Bab 31

6K 251 1
                                    

“Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk keluargaku yang malam ini hadir. Mami dan Papi, juga kedua mertua dan suamiku. Terima kasih karena telah mendukung dan menjadi support system terbaik bagi karir yang kujalani. Untuk suamiku, Alfan Fatih Herlambang, terima kasih atas dukungan baik, perhatian dan waktu yang telah kamu habiskan untuk menemaniku menyelesaikan rancangan busana yang malam ini aku keluarkan. Ucapan terima kasih saja mungkin tidak akan mampu untuk mengungkapkan perasaanku saat ini. Lebih dari itu aku bahagia karena telah sampai di titik ini. Terima kasih banyak untuk kalian semua yang selalu mendukungku.”

Bulan mengungkapan rasa bahagianya. Bahkan terang-terangan dan bangga menyebutkan nama suaminya. Selama beberapa hari memang Alfan selalu menemaninya begadang untuk menyelesaikan pekerjaan.

Bulan membungkukkan badan dengan sopan. Kemudian melemparkan senyum penuh haru.

Acara akhirnya selesai. Banyak para rekan desainer yang juga mengungkapkan selamat kepada Bulan.

Satu persatu mereka mulai meninggalkan ruangan. Bulan menatap asistennya dengan haru kemudian memeluknya.

“Nona Bulan memang luar biasa. Selamat Nona,” ucapnya dengan membalas pelukan Bulan.

“Terima kasih. Ini semua juga berkat kerja keras kalian.”

Bulan kemudian berjalan menghampiri keluarganya. Mami Tari dan Papi Jacob langsung memeluknya dengan penuh bangga. Selama ini mereka selalu menentang Bulan untuk menjadi desainer karena dianggap tidak menjanjikan. Namun Bulan ternyata mampu menunjukkan bahwa desainer memiliki karir yang cemerlang. Ia menunjukkan bahwa ia mampu untuk mengepakkan sayap tanpa nama belakang keluarganya.

Kemudian Mama Silvi dan Papa Andre juga memeluk Bulan sambil bergumam luar biasa. Terakhir, Bulan berdiri di hadapan Alfan dan langsung memeluknya. Tangis Bulan pecah di dalam pelukan hangat lelaki yang menjadi suaminya.

“Kamu hebat. Kamu luar biasa,” bisik Alfan lirih mengeratkan pelukan.

“Terima kasih banyak, Mas Alfan.”

Kemudian mereka semua pulang ke rumah keluarga Latief karena jarak tempuh lebih dekat. Mereka akan merayakan keberhasilan Bulan akhir pekan besok dengan acara makan-makan.

Waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Bulan masih belum bisa memejamkan mata, bayangan tadi masih memenuhi kepalanya. Tubuhnya lelah, namun matanya enggan terpejam. Sementara Alfan sudah tertidur dengan memeluknya.

Pelukan Alfan sangat nyaman dan hangat. Ia menyukainya.

Bulan berniat untuk pergi ke balkon kamarnya mencari udara segar sejenak. Namun pergerakan yang dilakukan membuat Alfan terganggu.

“Mau ke mana?” tanya Alfan dengan suara serak.

“Aku belum ngantuk. Mau ke balkon kamar mencari udara segar,” sahut Bulan melepaskan pelukan Alfan.

Namun ternyata lelaki itu tak begitu saja melepaskannya.

“Udara malam tidak baik untuk kesehatan. Tidurlah. Kamu lelah,” ucap Alfan lagi semakin menarik Bulan hingga wajahnya menempel pada dada bidangnya.

Tangan Alfan perlahan menepuk lengan Bulan dengan pelan. Matanya kembali terpejam namun pelukannya sama sekali tidak mengendur.

Aroma tubuh Alfan yang menyegarkan membuat Bulan menguap beberapa kali sampai pada akhirnya ikut terlelap.

Mendengar napas Bulan sudah teratur, Alfan menunduk dan mencium puncak kepala istrinya itu.

“Aku menyayangimu, Bulan. Tidurlah dengan nyenyak.”

Kedua keluarganya sudah yakin bahwa Alfan dan Bulan bahagia. Mereka melihat interaksi keduanya selama seharian ini. Bulan begitu perhatian dengan Alfan, begitu juga sebaliknya.

Perkembangan yang terlihat di antara keduanya begitu jelas. Tidak ada lagi rasa canggung yang ditunjukkan keduanya. Bahkan Alfan tak segan mencium pipi Bulan di hadapan mereka semua.

Kabar mengejutkan yang datang pagi ini di beberapa majalah fashion adalah potret Bulan yang terpilih menjadi salah satu desainer muda berbakat yang mengikuti JFW dan beberapa potret busana yang semalam dikeluarkan.

Tentunya nama Bulan akan semakin dikenal dengan pemberitaan ini. Setidaknya itu akan berdampak semakin baik bagi kemajuan butiknya. Semoga setelah ini pelanggannya semakin banyak.

Setelah menghabiskan seharian waktu bersama dengan keluarganya, malamnya mereka memutuskan makan malam bersama di luar.

Bulan melihat Alfan beberapa kali menerima panggilan dari Zahra. Sebelumnya, ia tahu bahwa Alfan telah mengirimkan pesan penuh perhatian. Bagaimana pun, Zahra saat ini sedang hamil maka seharusnya hal itu wajar dilakukan.

Melihat kegusaran Alfan, Bulan sempat meminta suaminya untuk pergi saja. Biar ia yang akan menjelaskan pada keluarganya. Namun lelaki itu menolak karena tidak ingin memperburuk suasana.

“Tidak apa-apa. Besok akan akan datang ke sana.” Begitu kira-kira jawaban Alfan.

Makan malam di luar membuat keluarga mereka menjadi sorotan.

Keluarga yang harmonis.

Keluarga ternama yang sama sekali tidak sombong.

Bahkan tentang hubungan Alfan dan Bulan, tidak lolos dari pengamatan mereka.

Tapi tidak akan ada yang berani membuat berita tentang hal-hal yang nyeleneh. Karena selama ini kedua keluarga tersebut memang selalu jauh dari pemberitaan menyangkut kehidupan pribadi.

Mereka bukan selebriti yang setiap gerak-gerik dan tindakannya harus dipantau. Ada batasan yang tidak bisa dilewati tentang kehidupan pribadi yang memang bukan konsumsi publik.

Biarkan mereka melihat dan menilai dengan apa yang mereka inginkan.

✿✿✿

Brak!

Brak!

Prang!

Suara benda-benda jatuh tersebut membuat kedua adik Zahra berlari tergopoh menghampiri kakaknya.

Kedua adiknya bisa melihat ruangan kamar kakaknya yang kini seperti kapal pecah. Ada apa lagi?

“Mbak ... Mbak Zahra, ada apa ini?” Zea memeluk kakaknya untuk menghentikan aksinya.

“Mbak mau Mas Alfan. Dia sedang menemani Mbak Bulan dan mengabaikan Mbak,” sahut Zahra dengan penuh kemarahan.

Ucapan Zahra adalah bohong besar. Alfan sama sekali tidak mengabaikannya. Bahkan beberapa kali lelaki itu menghubungi dan mengirimkan pesan.

“Sudah Mbak jangan seperti ini. Mbak bisa menyakiti calon anak di dalam perut loh.” Zahra ditarik ke atas ranjang supaya kakinya tidak terkena pecahan kaca yang berserakan.

“Mbak tenang. Nanti aku yang akan membuat perhitungan dengan wanita sundal itu,” ucap Zea dengan berapi-api.

Jika Zahra tidak bisa memanfaatkan kehamilannya untuk menarik perhatian Alfan. Maka ia akan menggunakan adiknya untuk mempermalukan Bulan.

Seburuk itu hatinya.

Padahal Bulan tidak pernah mencari masalah dengan Zahra. Tapi wanita itu selalu mencari kesalahannya. Itu semua karena Zahra merasa, semenjak ada Bulan, perhatian dan cinta Alfan telah berkurang untuknya.

Yang ada di kepala Zahra hanya cara untuk membuat Alfan mau meninggalkan Bulan. Ia tidak mau terus-menerus menjadi istri siri.

Setelah kedua adiknya selesai membersihkan kamarnya. Zahra berbaring menatap langit-langit kamarnya.

Hati kecilnya begitu terluka ketika Alfan lebih memilih bersama dengan Bulan dan bukan dirinya.

Ia mau menjadi istri sah dan satu-satunya. Zahra sedang berusaha untuk mencapai keinginannya. Hingga hati dan matanya tertutup karena cara yang dilakukan begitu kotor.

Tidak ada lagi Zahra yang anggun, shalihah dan lembut. Zahra mulai menunjukkan diri yang sebenarnya. Mengabaikan penilaian baik yang selama ini susah payah dibangun.

Apakah Zahra hanya bersandiwara selama ini?

Jadi apa maksud dari kebaikannya?





To Be Continue ....


ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang