“Jelaskan tentang ketidakhadiranmu ini, Alfan. Papa tahu kamu telah menjadi CEO sekaligus pewaris seluruh perusahaan Herlambang, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya seperti ini. Ini bisnis, bukan permainan, Alfan!” Papa Andre membentak Alfan dengan keras karena Alfan masih bungkam dan belum mengeluarkan sepatah kata.
Walaupun Alfan telah mewarisi seluruh kekayaan milik keluarganya, tapi Papa Andre tentunya masih terlibat di dalam perusahaan untuk memantau kinerjanya.
Papa Andre paham, bahkan sangat paham bahwa Alfan sudah mampu mengelolanya. Selama ini Alfan diminta bekerja di perusahaan mulai dari bawah itu agar dirinya banyak belajar dari hal yang paling ringan hingga sesuatu yang berat. Selama ini Alfan mampu melakukannya.
Semakin tinggi jabatan yang dimiliki maka semakin besar pula tanggung jawabnya. Papa Andre harus mengingatkan jika Alfan mulai bertingkah, karena perusahaan bukan hanya menyangkut dia sebagai pemilik saja, tapi tentang orang-orang yang juga bekerja dengannya.
“Ke mana saja kamu selama dua hari ini, hah?! Jangan macam-macam kamu,” tanya Papa Andre.
“Aku tidak macam-macam, Papa. Oke aku akui salah karena tidak memberikan kabar. Tapi dua hari ini aku sedang tidak enak badan dan malas ke kantor jadi aku istirahat di apartemen,” jawab Alfan dengan tenang walau dalam hatinya merutuk karena membahas tentang apartemen.
“Apartemen?” ulang Papa Andre, “jangan bilang kamu masih berhubungan dengan perempuan itu,” lanjutnya dengan suara berat yang penuh penekanan.
“Apa? Tidak, aku sudah punya istri, mana mungkin aku akan berhubungan dengan wanita lain. Papa jangan bicara sembarangan!” Alfan mengelak.
Alfan memiliki apartemen kecil yang dulunya adalah tempat tinggal Zahra ketika wanita itu berkunjung ke Jakarta. Orang tuanya juga tahu akan hal itu.
“Jangan bertingkah kamu. Jangan sampai kamu mengecewakan kami, Alfan.”
“Maaf, Pa. Aku tidak akan melakukannya lagi.”
“Lalu kenapa kamu berbohong dari Bulan?”
“Aku hanya tidak ingin membuatnya khawatir. Pekerjaan Bulan sangat banyak, aku tidak mau mengganggunya.”
Papa Andre mengembuskan napas pelan. “Ya sudah. Lain kali jika kamu tidak hadir, hubungi Maya agar dia bisa mengatur seluruh jadwal pertemuan dengan klien. Jangan lupa jaga kesehatan.”
“Iya.”
Setelah kepergian Papa Andre, akhirnya Alfan bisa bernapas dengan lega. Ia mengusap dadanya pelan, semoga saja alasannya tidak dicurigai.
Alfan memang sudah mewarisi seluruh kekayaan keluarganya. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa Papa Andre menuliskan syarat pada pengacaranya bahwa Alfan akan tetap menjadi ahli waris jika istrinya adalah Bulan. Jika Alfan menceraikan Bulan, maka Alfan tidak akan mendapatkan apa pun, justru semua itu akan diberikan kepada Bulan.
Sayangnya persyaratan itu terlewatkan oleh Alfan karena banyaknya dokumen yang harus ditandatangani. Alfan membubuhkan tandatangan tanpa membacanya.
Artinya Alfan setuju dengan persyaratan yang diberikan. Persyaratan itu diam-diam yang akan mengikat keduanya sampai cinta itu tumbuh di antara mereka.
Alfan menelungkupkan wajahnya di meja. Ia benar-benar terjebak dalam kehidupan yang rumit karena ulahnya sendiri.
Tak lama pintu ruangannya kembali diketuk dan sekretarisnya masuk dengan membawa iPad di tangan.
“Pak Alfan, pukul sebelas nanti Anda harus menemui Pak Sangatta dari Buana Antariksa. Saya baru saja konfirmasi pada sekertaris beliau,” ucapnya dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)
RomanceSiapakah aku? Aku hanyalah seorang perempuan yang dinikahi karena sebuah alasan perjodohan klasik. Laki-laki yang beberapa jam lalu baru saja mengucapkan ijab kabul ternyata adalah suami perempuan lain. Queena Bulan Latief berharap menjadi satu-sat...