TMP 53 : Akara Bersaksi

59 6 1
                                    

W A R N I N G [18+]

☆☆☆

William muak dengan kelakuannya yang kelewat jalur. Dia benar-benar ingin menguburnya hidup-hidup. Namun, tak dapat terwujud dikarenakan lelaki itu selalu kuat. Satria menempelinya setiap hari, William dibuat kewalahan. Sekadar mengusir, lelaki tak tahu aturan itu tetap tak bergerak sedikit pun. Satria tertawa saat dirinya mulai kesal. Dia sangat suka menjahilinya seperti ini.

"Jangan marah-marah mulu nanti beruban baru tau rasa," peringatnya dengan ledakan tawa.

William mencubitinya dengan keras. Kedua tangan ditangkap. Berbalik badan, dan mereka bertatap muka. William membuang muka, dagunya ditarik, kemudian menunduk, menciumnya dengan penuh gairah. Mendadak pikiran William kosong.

Lidah tak bertulang bukan hanya menjejalahi setiap sudut, melainkan menikmati keluhan di dalam. Kedua mata menyaksikan pertarungan sengit yang terjadi di rongga mulut. William meremas rambut belakangnya, pada akhirnya ia kehilangan kendali atas dirinya.

Ciuman yang terjalin lama semakin memabukkan, keduanya saling memamerkan ketertarikan. Cukup dia akui lelaki di depannya memiliki daya pikat yang tak terbatas.

Pergulatan lidah yang bergelora tak membuat mereka berhenti meskipun sudah mencapai puncak. Decakan lidah membuat ruangan di sekitar tampak sunyi. Namun, lelaki itu tak membiarkannya lepas. Malah semakin memperdalam aksinya. William mendorongnya, percuma saja kedua bibir masih tertaut.

Kelopak mata terkulai lemas, Satria menyudahi pergulatan itu karena kekasihnya sudah kehabisan napas. Ditatapnya lama orang yang terkasih dengan kasih sayang yang melimpah. Jari-jari kuat menyisir rambut yang berantakan. William menatapnya sayu, tenaganya telah dihabiskan. Satria tersenyum manis.

"Love you dear," bisiknya lembut.

Pemuda yang kini kelelahan tak menjawab, hanya menghela napas.

Hanya bertatapan seperti ini sudah membuat mereka tergila-gila. Satria mengecup keningnya kemudian beranjak, membiarkannya beristirahat. Dia berjalan ke kamar kecil hanya untuk mandi. Setelah itu keluar hanya mengenakan celana panjang tanpa atasan. William memandangnya dengan sengit.

"Pakai bajunya, bego!"

Satria menoleh lalu menyeringai. Kemudian merangkak ke tempat tidur. Seperti biasa menampilkan senyuman yang terselubung. Namun, dia sudah terbiasa dengan kelakuannya.

"Gue tetap ganteng, 'kan?"

William berdecih. "Jelek!"

Satria tertawa kecil lalu menariknya keluar dari selimut, mandi bersama. William menghindari niat jahatnya dan segera membanting pintu. Satria mengusap hidung mancungnya.

Pemuda di dalam menyelesaikan aktivitasnya lalu memakai piyama yang tersampir. Pintu akhirnya terbuka, rupanya lelaki bertelanjang dada itu tak pergi, melainkan bersandar dekat pintu. Menunggunya keluar dan dia masih mengeluh.

"Gara-gara lo nih hidung mancung gue terluka."

William menghela napas kemudian mendekatinya untuk membantunya menghilangkan rasa sakit. Satria melingkarkan lengannya di pinggang dan keduanya berciuman. Sekarang William tak punya alasan untuk menolaknya lagi karena kebersamaan mereka sudah terikat. Yang berarti jarak yang pernah ada tersingkirkan. Kini, mereka bisa bersama tanpa ada yang mengusik.

Satria senang cintanya terbalas. Dia tak lagi mengekang meskipun masih bertindak posesif karena bisa saja William berpaling jika dia melonggarkan pengawasan. Keduanya bermanja ria di ruang santai. Satria memberikan kehangatan dengan pemuda dalam pelukannya. William seperti kucing kecil yang mengemaskan.

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang