Bastian menerobos masuk ke kerumunan dan mengepalkan tinjunya ke wajah sosok pemuda yang dikenalinya, dia bergerak dengan cepat menghindari setiap serangan yang dilayangkan.
Bastian menyindir, "Dasar pengecut!" Sosok tersebut tersulut emosi dan mulai menyerang balik.
Hendrik dan William menonton mereka berkelahi sembari ditemani camilan. Lebih asyiknya lagi mereka duduk di bawah pohon rindang menyaksikan pertunjukan yang tak kalah seru.
"Menurut lo siapa yang menang Will? Keduanya imbang." Hendrik menguyah keripik singkong. Netranya terfokus ke satu titik.
William menyeruput es tea jus gula batu yang baru saja dibeli. "Jelas Bastian lah yang unggul. Lo liat tuh lawannya menghindar terus, gue yakin banget kalau itu orang gak berani ngelawan Bastian!" Kepercayaan William tak tergoyahkan.
Hendrik menyipitkan matanya, kedua belah pihak saling beradu dan mereka terlempar ke aspal. Hendrik berdecak kesal. "Mereka udah kayak Tom and Jerry yang suka ribut tanpa alasan." William menoleh dan memberinya acungan jempol.
Keripik singkong telah habis, saat tangannya hendak mengambil yang lain. Dia termenung dan melotot horror. "Camilannya abis njir. Wah parah lo Will! Ganti rugi!" William memberinya tatapan sinis dan tak bicara. Perhatiannya saat ini teralihkan oleh kedua orang yang tak lelah sedikit pun.
.......
Akhirnya mereka menyelesaikan pertarungan dan hasilnya seimbang. Mereka merebahkan tubuhnya ke aspal, napas keduanya tersengal-sengal dan tenggorokannya kering.
Ekor matanya menangkap teman tak setia kawan dan mencibir, "Dasar kampret!"
Sosok pemuda di sebelahnya tertawa kecil. "Bukannya melerai malahan ikutan nonton. Benar-benar bukan manusia." Dia menghalau sinar mentari dengan telapak tangannya. Bastian tidak bersuara, energinya sudah terkuras habis.
Tidak ada tanda-tanda perkelahian akan dilanjutkan. Keduanya menghampiri mereka yang tergeletak di jalan seperti ikan asin dan tersenyum bodoh. "Eh, sudah selesai kah? Baru aja kita mau beli mie ayam agar lebih enak saat menonton kalian."
Hendrik menimpali, "Yaptul! Sayang sekali keinginan kita tertunda. Betewe siapa yang menang?" Dia masih sempat bertanya dan mereka yang bersangkutan hanya bisa mengutuk dalam hati.
Benar-benar tidak berguna!
.....
Usai beristirahat lebih dari lima belas menit. Bastian berdiri, dia menepuk debu yang bertengger di celana abu-abunya. Dua kampret sudah pergi entah ke mana. Dia menoleh ke belakang dan tampak tak peduli.
Tidak ada percakapan di antara mereka. Hanya embusan angin dan helaan napas yang terdengar. Suara nan jauh. Namun, berisik berhasil membuat mereka bergerak dari posisi.
"Yuhuuu, Prince William comeback! Bawain kek. Berat nih!" teriaknya menggelar. Dua tangan William membawa mangkuk mie ayam. Hendirk menyusul dengan gerobaknya langsung. Mereka ternganga melihat tingkah absurd si kampret.
Alhasil mereka berempat makan mie ayam di pinggir jalan. Usai baku hantam pastinya lapar dan butuh amunisi untuk memperkuat diri setelah itu berkelahi kembali sampai mati. Abaikan kata terakhir.
"Kang mie ayamnya mana? Kok gerobaknya yang dibawa ke sini?" Pemuda itu bertanya dengan penasaran yang berakar. Hendrik dan William saling bertelepati, keduanya mengangkat bahu. Pemuda tanpa nama itu melongo.
"Abaikan mereka. Percuma lo nanya pasti gak akan dapat jawaban yang masuk akal." Bastian menyantap mie yang sudah mengembang dengan lapap. Pemuda tanpa nama itu tak lagi bertanya dan lebih memilih makan selagi gratis.
.....
William bersendawa, dia menepuk perutnya yang kenyang, lain lagi dengan Hendrik dia sampai nambah bedanya dia makan bakso. Mereka menuguk es teh manis dan mulai berbicara satu sama lain.
"Apa tujuan lo nyerang SMAN Warior?" tanya Bastian terus terang. Pamuda tanpa nama tak menjawab.
Bastian mulai geram, dia menendang tumit kakinya membuatnya meringis dan berakhir melotot kepadanya. "Abisnya lo budeg! Tinggal jawab ajah nggak usah pura-pura tuli," Bastian mencelanya dengan tatapan sinis.
Pemuda itu acuh tak acuh, tidak ada tanggapan William turun tangan, dia menarik kerah bajunya dan menatap tajam. "Jelaskan!"
Ekspresi wajahnya pucat, dia terbatuk dan mengembuskan napasnya kasar. Enam pasang mata mengintimidasi dan akhirnya sang lawan membuka suara. "Ini perintah."
Trio kampret bertanya-tanya siapa pula yang memerintahkannya untuk membuat keributan. Pemuda tanpa nama itu menyerah. "Gue gak tau namanya siapa yang jelas perintahnya ialah menghancurkan SMAN Warior." Suaranya bergetar.
Bastian menatapnya datar. "Kenapa orang goblok kayak lo terpengaruh dengan orang asing? Bisa-bisanya lo terlibat tawuran gak jelas kek gini."
"Terpaksa oke! Gue butuh duit dan lo bertiga gak akan ngerti," ujarnya dengan wajah sedih di balik matanya. Bastian menjambak rambutnya sangking tak berdayanya.
William mengusap dagunya dam bertanya-tanya, "Mungkinkah SMAN Warior memiliki musuh?"
Hendrik menyahut, "Ada udang dibalik bakwan enak tuh."
Kepalanya digaplok. "Ini lagi serius Babon! Elo malah bergurau receh lagi. Sorry nggak terima orang gila," sungut William kesal. Hendrik cengengesan, dia menggaruk pipinya dengan tampang polos.
"Terus apalagi perintahnya? Jika gagal adakah konsekuensinya yang harus diterima atau ada hal lain yang perlu diberitahukan?"
Pemuda tanpa nama itu mengerutkan keningnya, mulai berpikir keras dan menggebrak meja membuat Hendrik terjungkal ke belakang. William tertawa terbahak-bahak.
"Santuy geh Hen, nggak usah lebay gitu," tandas William.
Hendrik berwajah masam. "Bukannya bantuin malah ditertawakan sungguh ironis."
Kini Bastian dan pemuda tanpa nama menertawakannya. Senjata makan tuan. Hendrik semakin malu segera dia berlari mencari es campur agar pikirannya lebih tercerahkan.
William berdehem. "Lanjut ke awal! Kita perlu siapa gerangan yang berniat menjatuhkan Tim Warior! Pokoknya Trinity Squad harus bertransformasi." Matanya menyala-nyala seperti kembang api yang ditembakkan ke atas langit.
Bastian menepuk pundaknya. "Kita kupas sampai tuntas!"
"Karena gue gak dibutuhin, gue pamit dulu ya." Sosok pemuda itu bangkit dan segera pergi. Namun, langkahnya terhenti. Rahangnya tertinju. Wajahnya babak belur dihajar Trio kampret!
Hendrik berseru, "Akhirnya gue dapat kesempatan ninju orang!" Sungguh miris.
William dan Bastian geleng-geleng kepala melihat tingkahnya yang kelewat absurd. Pemuda tanpa nama menghilang tersapu debu.
Segera William menyuarakan aspirasin. "Kita harus siap siaga dengan musuh yang tak terlihat. Manusia lebih menyeramkan daripada hantu. Kalian harus ingat ini, Trinity Squad akan selalu membela ketidakadilan." Hendrik dan Bastian mengangguk setuju.
______ See you next part ______
Alohaaaa manteman....
Alur ceritanya kelewatan hem. Awal bikin apa eh pas ditulis dan dirangkai malah menyebar luas. Dahlah numpang lewat, pokoknya Staytune ae guys.Lagi suka baca genre lain! Bukan tentang cinta anak remaja melainkan yang berkaitan dengan teka-teki silang yang mendebarkan. Namun sayang, rip memori teros. Hilang sudah mood-nya
Kebanyakan bacot suka miris. Sampah negatif bertebaran perlu terjun ke lautan api atau masuk ke negeri Avatar agar dapat pencerahan. Sekian.
👇Injek bintangnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mission Puzzle
Tajemnica / Thriller[AKAN UPDATE JIKA TIDAK EROR!] Kisah tentang keseruan Trinity Squad dalam menyelesaikan sebuah misi yang menegangkan serta kekonyolan absurd menghiasi. Persahabatan bagaikan kepompong terjalin kuat meskipun banyak sekali rintangan yang sulit dihadap...