Masih berada di rumah yang sama namun kini keadaan kedua wanita itu sama-sama tak terkendali. Bulan mengayunkan tangannya menghampiri wajah Zahra yang tengah meluapkan emosinya. Kejadiannya sangat cepat hingga Alfan tak bisa mencegahnya.
Tamparan Bulan sekaligus menghentikan ucapan Zahra. Wanita itu menatap Bulan dengan tatapan tidak percaya. Ia memegang pipinya yang terasa panas.
“Jangan melimpahkan kesalahan hanya padaku. Jika ada yang harus disalahkan itu adalah kalian berdua. Kalian yang menyembunyikan pernikahan itu. Jika kamu menyebutku pelacur lalu apa bedanya denganmu yang mau dinikahi hanya secara siri?” balas Bulan dengan suara meninggi.
Zahra dan Alfan sama-sama tersentak mendengar lengkingan suara Bulan yang penuh amarah.
“Sudah cukup!” Alfan melerai di antara dua istrinya sebelum keduanya kembali memulai debat. Ia menoleh ke arah Zahra. “Sudah aku bilang, semuanya salahku. Bulan tidak tahu apa-apa, jangan menyalakannya.”
Ucapan Alfan disalah artikan oleh Zahra bahwa lelaki itu tengah membela Bulan.
“Mas Alfan membela Mbak Bulan?” ucapnya dengan sendu.
Alfan menggeleng sambil menghela napas panjang. Seperti yang diketahui dua wanita itu memiliki sikap yang berbeda dan sangat bertolak belakang.
“Aku hanya meluruskan. Aku tidak membela siapa pun karena memang benar di sini akulah yang paling bersalah karena tidak jujur sebelumnya.”
“Tapi tetap saja, Mas. Jika Mbak Bulan tahu bahwa Mas telah menikah, seharusnya Mbak Bulan sadar diri dan mundur. Dia itu memang orang ketiga yang ada di antara kita, Mas. Dia telah merusak kebahagiaan kita,” ucap Zahra dengan bergetar.
“Sudah cukup, Zahra.” Alfan membentak dengan suara yang menggema.
Bulan yang tadinya memilih mendengarkan kembali angkat suara ketika menghadapi wanita bebal yang entah mengerti atau tidak dengan penjelasan yang telah dilakukan Alfan. Karena sedari tadi wanita itu seolah menyudutkannya dan selalu menganggapnya paling bersalah.
“Aku bahkan sudah meminta cerai darinya tapi Mas Alfan tidak mau melakukannya. Jika kamu tidak percaya, tanyakan saja padanya.” Tantang Bulan pada akhirnya.
Hingga jawaban dari Alfan membuat tubuh Zahra seolah kehilangan tenaga untuk berdiri. Tubuhnya hampir saja limbung jika saja Alfan tak menangkapnya.
Alfan mendudukkan Zahra di sofa dan langsung bergegas berjalan ke arah dapur. Wajah khawatir Alfan tak bisa disembunyikan. Tak lama kemudian segelas air itu da sodorkan ke arah Zahra dan Bulan.
“Minum. Kita bicarakan ini dengan tenang dan tanpa emosi. Jangan seperti ini,” ucap Alfan kepada kedua istrinya.
“Seharusnya sebelum kamu membawanya ke mari, kamu sudah menjelaskan sejelas-jelasnya hingga tidak akan seperti ini,” sahut Bulan dengan sinis.
Bulan dan segala ucapannya yang selalu apa adanya. Memang menyakitkan tapi penuh kebenaran.
“Hati istri mana yang bisa tenang ketika suaminya ternyata telah menikahi wanita lain, Mbak. Seharusnya Mbak mengerti itu,” ucap Zahra dengan napas yang masih belum teratur.
“I know. Tapi seharusnya kamu juga mengerti tentang perasaanku yang telah kalian mainkan. Bukan hanya hatiku, tapi juga hidupku yang hancur karena kebohongan kalian.” Kembali perseteruan dua wanita itu dilanjutkan.
“Stop! Jangan diteruskan,” potong Alfan dengan cepat.
“Aku tidak mau disalahkan dan dipojokkan, Mas. Jika kamu tidak bisa memberikannya pengertian, maka aku yang akan mengatakannya.” Bulan tersenyum miring ke arah Alfan, dan lelaki itu tahu bahwa pengertian yang akan dilontarkan bukanlah hal yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)
RomanceSiapakah aku? Aku hanyalah seorang perempuan yang dinikahi karena sebuah alasan perjodohan klasik. Laki-laki yang beberapa jam lalu baru saja mengucapkan ijab kabul ternyata adalah suami perempuan lain. Queena Bulan Latief berharap menjadi satu-sat...