Bab 1

20K 526 3
                                    

Ucapanmu seputih kapas, namun kamu lupa bahwa hati perempuan serapuh kaca.
-Queena Bulan Latief-

Saya terima nikah dan kawinnya Queena Bulan Latief binti Jacob Al Latief dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas batangan seberat seratus gram dibayar tunai.

Sah!

Sah!

Suara itu terdengar menggema di dalam rumah mewah keluarga Latief ketika lelaki dengan perawakan tinggi dan wajah tampan itu mengucapkan kalimat ijab kabul dengan lantang.

Alfan Fatih Herlambang kini telah resmi menyandang status suami dari Queena Bulan Latief.

Perlahan Bulan menoleh ke arah sang suami dan mencium punggung tangannya, diakhiri dengan laki-laki tersebut yang memberikan kecupan di kening dengan sikap canggung.

Suasana haru menyerbu dada. Bulan masih tidak menyangka bahwa kini statusnya telah berubah hanya dalam waktu singkat.

Tidak ada hubungan sepasang kekasih yang pernah terjadi sebelumnya. Namun mereka sudah sedikit saling mengenal karena telah melewati beberapa pertemuan untuk mengurus pernikahan.

Pada malam hari, acara dilanjutkan dengan resepsi di sebuah hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta Pusat.

Suasana meriah dan mewah itu mengiringi perayaan pernikahan mereka.

Tamu yang diundang juga tidak main-main karena dua keluarga besar itu merupakan salah satu pengusaha sukses dengan bisnis yang tersebar di mana-mana. Kemeriahan acara malam tidak mungkin akan dilupakan begitu saja.

Para penyanyi terkenal Indonesia turut hadir dan memeriahkan acara tersebut.

Hingga pada akhirnya pesta itu usai menjelang tengah malam, satu persatu tamu mulai meninggalkan tempat.

Semua keluarga sudah kembali menuju kamar hotel yang telah disediakan. Begitu juga dengan sepasang pengantin baru tersebut. Malam ini mereka semua akan menginap di hotel.

Di sebuah kamar dengan tipe president suites, kamar tersebut telah dihias dengan sangat indah.

Kelopak bunga membentuk sebuah hati di atas ranjang dengan aroma wangi yang semerbak.

Kamar ini benar-benar disiapkan untuk pengantin baru yang akan melewati malam panjang. Keduanya melangkah ke dalam dan pintu tertutup dengan otomatis.

"Bersihkan dirimu, aku perlu bicara setelah ini, Bulan." Alfan berlalu menuju balkon setelah mengatakan kalimat perintah.

Bulan memilih menuju kamar mandi. Perlahan dilepaskan seluruh aksesoris yang menempel pada tubuhnya.

Setelah itu barulah terdengar helaan napas lega setelah semua yang ada pada tubuhnya terlepas.

Tiga puluh menit kemudian ....

"Mas Alfan," panggil Bulan ketika laki-laki itu masih berada di balkon.

"Kamu sudah selesai mandi?" tanya Alfan tanpa menoleh.

"Sudah, Mas." Alfan langsung berbalik dan berjalan melewati Bulan begitu saja tanpa melirik.

"Duduklah. Ada yang ingin kukatakan."

Bulan mengangguk dan berjalan menuju sofa. Duduk berhadapan dengan Alfan yang sepertinya enggan untuk menatapnya. Ia merasa Alfan seperti menolak kehadirannya dengan sikap acuh tak acuh.

"Ada apa, Mas?" Perasaan Bulan tiba-tiba menjadi tidak enak. Ada sesuatu yang sepertinya akan terjadi, tapi tidak tahu itu apa.

"Maaf," ujar Alfan dengan suara berat.

ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang