MARSRIO dan trio kampret saling berbicara dari hati ke hati. Mereka duduk santai di bawah jembatan sembari berburu camilan. Marcel dan Mario–teman lama Bastian usai pensiun jadi troublemaker, ketiganya berpencar. Baru kali ini mereka bertemu.
"Misinya tentang apa?" Bastian bertanya langsung ke intinya.
Marsrio tak mendengarkan. Mereka sibuk bermain dengan berondong jagung yang dilemparkan ke atas masuk ke mulut.
Tidak ada tanggapan membuat Bastian geram, dia merampas makanan tersebut dan membuangnya. Mario mendengus sebal akan aksinya itu.
"Kenapa pada diam? Beneran gak guna ini diskusi."
William terbatuk pelan. Dia sendiri yang menyarankan akan tetapi, hanya Bastin yang berucap itu pun dikacangin.
"Tolong perhatiannya teman-teman," ucapnya dengan keras dan berhasil mendapat kesempatan. William kembali bersuara. "Diskusi akan dimulai. "
Mereka duduk dan memperhatikan William berpidato. Hendrik ikut menimpali, "Kalian datang karena sebuah misi. Gimana kalau kita berbagi informasi ajah."
Bastian bsrdecak kagum dengan penyampaian Hedrik. Diam-diam memberinya jempol.
Marsrio saling pandang dan agak ragu. "Bukannya kita tak mau hanya saja. Misi ini rahasia. Lagian kalian orang luar dan tak pantas jika dibenerin gitu aja." Marcel menegaskan.
William mengeluarkan pesonanya dan berbisik ke arah Marcel. Keduanya seperti kembar siam. Bastian menyilangkan kedua tangannya di dada hanya menatap tanpa berniat berucap. Cukup sekali dia diabaikan, sisanya diserahkan ke William dan Hendrik.
Dalam beberapa menit. Keduanya berhasil mengorek informasi benar-benar tak masuk akal. Jika Bastian yang menginterogasi pasti akan sia-sia. Sial!
Marcel dan Mario mendapat telepon dan akhirnya pergi tanpa pamit. Di bawah kaki langit hanya ada Trio kampret. William membeberkan rahasia tersebut.
"Sma Warrior diserang. Pak kepala sekolah meminta bantuan Sayap Perak untuk mengungkap masalah keracunan yang terjadi dan Marcel dan Mario adalah utusan dari Sayap perak. Jadi, mereka bukanlah musuh," jelasnya dengan tenang.
Hendrik mengangguk setuju. Bastian menyipit tajam.
"Informasi ini bersifat rahasia. Gimana cara kalian membongkarnya? Marcel terkenal anti sosial dan Mario enggan bercakap ria. Apakah kalian berdua sudah mengenal mereka duluan tanpa sepengetahuan gue," selidiknya penuh curiga.
Hendrik berdeham. Dia menjawab dengan santai, "Soal itu ya. hahaha. Kami punya cara sendiri. Cukup kasih apa yang mereka mau dan hasilnya bisa lihat sendiri."
Hendrik membusungkan dadanya bangga akan skill yang dimiliki.
Bastian beroh. William menengahi. "Karena kita di jalur yang sama. Ayo saling bekerjasama.""Lo yakin? Meskipun mereka memberikan informasi tapi patut dicurigai dan jangan terlalu percaya begitu saja. Gue tau kalian itu mudah untu ditipu." Bastian menyindir dengan lugas. Ulu hati keduanya tertembak.
Hendrik bertanya-tanya penasaran, "Sepertinya kalian saling kenal. Kuylah speak up. Kita-kita mau dengar."
Bastian acuh tak acuh. "Tidak penting."
Willam meledeknya, "Bilang ajah lo malu. Iyakan? Pasti karena itu. Ck, nggak usah jaim gitu. Selow sama kita!-kita mah."
Hendrik memberinya semangat. Mau tidak mau percakapan mereka diakhiri dengan sesi curhat.
☆☆☆
"Kalian dari mana? Apakah tugas yang dikasih sudah terlaksana?" tanya perempuan berambut ikal, menatap dua orang di depannya.
Salah saru dari mereka menjawab, "Yaps. Dirumorkan bahwa hanya keracunan makanan. Kami masih menyelidiknya dan satu lagi. Murid Warior memiliki tim rahasia. Nyatanya mereka cukup peduli akan masalah yang terjadi," papar Marcel.
Perempuan itu beroh sebagai jawaban dan menimpali, "Kalian fokus saja dengan penyelidikan. Tidak perlu mengurusi bocah labil dan pastikan tidak ada kesalahan. Mengerti!"
"Ya!" jawab keduanya serempak.
☆☆☆
"Sayap perak beraksi. Berhati-hatilah, jangan sampai salah satu dari kita terlihat oleh mereka. Jika tertangkap bisa-bisa rencana yang kususun gagal. Harap perhatikan setiap langkah. Kalian mengerti kan?"
Seorang pria menatap anak buahnya dengan serius. Mereka hanya bisa patuh dan bertindak sesuai perintah.
"Sayap perak? Apakah mereka berbahaya?" Pertanyaan itu terlontar dari pihak sebelah. Pria itu menganggukkan kepalanya.
"Pokoknya jangan sampai terekspos. Kita sudah bergerak lebih awal daripada mereka. Biarkan kekacauan ini berlangsung. Pastikan orang dalam waspada. Musuh di luaran sana lebih gesit. Kita perlu atur strategi baru," jelasnya.
Para bawahan undur diri.
Di dalam sebuah ruangan. Pria paruh baya menatap keluar jendela. "Kali tidak boleh gagal. Sudah cukup dia berkuasa saatnya menjurkirbalikkan situasi. Nah Damian masamu akan segera berakhir dan aku sendiri yang akan naik ke puncak. Hahaha."
Matanya menyiratkan kepuasan. Ini baru awal. Untuk menghancurkannya harus mencari kelemahannya dan anak didiknya lah yang terima hukuman. Waktunya akan segera tiba. Sebuah ketukan terdengar dari luar. Pria itu berbalik badan dan berjalan ke arah pintu.
Seorang pelayan menunduk.
"Tuan Arya sudah pulang."
Pria paruh baya itu mengibaskan tangannya. Dia keluar kamar dan mendekati putra satu-satunya. Melewati setiap tangga.
Dia melihat anak muda tanpa sopan santun duduk di sofa. Kakinya melangkah dan menghampirinya. "Dari mana saja kau? Pulang pergi seenak jidat. Apakah kau seorang tunawisma?"
Mendapat sindiran dibalik perkatannya, kepalanya terangkat dan menatap sinis. "Bukan urusanmu pak tua. Urus saja pemakamanmu. Sudah tua bangka masih saja bertindak tercela. Seharusnya Anda malu."
Pria itu tertawa terbahak-bahak.
"Sungguh lucu sekali lawakanmu. Tidakkah kau bercermin terlebih dahulu. Sebelum mengkoreksiku kau jauh lebih munafik. Dibalik kebaikan yang kau torehkan tak lebih dari sekadar berpura-pura. Benar-benar kasihan."
Orang tua dan anak ini seringkali bertengkar. Buah tak jauh dari pohonnya. Keduanya memiliki watak keras kepala dan susah diatur. Jadi tak heran jika melihat mereka dalam kubu yang berbeda.
Ayahnya lebih berambisi dengan kekuasan, sedangkan sang anak hanya ingin kebebasan walaupun harus memasang topeng di muka umum.
Lelaki itu beranjak pergi ke dalam kamar mengabaikan ejekannya akan percuma jika diladeni. Hidupnya sudah lama hancur dan sifat liciknya tumbuh sebagaimana dia dididik olehnya. Dia melempar tubuhnya ke atas kasur. Menutup mata dengan tangan. Ponsel bergetar. Dia merogoh saku celana dan mengangkat dengan malas.
"Balapan ntar malam, jangan telat."
"Hem... oke!"
Sambung telepon terputus. Setidaknya satu-satunya tempat untuk disinggahi ada walaupun tempat itu tak layak. Hanya dengan orang-orang yang mengerti dirinyalah yang membuatnya tak sendrian di dunia ini. Demi kebebasan akan dia lakukan meski harus melawan orang itu. Tidak ada lagi ikatan semuanya telah dihancurkan.
................
¶ TBC ¶
Nahlo siapa ya mereka? Apakah ada yang penasaran? Jika iya tetap stay tune ya gais. Hehee😊
Mon maap baru up. Biasa mood nulis updown. Keyboard tidak bisa diajak main lama-lama. Kendala ponsel suka eror dan yang lainnya. Sad pokoknya mah. Semoga suka sama partnya.
Goodbye bulan Maret! Welcome to April. Semoga TMP cepat tamat dan segera semuanya terselesaikan. Kelamaan suka miris dan berdebu ini cerita wk T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mission Puzzle
Mistério / Suspense[AKAN UPDATE JIKA TIDAK EROR!] Kisah tentang keseruan Trinity Squad dalam menyelesaikan sebuah misi yang menegangkan serta kekonyolan absurd menghiasi. Persahabatan bagaikan kepompong terjalin kuat meskipun banyak sekali rintangan yang sulit dihadap...