyulitkan pekerjaan Mas Bagas. Awalnya aku memang masih sulit percaya kalau Pak Hadi tega berkhianat demi mengincar posisi papa. Tapi, setelah pembicaraan kita malam itu, aku mulai mengerti apa yang dirasakan Mas Bagas selama ini. Atas semua didikan keras papa, tuntutan papa yang dibebankan semua ke Mas Bagas. Sebaliknya, aku sendiri malah nggak becus apa-apa. Aku minta maaf. Karena itu juga aku akan melepaskan Sambara Stable. Aku percaya Mas Bagas lebih mampu mengurusnya. Aku cuma punya satu permintaan. Aku titip Jerry."

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Fiction générale[ON GOING] New Adult | Religi | Romantic Drama Ageng Candramaya, seorang penulis novel platform digital yang karyanya telah dibaca jutaan kali. Kehilangan ide untuk cerita terbaru, membuat Ageng menerima tawaran berlibur dari sepupunya dengan harapa...