Menjelang tengah malam. William mendengar suara berisik dari arah luar. Dia menyipitkan matanya, mencoba mengintip dibalik selimut. Namun sayang, tidak berhasil. Dia membuka matanya, berjalan ke arah pintu. Suara Laila masuk ke indra pendengarnya.
"Sssttt, jangan keluar! Di luar ada banyak Monster."
William menempelkan telinganya di pintu. Suaranya seperti angin hanya bisa dirasakan. Namun, tak bisa dijangkau. Dia berpindah ke arah jendela yang tertutup rapat. Dibalik celah dia melihat sosok tinggi dengan tanduk di kepala serta seluruh tubuhnya berwarna hitam, dengan mata merah menyala sedang berpesta beserta para hantu.
William menyipitkan matanya dan melihat anak kecil, sosoknya sama seperti yang dilihat pas awal William terjebak dalam pusaran angin. Dia berdiri dekat pohon. Wajahnya pucat dan tampak dingin. Dia tidak bergerak.
Mereka memakan satu sama lain. William merinding menonton pesta tersebut. Matanya melihat-lihat, Rose dan Laila tidak ada di sana. Mungkin saja saat pintu diketuk mereka tidak membukanya jadi mereka aman sekarang.
Langit berubah warna dengan merah darah. Seketika pesta tersebut menjadi lautan berdarah. Potongan organ diseret bahkan ada yang masih bergerak, meminta tolong. Akan tetapi, mereka sudah tidak bernyawa lagi.
Para monster mirip zombie bersenang-senang dengan mainan. Jalanan itu penuh dengan mayat. Satu kata yang dapat digambarkan. Mengerikan! William menyudahi tontonan gratis. Dia mengecek room chat masih sama tidak terkirim.
William kembali ke kasur. Dia menatap langit-langit. Mereka sedang ngapain ya? Windi, Bunda. William rindu. Matanya terpejam. Kabut tebal mengaburkan penglihatannya. Sesosok pemuda dengan darah di sekujur tubuhnya menatap nanar. Kobaran api menyebar luas, sosok itu terjebak di sana. Tidak bergerak maupun bersuara.
William berada di ambang pintu menyaksikan semuanya. Sebuah peristiwa yang terjadi di rumah mewah. Ritual dan kehancuran. Sanak saudara meninggal di tempat. Satu-satunya yang masih hidup hanya pemuda itu seorang.
Dia mengulurkan tangannya. "Pegang tanganku dan kita pergi dari sini."
Pemuda itu tak bergeming, seluruh tubuhnya berubah menjadi hitam serta mata merah menyala. Bibirnya sobek dan wajahnya rusak. William jelas mengingat itu sosoknya yang ditemui di gang sempit. Tatapannya dingin. William memberanikan dirinya untuk melangkah.
Api di mana-mana, mereka terkepung satu sama lain. Hawa di sekitar menjadi panas. William berteriak, balok kayu menghantam punggungnya. Api menyebar. Sosok tersebut hanya berdiri di tempat. Tatapannya kosong.
William menggertakkan giginya. Dia tidak boleh mati di sini. Dia melawan api serta sosok tersebut dengan tangan kosong. William terhempas ke dinding. Punggungnya terasa nyeri serta robek. Dia membuka matanya, bangunan tua menyapu pandangannya.
Banyak dari mereka yang berkumpul. Sosok tersebut menghilang. William terjebak di antara mereka. Dia mencoba menetralkan degub jantungnya. Saat ini dia seperti makanan lezat bagi mereka.
Salah satu dari mereka tidak bersahabat. Seakan wilayahnya sudah ternodai oleh sosok baru. Mereka memusuhinya. William mundur tiga langkah mulai bernegosiasi.
"Dengar. Aku tidak punya masalah dengan kalian. Aku tersesat. Apakah kalian tahu jalan arah pulang?"
Mereka terdiam, kepalanya berputar-putar. William mengatupkan bibirnya. Pemandangan di depannya sungguh mengerikan. Sekilas dia melihat cahaya, arahnya dari atas. Apakah itu jalan keluarnya? William pun mengambil risiko dia berlari menerobos kerumunan. Mereka mengejarnya dari belakang. Tanpa melihat ke belakang, William terus berlari dengan kecepatan tinggi.
Dia melihat tangga panjang. Tanpa mengendurkan otot-ototnya, dia mulai berjalan sedikit berlari. Para mahluk masih setia mengejarnya. Berbondong-bondong ingin sampai tujuan. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya memburu. Tepat di atas dia berhenti. Dia menengok ke belakang dan para zombie itu tak mengejarnya. Sepertinya tempat yang baru dia masukin aman untuk saat ini.
Dia meneliti setiap sudut, ponselnya berdering. Dengan cepat William membuka layar ponsel. Pesannya terkirim. Dia menatapnya lama, rupanya sinyal yang dicari ketemu juga.
Trinity Squad
William:
Hen, Bas! Helep woy, gue tersesat di antah berantah. Saat ini raga gue dimasukin roh jahat. Kalian harus hati-hati, sedangkan gue terjebak di dunia lain. Gue butuh bantuan!Hendrik:
?????? Lo beneran William?Bastian:
Will?Hendrik:
William kan di rumah sakit. Kok ada chat lagi? Ini seriusan?Bastian:
Kurang tempeWilliam is writing a message...
William:
Ini gue yang asli! Tolong awasi raga gue yang berisikan roh jahat. Beri gue kabar heyHendrik:
Kabar buruk!!!!! William kw hilang!!!!! Tadi gue cek di ruangan dia gak ada 😱😱😱William:
Njir! Cepetan cari woy. Gue lagi berusaha keluar dari sini. Gue serahkan Will kw ke kalian.Sinyalnya kembali tak berfungsi. Setidaknya pesan terakhir terkirim. Dia menghela napas. Bangunan ini tidak sepenuhnya hancur. Terdapat banyak kaca, William bergerak ke sudut kiri. Dia melihat kain yang menutupi sesuatu.
Tangannya bergetar, pintu terketuk beberapa kali. Rupanya para zombie tidak pantang menyerah. Dengan cepat dia bersembunyi di balik kain. Di belakangnya adalah cermin besar. Dia bisa melihat dirinya sendiri, noda darah menempel di sudut kiri. Dia menyentuhnya dan kilasan menyakitkan terlintas.
Cermin ini adalah tempat di mana sosok tersebut terkurung. Akan tetapi, dia berhasil keluar dengan menarik jiwa-jiwa lain ke dalamnya. Para roh yang terjebak adalah ulahnya. Demi keluar dari sini dia mengobarkan orang lain.
Makhluk terkutuk itu harus segera disegel atau dihancurkan, tetapi bagaimana caranya? Apakah William harus membawa cermin ini kepadanya. Sungguh berat. Kepalanya pusing, dia tergeletak di lantai.
Angin berembus, cermin di depannya bercahaya. Sesosok wanita muncul di hadapan William, dia menyerahkan sebuah kalung kristal kepadanya. Dia tersenyum. "Semoga berhasil, sang penyelamat."
.......
William terbangun di rumah Rose. Dia menjadi linglung saat membuka mata. Rose terlihat khawatir. Dia terbengong, Rose bilang William tidak ke mana-mana. Apakah dia baru bermimpi, tetapi rasa sakit di punggungnya beneran asli. Namun, tidak ada luka bakar.
Sepertinya William sudah tahu garis besarnya. Sosok tersebut memang lah jahat. Dia berbahaya bagi semua umat. William harus menyegelnya kembali ke cermin tersebut atau semuanya akan menghilang. Dia menundukkan kepalanya, sebuah kalung bertengger di lehernya. Sekilas dia melihat seorang perempuan tersenyum ke arahnya. Wajahnya sangat cantik, bagaikan peri. Dia berbisik lembut, "Anakku, tetaplah hidup. Gunakan kelebihanmu untuk kebaikan dan hancurkan kejahatan."
William merasa dekat dengannya. Dia merindukan sosok bundanya yang selalu menemaninya. Di kala sedih maupun bahagia. Dia harus kembali bagaimanapun caranya! Roh jahat itu harus pergi selama-lamanya.
William sudah memutuskan untuk melawannya. Meskipun tidak seimbang, dia akan mencari celah untuk mengalahkannya sampai tuntas. Semoga saja teman-temannya dapat membantu.
_______ See you next part _____
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mission Puzzle
Misterio / Suspenso[AKAN UPDATE JIKA TIDAK EROR!] Kisah tentang keseruan Trinity Squad dalam menyelesaikan sebuah misi yang menegangkan serta kekonyolan absurd menghiasi. Persahabatan bagaikan kepompong terjalin kuat meskipun banyak sekali rintangan yang sulit dihadap...