Bab 7

5.9K 286 1
                                    

Hari-hari dilewati oleh Bulan dan Alfan dengan tempat dan waktu yang berbeda juga situasi yang hampir delapan puluh persen berbeda. 

Jika Alfan sibuk dengan keluarga kecilnya, maka Bulan tengah menikmati liburannya walaupun seorang diri.

Bulan pasrah dan menjalani apa yang memang harus dijalani hingga Tuhan berkata berhenti. Ia telah memasrahkan semuanya kepada sang pemberi kehidupan.

Sosok Bulan masih menjadi wanita masa kini dengan penampilan yang sangat fashionable. Namun begitu ia tak pernah lupa menjalankan kewajiban sholat lima waktu disela kesibukannya selama ini. Keluarga Latief adalah mualaf, mereka berpindah agama sekitar sepuluh tahun yang lalu. 

Tidak memakai hijab bukan berarti mereka lupa menjalankan kewajiban. Jangan melihat seseorang hanya dari luarnya saja, karena dalamnya hati seseorang kita tak pernah tahu.

Bulan menerima perjodohan dengan Alfan karena ia tahu keluarganya jelas memilihkan calon suami yang terbaik dari sekadar yang baik. Tapi pada kenyataannya … entahlah ….

Kembali pada saat ini.

Sesekali mereka bertukar kabar lewat pesan atau panggilan. Sebelum berangkat ke Bali, Alfan telah mentransfer uang pada Bulan dengan alasan sebagai bekal liburannya selama di Bali, anggap saja itu uang kompensasi sebagai imbalan untuknya tutup mulut.

Bulan tak menolaknya juga tak langsung menerimanya. Ia masih memakai uang pribadi miliknya sendiri. 

Wanita cantik itu benar-benar menikmati kesendiriannya untuk menenangkan diri. Percuma mengeluh juga tak akan mengubah apa pun yang memang sudah terjadi.

Ibarat kata nasi sudah menjadi bubur, pernikahan ini sudah terjadi dan tak akan mungkin dibatalkan begitu saja. Pernikahan bukanlah permainan yang jika kita bosan kita bisa berhenti memainkannya begitu saja.

Itulah sebabnya yang dibutuhkan orang dalam memulai kehidupan pernikahan bukan hanya kesiapan finansial saja, tapi lebih dari itu yaitu kesiapan mental dan matang secara emosional. Kita akan melihat pasangan dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Tak akan ada kata bosan melihatnya setiap hari.

Semua orang selalu berharap bahwa mereka akan menikah hanya sekali seumur hidup termasuk dirinya.

Bulan yang masih bergelung di dalam selimut memilih turun dari ranjang dan menghirup udara segar di balkon kamarnya. Waktu masih pagi, namun ia akan bersiap untuk keluar membeli banyak oleh-oleh sebelum kembali pulang. 

Ini akan menjadi hari terakhirnya di Bali karena hari ini juga Alfan akan kembali ke Jakarta seperti pesan yang kemarin diterima olehnya.

Hari ini ia berencana memborong berbagai macam oleh-oleh khas Bali yang akan dibagikannya kepada orang tua dan mertuanya. Tak lupa juga untuk para pekerja yang bekerja di rumahnya. 

Setelah puas menikmati udara pagi, ia memilih berendam air hangat dengan aroma wewangian yang menenangkan. 

Setelah mandi, sarapan dan merias diri dengan riasan tipis, Bulan menyambar tas kecil berisi uang dan beberapa kartu debit dan kredit yang dimiliki. Tak lupa ponselnya ia masukkan ke dalam tas sebelum benar-benar keluar dari kamar. 

Bulan terlihat cantik dengan dress bunga-bunga berbentuk sabrina yang memperlihatkan bahunya yang mulus. Flat shoes berwarna cream menjadi pilihannya, sangat pas dipakai pada kulitnya yang putih. Selama menginjakkan kakinya di Bali, Bulan mengubah warna rambutnya dari golden brown menjadi blue black dengan gradasi warna abu-abu.

Apa pun yang dilakukan seorang wanita kalau pada dasarnya cantik ya mau apa pun itu tetap terlihat cantik.

Setelahnya Bulan keluar dari hotel dengan berjalan kaki sambil menikmati keramaian para turis-turis asing yang juga sedang berlalu lalang. 

ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang