Bab 19

5.4K 288 2
                                    

Malam itu ketika Bulan baru saja menunjukkan bukti tentang apa yang dituduhkan Zahra padanya sama sekali bukan kebenaran. Alfan menyeret Zahra pulang ke rumah. Amarahnya benar-benar sudah di ubun-ubun. Apa yang dipikirkan Zahra hingga memfitnah Bulan dengan tuduhan kejam seperti itu.

Rasa-rasanya Alfan tidak mengenali sikap Zahra lagi. Dia telah berubah terlalu banyak semenjak kedatangannya ke Jakarta.

Brak!

Bantingan di pintu membuat Zahra yang mengikuti di belakang terlonjak kaget.

"Mas Alfan, kenapa sekasar ini?!" pekik Zahra dengan mata yang semakin berkaca-kaca.

Alfan menyentak tangan Zahra lumayan keras hingga membuat tangis wanita itu seketika pecah.

"Kamu masih tanya kenapa. Astaga Zahra! Seharusnya kamu sadar kesalahan apa yang kamu lakukan. Kamu menuduh bahkan memfitnah Bulan dengan sesuatu yang sama sekali tidak dilakukan. Teganya kamu, Ra. Salah apa Bulan padamu?"

Alfan menggelengkan kepala dengan keras. Kekecewaan benar-benar tengah dirasakan.

"Mas Alfan masih tanya kesalahan apa yang dilakukan Mbak Bulan? Dia pengganggu, perusak hubungan kita, Mas. Bahkan karenanya kamu berubah padaku." Zahra berteriak dengan keras sambil bercucuran air mata.

Entah ... harus berapa kali menjelaskan permasalahan ini kepada Zahra. Wanita itu seolah menutup telinga atas semua penjelasannya.

"Bulan tidak tahu apa-apa, Ra. Aku yang menariknya ke dalam hubungan kita. Semua ini juga aku lakukan demi kamu, keluargamu dan kita."

Bulan tidak tahu apa-apa. Dia tidak bersalah. Dia hanyalah korban bahkan tidak menginginkan pernikahan yang rumit ini. Kebohongan yang dilakukan jelas melukai hati dua wanita ini, Alfan tahu dan sadar benar akan hal itu. Tapi kenapa, kenapa Zahra seolah menutup mata akan hal ini dan menyalahkan semuanya kepada Bulan. Padahal ia melakukan semua ini demi dia dan keluarganya.

Alfan menikahi Bulan awalnya hanya demi kesejahteraan keluarga Zahra. Agar ia mampu memberikan yang terbaik bagi ibu Zahra yang sedang dirawat dan tetap menjamin kehidupan Zahra yang selama ini bergantung padanya.

"Tapi bukan dengan menikahinya, Mas."

"Apa kamu pikir aku ikhlas melakukannya? Kamu hanya bisa menyalahkan Bulan. Tapi kamu tidak pernah mau mengerti dengan penjelasanku. Ini bukan salah Bulan, dia sama sekali tidak tahu apa pun."

"Bulan, Bulan dan Bulan. Kamu menyukainya Mas?" teriak Bulan semakin keras.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Zahra Jasmine!" bentak Alfan dengan suara yang tak kalah keras.

Suasana di rumah minimalis itu terlihat sangat tegang. Zahra terus menekan Alfan dengan menautkan nama Bulan yang sama sekali tidak pernah mencari masalah, bahkan wanita itu terkesan tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan.

Zahra yang selalu disebut sebagai wanita baik, sholehah dan pengertian tiba-tiba melakukan hal sekejam ini.

Bukankah sudah dikatakan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Bagaimana mungkin wanita seperti Zahra dengan kejam melakukan hal tercela seperti saat ini.

Ya Tuhan, Alfan benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih. Kepalanya seperti baru saja dihantam batu besar yang membuat pandangan matanya berkaca-kaca seolah menahan sesak dalam dada.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu Zahra. Kuberikan waktu agar kamu bisa menyadari kesalahanmu dan meminta maaf kepada Bulan. Aku pergi," ucap Alfan yang langsung melangkah meninggalkan rumah tanpa peduli dengan teriakan bahkan raungan Zahra yang sampai terduduk di lantai.

ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang