Dua hari Alfan telah absen datang ke kantor. Tentunya perilaku itu membuat Maya—asisten sekaligus sekretaris kepercayaan Papa Andre melaporkannya kepada sang bos besar.
Alfan juga tidak mengatakan apa pun kepada Bulan hingga saat Papa Andre menghubunginya dan bertanya, sudah pasti Bulan menjawab bahwa Alfan selalu berangkat kerja.
Bulan pikir, Alfan hanya menemani Zahra setelah pulang kantor. Tidak tahunya ternyata lelaki itu mengabaikan pekerjaannya.
Terakhir kali Alfan menghubunginya saat memberikan kabar bahwa Zahra sudah diperbolehkan pulang. Alfan juga mengatakan akan tinggal di sana sesuai kesepakatan awal. Tentu setelah mendengar penjelasan itu, ia tidak banyak bertanya lagi.
Setelah dua hari lalu, Bulan begitu terlihat rapuh karena mendapati kenyataan yang membuatnya tertekan. Kini ia telah kembali berdiri tegak dengan kakinya sendiri. Senyumnya yang manis telah terlihat walau hanya sekilas. Wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sedang terluka. Seperti biasanya, ia selalu bisa menguasai keadaan.
Setelah menangis, meraung dan meratapi nasibnya. Kini ia telah kembali bersikap biasa seolah tidak ada yang terjadi.
Bulan menganggap. Kemarin yang dilakukan hanyalah bentuk pelampiasan kekecewaan saja. Tidak lebih.
Setelah panggilan dari Papa Andre terputus, Bulan segera mencari nomor Alfan. Lelaki itu harus tahu supaya bisa mencari alasan yang masuk akal atas ketidakhadirannya.
Nomor yang Anda hubungi sedang di luar jangkauan. Silakan tinggalkan pesan setelah nada berikut.
Suara operator yang menjawab. Bulan memutuskan panggilan, kemudian mencoba mencari nomor ponsel Zahra yang disimpan setelah wanita itu menghubunginya beberapa kali.
Nomor yang anda tuju sedang dialihkan. Silakan coba beberapa saat lagi.
Lagi dan lagi suara operator yang menjawab. Bulan meremas ponselnya dengan kuat.
Kenapa nomor keduanya tidak bisa dihubungi di saat terdesak seperti ini!
Rasanya Bulan ingin berteriak saat ini. Wajahnya memerah dengan kedua tangan yang mengepal. Dalam benaknya terlintas banyak adegan mesra keduanya yang mungkin sedang dilakukan. Dengan keras ia menggelengkan kepala untuk membuat dirinya sadar.
Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Jika tahu begini, ia pasti akan menghampiri rumah Zahra lebih dulu. Bulan tak mungkin kembali pulang karena hari ini ia cukup sibuk mengurus beberapa hal.
Selama menikah, Bulan ikut andil dalam kebohongan untuk menutupi semua keburukan Alfan di mata orang tuanya.
Alfan selalu mengandalkan Bulan untuk meyakinkan kedua orang tuanya tanpa menyadari bagaimana perasaannya.
Menutupi kebohongan satu dengan kebohongan yang lainnya. Membuat berbagai alasan hingga Bulan sampai tidak sadar bahwa ia sudah pandai berkelit.
Alhasil Bulan memutuskan menyerahkan semuanya pada Alfan. Biar ia bertanggung jawab dan memikirkan apa yang telah diperbuat sendiri.
Sebelum mematikan ponselnya, Bulan mengirim pesan lebih dulu ke ponsel Alfan.
[Bulan : Pagi, Mas Alfan. Sorry jika aku mengganggu waktumu. Aku hanya ingin menyampaikan kabar bahwa Papa baru saja menghubungiku dan menanyakan tentang posisimu saat ini. Kamu tidak datang ke kantor selama dua hari tanpa memberi kabar siapa pun. Papa Andre marah karena kamu tidak bertanggung jawab dengan tugasmu. Maka setelah kamu membaca pesan ini, carilah alasan yang masuk akal untuk menyangkal semuanya. Maaf aku tidak bisa membantu karena aku sudah terlanjur bilang bahwa selama dua hari kamu berangkat kerja. Aku tidak tahu, maaf. Oh, ya, jangan katakan apa pun kepada Mbak Maya, karena dia itu orang kepercayaan Papa Andre. Itu saja yang mau aku sampaikan. Terima kasih, Mas Alfan.]
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)
RomanceSiapakah aku? Aku hanyalah seorang perempuan yang dinikahi karena sebuah alasan perjodohan klasik. Laki-laki yang beberapa jam lalu baru saja mengucapkan ijab kabul ternyata adalah suami perempuan lain. Queena Bulan Latief berharap menjadi satu-sat...