TMP 35 : Kekuatan Abadi [END]

94 17 0
                                    

Menjelang tengah malam. Api diletakkan di mana-mana. Sebuah lingkaran hitam mengelilingi tiga orang. Tubuh William tergantung di kayu dengan tali yang terikat di tangan serta kaki. Lazark dan Zero-pria jangkung yakni kaki tangannya. Mereka memulai ritual. Jiwa William terancam. Dia membuka matanya lebar, api hitam menempel di area kulit. Dia melolong kesakitan.

Rose dan yang Laila ikut merasakan sakit yang diderita jiwa William. Dia meringkuk tak berdaya, tubuhnya mendadak kaku sulit digerakkan. Mulutnya bergerak. "Ri-tual telah dimulai. Akh, sakit!"

Darah keluar dari tubuhnya Rose memeluknya, hawa dingin di seluruh tubuhnya berusaha membuatnya tenang. Namun, percuma. Lazark menyeringai. "Jangan coba menolak. Anda sudah saya targetkan untuk tiada."

Bastian dan Hendrik merinding di balik tembok. Mereka menyaksikan ritual mengerikan di depannya. Tubuh William terkoyak. Darah hitam keluar sedikit demi sedikit. Hendrik mengambil cermin, Bastian ikut membantunya. Zero melihat penyusup.

"Berhenti! Dilarang masuk!"

"Minggir jelek!" Hendrik menarik kain putih. Zero berteriak keras. Tubuhnya perlahan memudar, cermin mulai bercahaya. Hendrik dan Bastian berdiri dengan kaku. Cermin tersebut menyerap energi jahat dalam dirinya.

Hendrik dan Bastian saling pandang dan mengerti satu hal. Roh jahat bisa disegel di dalam cermin. Bagaimanapun benda berkilau tersebut memancarkan cahaya terang. Mereka mendorong cermin tersebut ke tengah-tengah ritual. Serangan Lazark terblokir, dia menggeram, "Beraninya kalian menggangguku!"

Api hitam menyambar tak terkendali. Memantul berbalik. Lazark melompat dan menghindarinya. Bastian dan Hendrik membantu William melepaskan diri.

"Njir, talinya keras banget. Will! Lo harus sadar." Hendrik mengguncangkan tubuhnya.

"Gunakan tali atau benda tajam untuk memutuskan tali." Bastian menggunakan pisau tajam, sedangkan Hendrik hanya menemukan silet.

Lazark murka, "Kalian semua harus mati!" Dia melepaskan serangan. Hendrik menghindarinya dengan berguling-guling ke bawah, cermin diarahkan kembali ke arahnya. Dia menjerit kesakitan.

"Mati sana dasar setan terkutuk!" raung Hendrik dengan emosi meledak-ledak.

Tubuh William terjatuh dan Bastian langsung menangkapnya. Setidaknya mereka berhasil menghalangi jalannya. Walaupun tidak berhasil. Lazark menggunakan api merah menyala dan menyerang mereka.

Hendrik melebarkan matanya, dengan cepat Bastian menarik kaus Hendrik dan berhasil menghindari serangannya. Hendrik bernapas lega.

"Terus nasib kita gimana nih?" tanyanya panik. Bastian meletakkan tubuh William ke tanah. Mereka memperhatikan dalam diam. Tangan William dingin, Hendrik mengusapnya.

"Will ... bangun. Gue yakin lo dengar gue." Hendrik terus bersuara memanggil namanya. Di dunia di mana William berada. Jiwanya sedikit pulih. Rose dan Laila berusaha membawa William ke gedung tua. Mereka diserang oleh makhluk ghaib di sana. Tanpa menyerah, mereka melempar tubuh William masuk ke sana, sedangkan kakak beradik terjebak di kerumunan.

William mengerang, tubuhnya sakit semua. Dia mengedipkan matanya. Duduk dengan tertatih. Dia mengedarkan pandangannya dan berusaha berdiri. Berjalan terhuyung-huyung. Di bawah sana dia melihat Rose dan Laila diserang. William mengeratkan jari-jarinya.

Matanya mengarah ke arah cermin. Berdiri dengan tegak, raut wajahnya serius. Pandangannya terfokus ke satu titik. Dia melihat pusaran angin dalam cermin tersebut. Tangannya menyentuh dan tubuhnya terserap. William terbatuk. Hendrik memeluknya dengan gembira.

"Akhirnya lo sadar Will!" serunya dengan mata berbinar. Bastian menghela napas lega. Keduanya lelah. William tersenyum ke arah mereka.

"Thanks udah nyelametin gue. Sekarang kalian istirahat sisanya biar gue yang atur," bisiknya rendah. Mereka lelah dan terpejam. William berdiri, berjalan ke arah cermin.

Lazark melotot. "Kau!"

"Halo, akhirnya bertemu secara langsung. Waktumu telah habis. Saatnya untuk pergi." William menatapnya serius tak berekspresi.

Lazark menggertakkan giginya. "Jika aku mati kau juga harus ikut denganku!"

William berdecih, dia menaruh telapak tangan di depan dan sebuah cahaya muncul. Lazark menyerangnya dari dekat. Mereka berkelahi, layaknya anak remaja, percikan api dan cahaya beradu. William mengepalkan tinjunya dan meninju wajahnya. Lazark membalas dengan tendangan.

William menyerang, bertahan dan menyerang lagi dan lagi. Lazark menangkis, memblokir serta menghindar. Dia mengeluarkan pedang dan cahaya hitam menebas lehernya, William mundur beberapa langkah. Darah keluar dari pipinya.

Dia meludah dan mencibir, "Apakah kau seorang samurai? Apa-apaan pedang tajam itu. Curang sekali! Jika kau berani jangan pakai senjata. Lihat, aku hanya menggunakan tangan kosong." Lazark menebasnya dan tak menggubris perkataannya.

William melirik cermin yang terabaikan. Dia tersenyum samar, dan memiliki ide. Dia menarik Lazark, mendekat ke sana. Beberapa tebasan dihindarinya dan terakhir. Lazark mencekik lehernya.

William terbatuk. "Lepasin sialan!" Cengkeraman di lehernya sangatlah kuat.

Mata William terbelalak, tangannya menarik kalung kristal dan langsung memakaikannya padanya. Cengkeraman terlepas. Lazark berteriak histeris.

"AAAAHHHH! TIDAK!" Cahaya yang dipancarkan kristal itu membutakan matanya. Dia terhuyung dan masuk ke dalam cermin. Jiwanya terserap, sedangkan tubuh Satria ditangkap olehnya.

William menahan napas dan hanya memperhatikan. Apakah sudah selesai? Cahaya dalam cermin meredup, retak menjadi dua. William membaringkan tubuh Satria ke tanah dan mendekat.

Kaca tersebut terpecah belah di depan matanya serta kalung kristal tertinggal. William mengambilnya dan berbalik, dia mengalungkan ke leher Satria. Perlahan mata tertutup itu terbuka. Mata mereka bertemu, William terjatuh. Satria menangkapnya.

"William...." Dia mengalihkan pandangannya ke depan. Kepingan kaca berubah menjadi butiran-butiran kecil.

Satria memeluk William dengan erat dan bisikan samar terdengar lembut. "Anakku."

Satria mendongak, dia melihat perempuan cantik tersenyum ke arahnya. Dia mengusap rambutnya. Mulut Satria terbuka. "Siapa kau?"

Perempuan itu memusatkan perhatian ke arah William. Satria menundukkan kepalanya. Wajah William bersinar. Pipi yang tergores perlahan menghilang. Perempuan itu menaruh tangannya di kepala dan mengucapkan beberapa kata setelah itu dia menghilang.

Satria terpaku. Lingkaran hitam terhapus debu. Dia menggendong William dan pergi ke dalam gubuk. Dibaringkan tubuhnya dengan lembut. Dia mengusap wajahnya dengan hati-hati. "Will... kerja bagus."

Dia mencium keningnya dan memeluknya dalam diam. Hendrik menguap panjang. Dia menjadi linglung. Mendadak panik, sosok William tidak terlihat. Dia memanggil namanya dengan keras, "William lo di mana?"

Hendrik mengguncang tubuh Bastian, tetapi sang empu tidak bergerak. Hendrik berwajah pucat dan mengalihkan perhatian ke sudut. Sangat gelap dan suram. Hanya ada hawa dingin yang menyelimuti. Dia meringkuk ketakutan, menggenggam baju Bastian dan perlahan menutup mata.

_______________________________

Bersambung!

Akhirnya part ini selesai ges.

Mon maap jika merembet ke dunia fantasi dan alurnya terombang-ambing. Saya pun kurang tempe. Oiya untuk kasus selanjutnya berkaitan dengan Hendrik dan Bastian. Semoga sesuai ekspektasi.

Rilis: 04 Maret 2021
Jam: 22.24 😪

👇 INJEK BINTANGNYA!

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang