Bab 20

6.6K 291 0
                                    

Rumah mewah milik mertuanya benar-benar membuat Bulan betah tinggal di sini. Suasananya begitu tenang dengan pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Sudah dua malam mereka menginap di sini. Seharusnya hari ini adalah jadwal Alfan bertemu dengan Zahra namun lelaki itu sama sekali tidak berniat untuk pulang.

Bulan mendekati Alfan yang saat ini sedang sibuk menandatangani beberapa berkas. Semenjak diangkat menjadi penerus HM Group, jadwal Alfan begitu padat.

“Mau aku buatkan kopi, Mas?” tawar Bulan yang melihat beberapa kali Alfan menguap dengan mata yang sayu.

Alfan menggeleng. Di kantor, ia telah menghabiskan beberapa cangkir kopi dan ia tidak mau tekanan darahnya naik karena kebanyakan minum kopi.

“Mas Alfan kalau ngantuk, lebih baik dilanjutkan besok.”

“Sebentar lagi. Aku harus melihat dokumen kerjasama penting ini. Kamu kenapa belum tidur? Ini sudah larut malam. Tidak perlu menungguku,” ucap Alfan mendongak menatap Bulan yang berdiri di hadapannya.

“Aku belum ngantuk.”

Bulan mengambil tempat duduk di samping Alfan. Tangannya menyahut satu dokumen yang belum diperiksa, kemudian membacanya dengan teliti. Dalam diam, Alfan menyaksikan wajah Bulan yang sangat cantik jika terlihat serius seperti sekarang. Walau tanpa riasan, Bulan memang sudah terlihat cantik.

“Mas, sepertinya dalam kontrak ini ada kesalahan. Di awal tertulis seratus juta setiap bulannya, kenapa di akhir tiba-tiba jadi satu milyar?” Bulan menoleh menatap Alfan yang saat ini tengah menatapnya. Tatapan keduanya bertemu untuk beberapa detik sebelum Bulan memutuskan berpaling.

“Jika itu akumulasi dalam setahun, setidaknya total semuanya adalah satu milyar dua ratus juta, tapi di sana tertulis satu milyar per bulan. Yang ini lebih baik pending dulu saja, takut ada kesalahan.” Bulan dengan hati-hati menyarankan.

“Terima kasih telah membantu dan mengingatkan,” ucap Alfan dengan senyum tulus.

Bulan kembali memfokuskan perhatiannya pada tumpukan dokumen yang tinggal beberapa lagi. Keduanya terlihat begitu kompak dan sangat fokus, saling membantu dan mengingatkan. Mereka begitu terlihat sangat serasi dan seimbang.

Akhirnya, satu jam kemudian semuanya telah selesai. Bulan menemukan dua dokumen yang perlu ditinjau ulang karena ada beberapa kesalahan di dalamnya, ia juga telah memberitahu Alfan dan lelaki itu langsung memberikan noted untuk kesalahan yang ditemukan.

“Mas Alfan bisa cek ulang lagi besok. Maaf aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, banyak yang masih belum aku mengerti.”

Alfan menggelengkan kepala. Bulan sangat cerdas dan dirinya sendiri menganggap bukan apa-apa. Andai Bulan mau terjun ke perusahaan sudah pasti dengan senang hati Alfan akan memberikan posisi yang cocok untuknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB. Alfan membereskan dokumen yang berserakan dan menyimpannya. Kemudian menyusul Bulan yang lebih dulu naik ke atas ranjang.

“Selamat malam, Bulan.”

Good night, Mas.”

Alfan memberikan kecupan di kening Bulan cepat sebelum berbaring di tempatnya. Bulan tersenyum kemudian memejamkan mata. Keduanya terlelap saling memunggungi, dipisahkan oleh guling yang membuat keduanya memiliki batasan.

Malam-malam berlalu namun keduanya sama sekali belum menjalankan kewajiban sebagai pasangan suami istri seutuhnya. Mereka hanya melakukan kontak fisik sebatas pelukan di saat tertentu dan kecupan selamat sebelum tidur, selebihnya tidak ada sentuhan lainnya.

✿✿✿

Selepas subuh, Alfan dan Bulan kembali memejamkan mata karena kantuk yang tak bisa ditahan. Mereka baru tidur selama dua jam sebelum bangun untuk menjalankan kewajiban. Satu hal lagi yang dikagumi Alfan dari Bulan, yaitu tidak pernah meninggalkan kewajibannya kecuali di saat tertentu.

ISTRI DI ATAS KERTAS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang